Jumat 29 Apr 2016 18:00 WIB

Haryanto Tanjo, CEO & Co-founder Moka: Bantu UMKM Lewat Solusi Kasir Digital

Red:

Cara terbaik untuk menemukan ceruk ekonomi baru adalah memanfaatkan pasar yang belum terlayani (underserved market). Fred Smith awalnya berpikir, mengapa surat atau paket tidak bisa sampai tujuan dalam semalam? Pertanyaan ini yang membuatnya sukses mendirikan Federal Express (FedEx).

Begitu juga dengan CEO dan Co-Founder Moka Haryanto Tanjo yang melihat ada sekitar 60 juta UMKM di Indonesia yang belum tersentuh perbankan, apalagi layanan usaha finansial berbasis digital. Dari sinilah tercetus ide untuk membuka pasar baru dengan produk bernama Moka.

Meski terbilang jarang, ternyata tak mudah bagi Haryanto untuk memasarkan produknya. Berikut wawancara Haryanto bersama wartawan Republika, Muthia Ramadhani, mengenai perkembangan bisnis Moka.

***

Mayoritas UMKM yang dikategorikan underserved market tersebut masih menjalankan bisnisnya secara manual, khususnya sistem kasir dan pencatatan laporan keuangan.

Ide Haryanto ini tak lepas dari pengalaman pribadinya. Pria lulusan University of California, Berkeley, ini sempat mempunyai perusahaan e-commerce baju di San Fransisco dan mengelola penjualannya secara manual. Karena terbilang baru, Haryanto saat itu tak bisa membeli sistem point-of-sales (POS) tradisional yang harganya mencapai ribuan dolar AS. Ia kemudian berpikir menemukan solusi pembayaran terintegrasi dengan POS mobile yang bisa digunakan berbagai bidang usaha di Indonesia sehingga lahirlah mPOS.

Sistem mPOS dirancang agar dapat bekerja cepat dan mudah digunakan sehingga seorang kasir, bahkan manajer restoran atau kedai kopi yang baru masuk kerja sekalipun, bisa mengoperasikannya. Sistem mPOS memiliki banyak fitur di backoffice-nya. Seluruh data, mulai dari menu item, jumlah item, transaksi pembayaran, laporan penjualan bulanan atau tahunan, metode pemesanan, metode pembayaran, stok, membership, rangkuman transaksi, hingga feedback dari pelanggan bisa diatur sesuai keinginan pemilik usaha cukup melalui ponsel dan tablet mereka.

Pria yang juga master lulusan UCLA Anderson School of Management ini mengatakan, ada tiga kendala utama jika UMKM masih menjalankan bisnis secara manual. Pertama, laporan keuangan yang ditulis manual, seperti pencatatan bon hanya memakan waktu, bahkan tak jarang datanya kurang akurat. Data tak bisa langsung diakses online karena masih tertulis di atas kertas sehingga pertumbuhan bisnis pun terganggu.

Kedua, proses manual tak memungkinkan UMKM mengatur stok barangnya (inventory stock management) secara tepat sehingga omzet bisa berkurang. Ketiga, sistem manual umumnya hanya melayani transaksi tunai sementara sistem pembayaran saat ini sudah canggih dengan kartu debit atau kredit.

Pelaku UMKM yang ingin menerima transaksi kartu debit atau kredit dari konsumen atau pelanggannya pasti membutuhkan mesin electronic data capture (EDC) dari bank. Pengajuan ke bank membutuhkan waktu dan data lengkap, terlebih UMKM dituntut berbentuk badan usaha, CV atau PT. Ini tentu menjadi kendala bagi mayoritas UMKM di Indonesia yang skala bisnisnya kecil.

"Kami mengidentifikasi kebutuhan UMKM untuk mengembangkan bisnis mereka. Rata-rata mereka membutuhkan solusi pembayaran maka timbul ide Moka," kata Haryanto dijumpai Republika di Bali, Rabu (20/4).

Moka adalah startup point-of-sales mobile (mPOS) yang memberikan solusi bagi UMKM yang tidak memiliki modal atau investasi untuk sistem finansial digital. Perusahaan start-up yang berbasis di Jakarta ini menyediakan solusi mudah bagi UMKM, cukup menggunakan ponsel atau tablet sebagai terminal untuk bertransaksi online secara real time di manapun dan kapan pun.

Moka menggunakan teknologi berbasis Cloud sehingga pelaku usaha bisa mengakses data penjualan langsung secara online. Contoh sederhana, manajer toko bisa memantau semua transaksi penjualan di semua outlet tanpa perlu berkunjung langsung atau meninggalkan head office. Solusi mPOS juga memungkinkan pelaku usaha melayani transaksi pembayaran dengan kartu debit dan kredit.

Moka memiliki klien dari banyak sektor industri yang secara umum dikelompokkan ke dalam tiga bidang usaha. Pertama, food and beverage, seperti kedai kopi, restoran cepat saji, toko roti, dan food truck. Kedua, peritel, seperti beauty and fashion store, hobbies, dan bazar. Ketiga, pelaku usaha jasa layanan, seperti salon dan spa.

Seluruh transaksi dan pencatatan dilakukan dengan aplikasi mPOS yang terintegrasi dengan ponsel, tablet, mesin printer, dan backoffice. Pelaku usaha cukup mengunduh aplikasi mPOS di ponsel atau tablet, mendaftarkan akunnya ke www.mokapos.com kemudian langsung berjualan. Konsumen atau pelanggan cukup memasukkan kartu kreditnya ke mesin mPOS dan jumlah yang harus dibayarkan langsung terpotong.

Mesin mPOS fungsinya sama dengan mesin EDC bank di mana Moka saat ini bekerja sama dengan Bank Mandiri. Nominal transaksi dari konsumen atau pelanggan langsung masuk ke rekening perusahaan atau pelaku usaha dalam tiga hari. Sistem pelaporan digital mPOS juga komprehensif.

Pria kelahiran 1989 ini mengaku kesulitan utama yang dihadapi Moka adalah edukasi pasar. Masih banyak pelaku UMKM yang alergi dengan solusi berbasis digital. Mereka menganggap biaya sistemnya mahal dan sulit mengoperasikannya.

Moka terus mengedukasi pelaku UMKM bahwa solusi yang ditawarkan sangat mudah dan harganya terjangkau. Moka melakukan monetisasi dari biaya langganan pengguna aplikasi sebesar Rp 250 ribu per bulan. Pengguna cukup membayar untuk satu akun, namun bisa digunakan untuk beberapa outlet atau cabang usaha.

Moka juga mengambil potongan komisi dari setiap transaksi kartu kredit berlogo Mastercard atau Visa di mesin mPOS. Potongannya 2,2 persen per transaksi atau 2,7 persen per transaksi bagi pelaku UMKM yang belum memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).  "Potongan komisi ini terbilang kecil dibandingkan peningkatan omzet pelaku UMKM yang menggunakan mPOS saat ini, rata-rata 30 persen," kata Haryanto.

Omzet pelaku UMKM bisa lebih besar jika mereka bergerak di bidang ekonomi kreatif, seperti di Bali yang menjadi destinasi pariwisata dunia. Sejak diluncurkan Agustus 2014, Moka yang hanya mengandalkan sumber daya manusia (SDM) sebanyak 50 orang ini sudah membantu lebih dari seribu pelaku UMKM di Jakarta dan Bandung. Di Bali, lebih dari 70 UMKM telah menggunakan mPOS.

"Tahun ini kami ingin ekspansi lebih banyak di kota-kota lain yang UMKM-nya membutuhkan solusi," kata Haryanto. Moka tahun ini juga bersinergi dengan perusahaan operator Telkomsel. Menurut Haryanto, cloud base mengharuskan semua data terhubung secara online ke backoffice. Telkomsel adalah mitra paling cocok karena jaringannya terluas dan tercepat di Indonesia.   ed: Ichsan Emrald Alamsyah  

BIODATA

Nama        : Haryanto Tanjo

Tahun Lahir    : 1989

Pendidikan    : Bachelor of Science di UC Berkeley dan MBA di UCLA Anderson

Jabatan    : CEO dan Co-founder Moka

Alamat Kantor: Ruko Business Park Kebon Jeruk, Jalan Meruya Ilir 88 Blok D2 No. 3, Jakarta Barat

E-mail        : [email protected]

Telepon Kantor    : (021) 30061547

Website    : www.mokapos.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement