Jumat 12 Aug 2016 18:00 WIB

Mulyani Hassan Pemilik Usaha Busana Muslim De Mey’s

Red:

Mulyani membangun De Mey's dengan niat membantu sesama saudari Muslimah. Membantu dalam artian mengajak para Muslimah berpakaian sesuai syar'i dengan harga yang terjangkau.

Meski tak mudah, ujar Mulyani kepada wartawan Republika, Muhammad Iqbal, namun lambat laun usahanya makin berkembang. Sambil berdagang Mulyani juga fokus membentuk grup Noesantara Project. Sebuah kelompok yang tak hanya mengenalkan budaya tapi menggalang dana bagi kemajuan masyarakat di tepi wilayah Indonesia.

Perjalanan Mulyani Hassan (26 tahun) me mulai usaha busana Muslim De Mey's ber mula pada Ramadhan 2015. Ketika itu, Mulyani dalam penuh kepasrahan melepas beasiswa studi ke Jepang karena sedang me ngandung anak pertama.

Pada saat yang sama, keputusan untuk resign dari tempat bekerja sudah diambil. Se telah itu, tekad untuk memulai bisnis ha dir. "Dan akhirnya coba jualan," ujar Mul ya ni kepada Republika, beberapa waktu lalu. Alumnus Universitas Indonesia ini pun kemudian menjual dua mukena di laman Face book. Butuh waktu bagi Mulyani yang me ngaku awalnya anti dengan berdagang. "Jadi seneng. Padahal dulu anti sama yang namanya jualan," kata Mulyani. Sete lah itu, langkah menjual produk orang lain te rus berlanjut.

Ini disebabkan ketiadaan modal yang mencukupi. Imbasnya, Mulyani hanya bisa menjalankan sistem dropship (sistem yang meminta seller atau supplier untuk mengi rim kan barang/pesanan kepada customer) untuk mukena, gamis hingga kain.

Keteguhannya perlahan mulai mem buah kan hasil. Tak lama berselang, tawaran untuk mengajar di salah satu bimbingan belajar hadir. Pada saat yang sama, pelang gan demi pelanggan berdatangan. Berbekal keberanian, Mulyani mengambil sebagian dari gaji untuk memulai produksi sendiri. Jumlahnya tak banyak, hanya sepuluh potong. Prosesnya dilakukan di sebuah usaha konveksi butik. "Hasilnya, Alham dulillah karena dijual dengan harga murah dengan kualitas bahan dan jahitan yang insya Allah sangat baik," ujarnya.

Dari sini, tekad Mulyani menguat. Tidak hanya berbisnis, melainkan juga berdakwah via penjualan pakaian syar'i. Apa penye babnya? "Habisnya lihat-lihat produsen har ga gamis mahal-mahal. Padahal, pengen jual dengan harga terjangkau. Plus bukan hanya jualan. Pengen banget mengajak sa ma-sama berpakaian yang syar'i."

Keinginan Mulyani menyinergikan bisnis dan syiar semakin menguat tatkala melihat para penjahit yang didominasi pria paruh baya di tepi jalan. Usaha mereka dalam permak baju dinilainya murah, yaitu Rp 10 ribu per potong.

Sementara untuk hal yang sama di konveksi butik bisa menelan biaya Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu. Fakta ini membuat Mul yani semakin mantap melanjutkan bisnis sekaligus berdakwah dan membantu penjahit.

"Enggak apa-apa untung sedikit asal bisa bantu orang bergamis dan bantu pen jahit. Sampai sekarang ditemukan sama Allah SWT penjahit-penjahit yang bagus ke ahliannya," ujar Mulyani. Para penjahit ber asal dari Desa Cibalanarik, Kabupaten Tasik malaya, Jawa Barat. Mereka tadinya merupakan langganan merek ternama. Namun, setelah merek tersebut maju, para penjahit ditinggalkan.

"Akhirnya kami kerja sama. Temanteman penjahit punya misi yang sama de ngan saya. Kami tidak mengutamakan kuan titas tapi kualitas. Meskipun kami tidak menjual produk dengan harga yang mahal," kata Mulyani. Pencapaian Mulyani sejauh ini tentu membuat orang tuanya bahagia. Apalagi sedari kecil, keinginan untuk memiliki baju begitu sulit. Sebab, sang ibu biasanya berutang kepada penjual baju. "Alhamdulillah sekarang bisa kasih baju terbaik buat mak bapak. Produk sendiri.

Dan walaupun tadinya mengecewakan me re ka karena mereka berharap perjuangan se telah selesai susah-susah cari beasiswa biar jadi 'orang' kerja kantoran, jadi dosen, bu kan jadi pedagang. Sekarang harapan orang tua mulai terlihat, walau masih sangat jauh dari harapan mereka," ujar Mulyani menguraikan.

Saat ini, lanjut Mulyani, De Mey's masih terus mengembangkan produk-produknya. Ke depan, usaha ini akan merilis gamis mau pun mukena dengan bonus gratis tas pan dan ramah lingkungan karya pengrajin Tasikmalaya.

Selain pengembangan produk, Mulyani juga terus menambah bekal diri berupa ilmu pemasaran. Harapannya tentu agar daya jangkau produk meluas walaupun ada keter batasan modal.

Dari sisi omzet, setiap bulan De Mey's menjual sekitar 400 potong mukena hingga gamis. Margin bersihnya sejauh ini tercatat Rp 6 juta sampai Rp 7 juta rupiah. Seiring berjalannya waktu, Mulyani meyakini usahanya ke depan akan semakin maju. Semua berkat keridhaan Allah SWT, tekad, kerja keras hingga niat mulia untuk membantu sesama.

Proyek lain

Di samping De Mey's, Mulyani beserta rekan-rekan sejawat yang pernah mengikuti pro gram pertukaran pemuda di Malaysia pada 2012, mendirikan Noesantara Project. Tu juannya adalah menyatukan warisan budaya bangsa seperti seni, bahasa, kerajin an, kuliner, dan kain.

Fokus Noesantara Project tidak hanya pengenalan budaya dari pelosok negeri, melainkan juga menggalang donasi melalui wirausaha agar dapat membantu pengem bangan kualitas sumber daya manusia di wilayah perbatasan Tanah Air.

"Kami senang dengan dunia pendidikan dan mau support pendidikan perbatasan dengan usaha kami. Jadi Noesantara Project berjalan dengan tujuan keuntungannya didonasikan ke edukasi nonformal anakanak di perbatasan," kata Mulyani. Usaha ini diawali dengan pengembangan com munity development and socioheritage preneurship kain nusantara. Terdapat dua pilot project, yaitu di Desa Pelmatak Kepulauan Anambas dan Papua. Proyek ini juga melibatkan para penjahit De Mey's.

"Termasuk keuntungan dari De Mey's saya alokasikan juga untuk kegiatan ini. Produk-produk yang kita jual juga alham dulillah direspons baik oleh pasar," ujar Mul yani. Meski saat ini pengembangan Noe san tara Project masih terkendala sejum lah aspek, Mulyani beserta rekan tetap me miliki harapan besar.

"Mimpinya program Noesantara Project ini keuntungannya betul-betul nantinya ingin buka banyak sekolah gratis di per batasan. Karena dulunya kami semua per nah mengabdi dalam pendidikan perba tas an. Dan sociopreneur-nya juga mau dikem bangkan jadi online market seperti Toko pedia, ya kayak Noesantarapedia yang khu sus menjual produk etnik dari pengrajinpengrajin pedalaman yang asli," kata Mulyani. "Cuma yang ini (Noesantara Pro ject) masih jauh dari mimpi. Masih banyak PR. Mudah-mudahan kami bisa meluruskan niat dan mengajak kawan-kawan seantero nusantara berkontribusi di program ini," lanjutnya.     ed: Ichsan Emrald Alamsyah

DE MEY'S

Pendiri: Mulyani Hassan

TTL: Kijang, Kepulauan Riau, 24 Oktober 1989

Instagram: d_meys

Line : de_meys

Facebook: Mulyani Hassan

NOESANTARA PROJECT

Pendiri:

1. Mulyani Hassan (alumni Biologi UI 2008, PPIM 2012, educator dan wirausaha)

2. Novietha Anggraini (PPIM 2012, aktivis KUMKM Kalimantan Timur)

3. Febrina Tanjumbulu (PPIM 2012, pegawai kabupaten dan pegiat fashion)

4. Agus Salim (PPIM 2012, WCS officer NTB) With our support team, the best project officer Digussia Nessa (aktivis dan alumni PPIM 2015) Instagram: noesantara_project Twitter: @noesantara_id Facebook: noesantara

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement