Jumat 26 Aug 2016 17:00 WIB

Kemenkop-Kemendes Bersinergi Kembangan OVOP

Red:

JAKARTA -- Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) siap melakukan kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam mengembangkan program satu desa satu produk (one village one product / OVOP). Langkah ini dilakukan untuk mempermudah aktivitas perdagangan online (e-commerce) produk desa.

"Kemenkop sudah lama mengembangkan program OVOP  baik dari sisi produksi maupun pemasarannya, misalnya, komoditi gula semut di Kulonprogo Yogyakarta, maupun Virgin  Coconut Oil (VCO)  di Purworejo, berbagai olahan krupuk di Tasikmalaya dsb," kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM, I Wayan Dipta, di Jakarta, Rabu (24/8).

Sebelumnya, Kemenkop sudah melakukan kerja sama dengan Korean Trade Investment Promotian Agency (KOTRA) yang bertujuan untuk mengembangkan kerja sama dan mendukung gerakan OVOP. KOTRA didukung oleh perusahaan-perusahaan besar Korea yang berinvestasi di Indonesia seperti Cheil Jedang, Samsung Electronics, Hana Bank, PT Eagle, dan Lottemart.

Peran perusahaan-perusahaan tersebut adalah memfasilitasi koperasi binaannya untuk meningkatkan kualitas produk, seperti gula semut, mulai dari memfasilitasi pengadaan teknologi untuk memperbaiki proses produksi, peningkatan kualitas kemasan. Selain itu juga pemasaran baik di dalam negeri antara lain melalui jaringan Lottemart, dan  melalui media internet maupun melalui pemasaran ekspor.

"Selain itu Kemenkop dan UKM juga sudah bekerja sama dengan Telkom untuk membuat Kampung Digital, guna mengembangkan pemasaran produk OVOP, yang baru saja diresmikan di desa Celuk, Kabupaten Gianyar Bali yang terkenal dengan kerajinan perak," kata Wayan Dipta.

Sebelumnya, Mendes Eko Putro Sandojo meyakini program itu akan memperluas jaringan pasar perdesaan. Dengan begitu, setiap desa dituntut untuk memproduksi satu produk unggulan untuk dijual ke pasar e-commerce.

"Program desa online bisa kita kaitkan dengan e-commerce, tapi kalau tidak ada produk unggulan dalam satu kecamatan atau minimal untuk desa, nanti akan susah. Saya ingin ke depan desa akan membantu kota, bukan kota membantu desa," ujarnya dalam siaran pers, Senin (22/8).

Saat ini terdapat 74.754 desa di Indonesia yang menyimpan potensi ekonomi jika diberdayakan dengan maksimal. Peningkatan taraf hidup desa menjadi hal penting untuk mendorong kemajuan pedesaan.

Dia berharap, dengan tertampungnya alokasi dana desa dari pemerintah daerah ke badan usaha milik desa (BUMDes) dapat mendatangkan pendapatan bagi desa. Selanjutnya, perusahaan swasta dan perusahaan negara diharapkan dapat berinvestasi di desa terutama dalam bentuk pascapanen.

"Kami upayakan agar industri bisa masuk ke desa, atau desa bisa bikin pelatihan yang bisa bekerja di luar desa, sehingga bisa membawa income masuk desa," katanya.     ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement