Jumat 18 Nov 2016 18:00 WIB

Produk Rotan Indonesia Diharapkan Mendunia

Red:

JAKARTA -- Forum Rotan Internasional diharapkan mampu mengangkat citra produk rotan Indonesia sebagai produk ramah lingkungan yang memiliki nilai-nilai ekonomi, ekologi, dan kultural. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto membuka secara resmi Forum Rotan Internasional di Gedung Kemenperin, Jakarta, Selasa (15/11).

"Forum ini akan menyinergikan kegiatan pengembangan usaha rotan yang dilakukan oleh berbagai stakeholder guna mendorong kembali perkembangan industri rotan, baik di hulu maupun hilir," kata Airlangga.

Kemenperin merilis sekitar 85 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sementara 15 persen lainnya dihasilkan oleh negara lain, seperti Filipina, Vietnam, dan negara Asia lainnya.

Adapun daerah penghasil rotan di Indonesia berada di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatra, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua.

Sementara, sentra industri hilir rotan di Indonesia yang berada di Jawa Barat (Cirebon), Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo, Gresik), Jawa Tengah (Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo), dan Yogyakarta.

Airlangga menyampaikan, potensi rotan Indonesia saat ini mencapai sekitar 622.000 ton per tahun di mana terdapat 350 spesies rotan yang terdapat di Indonesia.

"Pemerintah mendorong peningkatan daya saing industri melalui beberapa program hilirisasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan PP No 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri," kata Airlangga.

Pada Pasal 28 PP No 41 Tahun 2015 disebutkan bahwa dalam rangka peningkatan nilai tambah industri guna pendalaman dan penguatan struktur industri dalam negeri, pemerintah dapat melarang atau membatasi ekspor sumber daya alam.

Pelarangan ekspor bahan baku rotan diatur dalam Permendag No 35 Tahun 2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan. Hal ini untuk mengubah persepsi dunia selama ini bahwa komoditas dan produk rotan adalah merupakan milik Cina, tetapi sebenarnya rotan mayoritas berasal dari Indonesia.

Untuk pengawasannya telah dikeluarkan Permendag No 27 Tahun 2016 tentang Perdagangan Rotan Antarpulau. Nilai ekspor produk rotan (furnitur dan anyaman) pada 2013 mencapai 200 juta dolar AS, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 190 juta dolar AS.

Menurut Airlangga, akibat krisis ekonomi global, pada 2014 dan 2015 mengalami penurunan ekspor, yaitu masing-masing sebesar 173 juta dolar AS dan 159 juta dolar AS. Untuk itu, Forum Rotan Internasional diharapkan dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan konstruktif guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh industri rotan nasional.

"Diperlukan harmonisasi antara pelaku industri di hulu dan pelaku industri di hilir dalam konteks penciptaan nilai tambah produk yang tinggi," kata Airlangga.       antara, ed: Citra Listya Rini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement