Selasa 22 Jul 2014 12:00 WIB

siesta- Muslimah Peduli Palestina

Red:

Palestina saat ini masih membara akibat agresi militer Israel. Serangan demi serangan terus digencarkan Israel untuk menguasai Palestina. Kawasan Gaza menjadi sasaran utama mereka.

Serangan yang diarahkan kepada rakyat sipil telah mengakibatkan ratusan warga Gaza syahid dan luka-luka. Duka mendalam rakyat Palestina juga dirasakan oleh Muslimah di Indonesia. Beragam aksi kepedulian mereka lakukan untuk membantu Palestina. Mereka menunjukkan kepeduliannya dengan berbagai cara.

***

Karya Sastra

Sinta Yudisia Wisudanti telah lama mengikuti berita tentang Palestina. Kepeduliannya tumbuh sejak masih remaja. Kala itu, ia mengetahui masalah Palestina dari majalah-majalah Islam. Sinta merasa Palestina penting untuk dibantu. Apalagi, negara inilah yang pertama mengakui kedaulatan Indonesia. "Jadi, sudah sewajarnya kita juga peduli pada mereka," komentar perempuan kelahiran 18 Februari 1974 ini.

Sinta berpendapat persoalan yang mendera Palestina bukan semata konflik agama. Ini tragedi kemanusiaan. Kepeduliannya terhadap rakyat Palestina sebelumnya ia tuangkan dalam bentuk tulisan yang dimuat di blog, di media massa, dan status di Facebook dan Twitter. Selain itu, ia juga melakukan penggalangan dana.

Sinta pernah bercita-cita mengunjungi daerah-daerah konflik untuk tahu lebih dekat perjuangan kaum perempuan di sana. Hasratnya itu terpenuhi pada 2010 silam. Kala itu, ia berangkat bersama Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Di sana, ia menyaksikan langsung betapa banyak perempuan dan anak-anak yang menjadi korban perang.

Di lain sisi, Sinta melihat warga Gaza sangat istimewa. Mereka mampu bertahan terhadap blokade sekian lama. "Tentu ketangguhan itu berasal dari ketangguhan keluarga dan perempuan yang ada di sana."

Sepulangnya dari Palestina, Sinta menulis buku yang diilhami dari perjalanannya. Buku pertama berupa novel berjudul Rinai (Indiva Publishing 2012). Sinta lantas ikut berkontribusi dalam antologi nonfiksi relawan BSMI, Membalut Luka Gaza. Antologi tersebut diterbitkan oleh Pustaka al Kautsar pada tahun lalu. Sinta terkesan dengan respons pembacanya. "Banyak yang menangis dan mengatakan seolah merasakan sendiri menginjak tanah Palestina," ungkap penulis buku yang tengah menyelesaikan studi Magister Psikologi Profesi di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.

Sinta yang berlatar belakang keilmuan psikologi menyampaikan faktor-faktor yang memengaruhi adversity quotient seseorang tanpa menggurui melalui Rinai dan tulisannya pada Membalut Luka Gaza. Ia yakin nilai yang disampaikan dengan indah dan halus seperti kisah dalam novel akan kuat menancap dalam alam bawah sadar. "Pesan saya di kedua karya sastra tersebut adalah dalam kondisi apa pun kaum Muslimin harus tetap memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dan Alquran sebab kekuatan ruhiyah dapat membuat seseorang memiliki ketabahan yang luar biasa," jelas ibu dari empat orang anak ini.

Rinai menceritakan secara detail tempat-tempat yang Sinta dan relawan BSMI kunjungi selama di Gaza. Mereka membantu masyarakat di Khan Younis, Deir al Balah, Jabaliya, dan tentunya Gaza City. Kehidupan warga Gaza yang santun dan punya izzah. Kesan itu terlihat dari anak-anak yang lebih memilih berjualan shai daripada mengemis sekalipun mereka cacat.

Sinta dan teman-temannya kini sedang membuat antologi puisi dan cerpen tentang Palestina. Rencananya, karya sastra tersebut akan dibuat dalam dua bahasa agar saudara-saudara di Palestina juga dapat membaca curahan kasih warga Indonesia. "Seluruh keuntungan buku ini akan diperuntukkan bagi Palestina dan dunia Islam," kata Ketua Umum Forum Lingkar Pena (FLP) 2013-2017.

***

Komunitas untuk Palestina

Kepedulian Noviyanti Utaminingsih terhadap Palestina sudah tumbuh lebih dari 10 tahun silam. Perempuan yang akrab disapa Novi Khansa ini baru mewujudkan kepeduliannya setelah bertemu teman-teman di layanan blog Multiply pada 2007. "Saat terjadi blokade Gaza di tahun 2008, saya dan beberapa teman-teman yang ngeblog di Multiply berinisiatif membuat komunitas Multi People for Palestine (MP4Palestine)," tutur perempuan kelahiran Jakarta, 14 November 1982 ini.

MP4P berusaha untuk turut membela dan memperjuangkan pembebasan Palestina dengan cara tersendiri. Mereka membuat tulisan untuk menyebarkan fakta yang sesungguhnya terjadi di Palestina kepada publik yang selama ini dihasut oleh tipu daya media pro Israel. MP4Palestine juga mengadakan aksi atau terlibat aksi dengan elemen masyarakat lainnya untuk menunjukkan dukungan nyata kepada saudara-saudara di Palestina.

MP4Palestine beberapa kali mengumpulkan sumbangan materi untuk rakyat Palestina. Dana yang terkumpul disalurkan atau dititipkan secara langsung kepada lembaga yang amanah. "Untuk mengalang dana, kami menjual aneka cindera mata tentang Palestina yang diproduksi secara khusus dan dijual secara offline dan online," ungkap Novi.

Beberapa anggota MP4Palestine turut mengikuti pelatihan dan daurah agar bisa menjelaskan kondisi Palestina kepada masyarakat. Sejak 2011, MP4Palestine tergabung dalam organisasi Asia Pacific Community for Palestine (AsPac for Palestine). "Kami semua relawan, tak ada yang diupah untuk bergerak," ujar Novi.

Tak jarang, relawan MP4P menggenapkan dana sumbangan dari kantungnya sendiri. Para relawan pun menjalankan program infak rutin bulanan untuk mendanai aktivitas MP4Palestine. "Keanggotaan grup MP4Palestine telah mencapai lebih dari 5.000 orang di Indonesia dan luar negeri," jelas Novi.

MP4Palestine memiliki program rutin dan program insidental. Program rutinnya berupa penyebaran informasi yang akurat tentang Palestina dan dunia Islam di jejaring sosial dan infak sukarela bulanan bagi pengurus dan anggota yang bersedia. Penggalangan dana untuk Palestina, acara-acara pada bulan Ramadhan, dan syiar tentang Palestina untuk masyarakat umum juga menjadi program rutinnya. MP4Palestine juga bergerak untuk dunia Islam secara umum melalui program insidental.

Program khas MP4Palestine adalah 1 Man 1 Pin 1 Dollar. Berbeda dengan komunitas atau organisasi lain yang menggalang dana dengan menyebarkan relawan yang membawa kotak amal untuk Palestina, relawan MP4Palestine membawa pin Palestina yang berdesain kreatif untuk dijual dengan harga minimal Rp 10 ribu. "Dengan membeli satu pin berarti masyarakat telah mendonasikan minimal 1 Dollar atau sekitar Rp10 ribu untuk Palestina," urai Novi.

Selain itu, ada pula program One Lady One Hijab for Palestine Women. Dengan menyumbangkan Rp 50 ribu, dermawan sudah bisa membantu perempuan Palestina untuk tetap berhijab dalam kondisi yang makin dipersulit oleh pemerintahan ilegal Zionis. Jilbab praktis (bergo) akan dibawa dari Indonesia sesuai kapasitas bagasi yang ada. Sebagian akan disiapkan di Yordania dan sebagian lagi akan dibeli di Mesir lewat Rafah. "Penggalangan dana dilakukan secara online dan offline," ujar Novi.

Sebagian besar relawan MP4Palestine adalah Muslimah. Sekarang ini, sudah banyak relawan yang aktif dan mereka bukan berasal dari blogger Multiply. Komunitas MP4Palestine terbuka bagi siapa saja yang peduli dengan Palestina. Untuk acara-acara tertentu akan muncul relawan-relawan baru. "Alhamdulillah, banyak teman-teman yang sudah menjadi relawan di MP4Palestine walau tidak rutin hadir," ungkap Novi.

***

Tenaga Medis

Terbang ke Gaza, Palestina pada 2009 dan 2013, menjadi kisah tak terlupakan bagi Prita Kusumaningsih. Dokter spesialis kandungan ini relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Tenaga medis memang menjadi kebutuhan nomor satu rakyat Palestina, khususnya di Gaza.

Merupakan kelompok relawan berbasis tenaga medis, BSMI tak mengirim sembarang orang. Ada kompetensi tertentu yang menjadi persyaratannya. Dokter dan perawat bius menjadi relawan paling penting untuk diterbangkan ke sana.

Selama menjadi relawan di daerah terblokade dan konflik, Prita menjaga kesabaran dan berupaya taat pada peraturan. Menunggu proses legalitas surat-surat di Mesir untuk bisa masuk ke Gaza memakan waktu yang tidak sebentar. Ia bisa menunggu berhari-hari. "Tidak bisa jadi bocah nekat ketika menjadi relawan," kata Prita.

Untuk bertahan baik secara mental maupun daya tahan tubuh, Prita menyarankan agar relawan yakin dan bisa menguatkan diri sendiri. Sejak sebelum berangkat mereka sudah harus membulatkan iat untuk membantu dan menolong sesama. Berusahalah untuk selalu mendekatkan diri pada Allah SWT. "Membaca Alquran bisa menjadi penawar ketika rasa takut atau cemas melanda," ungkap Prita. rep:dessy susilawati/nora azizah ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement