Selasa 24 Jun 2014 13:52 WIB

leisure community- Komunitas Peduli Anak Marjinal (Kopaja), Berbagi Ilmu dengan Anak Marjinal

Red:

Ingin memberi persembahan bagi anak-anak terpinggirkan di Jakarta, Komunitas Peduli Anak Marjinal (Kopaja) turun ke jalan. Mereka berbagi bukan dengan materi, melainkan dengan bekal ilmu pengetahuan untuk mengisi kehausan mereka akan dunia pendidikan. Komunitas ini bermula dari keprihatinan tentang kondisi Jakarta yang dituangkan dalam bentuk tulisan oleh Lisfatul Fatinah dalam akun media sosialnya. Pemilik akun Facebook Lisfatul Fatinah Munir ini merangkai kegelisahannya akan potret kehidupan Jakarta, terutama para anak-anak, lewat cerita-cerita ringan.

Tulisan Lisfatul dibaca oleh teman-teman Facebook-nya. Banyak yang sepemikiran dengan perempuan yang akrab disapa Lisfa ini. Akhirnya, pada 2011 mereka mulai berdiskusi mengenai apa yang bisa diberikan pada anak-anak marginal Jakarta. "Kami ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk anak-anak Jakarta, jadi tidak cuma sekadar menuangkan uneg-uneg lewat tulisan saja."

Kopaja ingin menjadi salah satu sarana alternatif anak-anak marginal Jakarta untuk mengenyam pendidikan. Kelasnya terbuka bagi mereka yang putus sekolah atau belum mencicipi bangku pendidikan. "Pendidikan itu penting dan hak semua anak, tak terkecuali mereka yang memiliki cacat fisik," ucap Lisfa.

Sejalan dengan tujuan mulia tersebut kegiatan Kopaja pun fokus pada transfer ilmu kepada anak-anak marginal. Setiap akhir pekan, Kopaja mengajarkan pelajaran matematika, bahasa Inggris, ilmu pengetahuan alam, kerajinan, dan ilmu agama. Rencananya, setelah Lebaran tahun ini, frekuensi pengajaran akan ditingkatkan. Selama ini, anak-anak hanya dapat belajar sekali sepekan. "Mendatang, kami akan mengajar tiga kali dalam sepekan," kata Lisfa.

Kegiatan belajar-mengajar tersebar di dua lokasi, yakni di belakang Mall Gandaria City dan di samping Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Lisfa mengakui, tidak mudah mengajak anak-anak jalanan masuk kelas. Namun, ia dan rekan-rekannya tidak menyerah untuk terus membujuk mereka. "Kami hampiri terus anak-anak pemulung dan pengamen, pokoknya kami aktif mengajak mereka supaya mau belajar," ujar Lisfa.

Berkat kegigihan Lisfa dan teman-teman, kini anak didik Kopaja mencapai 100 orang. Mereka berusia 5 hingga 14 tahun. Sementara itu, jumlah pengajar aktif ada 25 orang. Saat ini, pengurus Kopaja berjumlah 40 orang, tetapi keseluruhan member mulai dari pengurus, partisipan hingga suporter mencapai 600 orang.

Selain membuka kelas, Kopaja juga mempunyai kegiatan lain. Komunitas ini kerap mengajak anak-anak karya wisata ke museum dan tempat-tempat bersejarah di Jabodetabek. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan setiap akhir tahun.

Saat Ramadhan, Kopaja mengadakan pesantren kilat selama dua hari satu malam. Aktivitas ini diperuntukkan bagi anak didik dan juga anak jalanan dari komunitas lain. Tahun ini adalah kali ketiga penyelenggaraan kegiatan tersebut. "Saat bulan puasa, kami memberikan materi keislaman, pengembangan diri, perlombaan, dan juga ada paket Idul Fitri yang akan diserahkan kepada anak-anak," kata Lisfa.

Ke depannya, Lisfa memproyeksikan keberadaan Kopaja bisa terus bermanfaat untuk anak-anak marginal Jakarta. Ia berharap, Kopaja tidak hanya sekadar menjadi komunitas, tetapi bisa menjadi sekolah permanen berasrama. Bagi Anda yang ingin bergabung dengan komunitas ini, silakan menghubungi Kopaja lewat akun media sosialnya, yakni Kopaja Jakarta (Facebook) atau @kopajajakarta (Twitter).rep:qommarria rostanti  ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement