Jumat 09 Oct 2015 14:00 WIB

Angkat Derajat UMKM Jadi Brand Nasional

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Angkat Derajat UMKM Jadi Brand Nasional


Tak mudah awalnya bagi Rendy Saputra untuk mengembangkan usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak dalam bidang mode. Adalah Keke Busana yang menjadi tanggung jawab pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini untuk didirikan menjadi usaha yang besar. Berikut kisah sukses Rendy Saputra dalam mengembangkan bisnisnya, yang dituturkan kepada Republika, belum lama ini. n

***

Perjalanan pajang telah ditempuh Rendy untuk mengembangkan usaha yang dirintis Tika Kartika sejak 2006 itu. Katanya, sebelum kedatangan dirinya Keke bukanlah sebuah perusahaan yang besar. "Mereka bentuknya seperti UKM saja. Ibu-ibu punya jahitan, tapi basis produksinya sudah mencapai 150 ribu potong per tahun," terang Rendy kepada Republika.

Sebelum berkembang besar, Rendi mengatakan Keke dulu merupakan sebuah perusahaan konvensi milik Tika Kartika. Bisnis konveksi tersebut berjalan pada tahun 1998.

Rendi mengatakan bisnis konveksi yang memproduksi pakaian kasual itu berjalan dengan baik di tahun-tahun berikutnya hingga ada serangan barang-barang dari Cina pada 2001 silam. Katanya, saat itu konvensi milik Tika mulai goyah.

Pantang menyerah, lanjut Rendi, Tika lantas mengubah jalur bisnis konveksi miliknya dengan memproduksi pakaian busana Muslim. Rendi mengatakan, ide tersebut muncul lantaran basis produksi busana Muslim cenderung lebih aman.

Bisnis terus bergerak sejak didirikan delapan tahun lalu meski tanpa struktur organisasi yang jelas atau bahkan visi dan misi. Katanya, Keke saat itu hanya memiliki katalog, produksi, inventori dan pengiriman ke distributor. "Jadi sejak 2006 itu mereka terus tumbuh secara organik saja," kata Rendy menjelaskan.

Rendi mengatakan kedatangan dirinya ke dalam tubuh Keke membuat perusahaan busana Muslim itu tersebut kian membesar. Masuknya Rendi membuat perusahaan busana yang berasis di Bogor, Jawa Barat, itu mulai terjun ke dunia busana Nasional.

Bergabungnya Rendi ke dalam tubuh Keke busana sekaligus memetakan jajaran direksi dalam perusahaan yang menyediakan baju Muslim bagi anak-anak hingga dewasa ini. Resmi digenggam pada Januari 2014 oleh Rendi, Keke baru memiliki kantor representatif di Bogor.

"Setelah itu baru ada manager brand marketing. Kita ngobrol ke pakar branding dan barulah Keke ini dibangun secara korporasi," terang Rendi.

 

Kedatangan Rendi dengan struktur organisasi serta branding yang dibangun membuat Keke Busana kian dikenal masyarakat. Hal tersebut membuat produksi Keke terus meningkat hingga dua kali lipat kini. "Sekarang kita mampu memproduksi hingga 300 ribu potong pakaian," terang Rendi.

Rendi menjelaskan ratusan ribu potong baju tersebut dipasarkan secara tersebut di toko-toko ritel mulai Sabang hingga Merauke. Meski demikian, Rendi mengaku fokus distribusi barang dagangannya masih di sekitar Jabodetabek. "Market share kita 80 persen masih di pulau Jawa," terangnnya.

Rendi mengatakan, distribusi ratusan kaus siap pakai itu kini telah tersebar di 460 agen multiproduk. Kemitraan, kata Rendi, terus digunakan sejak Keke Busana berdiri.

Tak ada keinginan bagi Chief Executive Officer Keke Busana ini untuk membangun sebuah toko khusus untuk koleksi busana yang dimiliki Keke. Padahal, dengan membangun toko secara mandiri, Keke bisa mengurangi 50 persen ongkos produksi dari sisi distribusi.

"Komitmen kita akan tetap seperti itu. Kita tidak mau menjual ke pasar langsung karena itu akan membunuh jaringan yang telah kita bangun dengan agen," jelas Rendi.

Rendi menjelaskan, penggunaan kemitraan distributor dan agen juga dilakukan untuk menggerakkan ekonomi lokal. Lanjutnya, Keke bukan perusahaan yang berniat menggurita untuk menguasai pasar mulai hulu hingga ke hilir. 

"Bagi kami, berbagi adalah semangat yang paling penting. Jadi, kalo market beli produk kami, selain atas alasan benefit produk, market yang membeli berarti mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.

Meski demikian, Rendi mengaku kalau Keke juga harus mengikuti perkembangan teknologi. Hal tersebut, kata Rendi, membuat Keke tak menutup kemungkinan untuk membuka sebuah toko atau situs belanja online. "Memang akan menuju ke sana, tapi kami masih berusaha mematangkan konsep ini," terangnya.

Tahun demi tahun telah dilewati Rendi bersama Keke Busana. Persaingan pasar juga sudah dilalui dengan Keke keluar sebagai pemimpin produk busana Muslim di kelasnya.

Hal tersebut, jelas Rendi, dilakukan dengan menjaga kualitas dari barang yang mereka produksi. Penguatan nama produk atau branding yang dilakukan Rendi dengan mengencangkan kualitas barang yang diproduksinya.

"Kami percaya bahwa representasi terbaik adalah dengan kualitas produk. Kalau kualitas produk buruk, branding yang dilakukan juga percuma," terang Rendi.

Keke busana merupakan produsen busana Muslim yang membuat pakaian mulai dari anak-anak hingga dewasa untuk pria dan wanita. Rendi menjelaskan 60 persen pangsa pasar terbesar dari produk jajakannya datang dari pakaian anak. "Baru 30 persen dari produk wanita dan 10 persen sisanya dari produk busana Muslim pria," ungkapnya.

Pangsa pasar yang besar dari segmen anak ini, diakui Rendi, karena DNA Keke sedari awal adalah baju anak. Katanya, sejak 1998, sebelum brand Keke lahir, sudah hadir untuk memproduksi baju anak. "Dan di tahun itu Keke belum punya brand. Merk Keke baru ada pada tahun 2006," terangnya.

Rendi menjelaskan, pasar pada anak juga memiliki segmennya yang sangat besar. Katanya, 25 persen dari populasi negeri ini adalah anak-anak yang usianya kurang dari 10 tahun. "Indonesia mendapat angka kelahiran anak sekitar 3 juta per tahun. Dan ini pasar yang besar," terangnya.

Sementara harga jual produk busana Muslim buatan Keke beragam di tiap pedagang ritel. Namun, berdasarkan data yang dihimpun di dunia maya dari agensi penjual ritel, satu produk Keke dilepas dengan harga berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu.

Angka tersebut, jelas Rendi, merupakan harga yang wajar mengingat produk Keke telah teruji secara kualitas. Katanya, sampai dengan 2013, Keke hampir tidak melakukan aktivitas marketing yang berarti.

Rendi menilai harga tersebut juga terbilang wajar mengingat secara emosi, Keke ini produk dalam negeri yang berbahan baku kain dari pemasok lokal. Jelasnya, Keke ingin hadir untuk memberi nilai tambah ekonomi dalam negeri.

"Walau brand melesat, kami ingin hadir dengan harga terjangkau oleh pasar. Sekuat tenaga kami juga pekerjakan tenaga lokal, mitra lokal, hingga pemasok lokal," katanya.

Rendi mengatakan, ke depannya Keke berencana untuk menguatkan produk pada segmen wanita dan pria dewasa. Lanjutnya, di segmen wanita Keke berfokus pada hijab syar'i. "Karena DNA market kita tergolong 'Muslim kajian', jadi sangat ideologis," katanya.

Rendi menambahkan, di segmen pria, Keke tengah serius menggarap busana Kemeja Koko. Jelasnya, Keke optimistis kalau produk tersebut bisa memimpin pasar pakaian Koko di Indonesia. n c18 ed: zaky al hamzah

***

Biodata

Nama    : Rendy Saputra

Tempat Tanggal Lahir    : Balikpapan, 1 juli 1986

Profesi            : CEO Keke Busana

Alamat            : Jalan KS Tubun no 1, Bogor, Jawa Barat

HP/Kontak        : Kontak: 0853 2422 9900

Aktivitas        : 

- Ketua Bidang Pemberdayaan UKM Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia

- Trainer Optimasi Kinerja SDM di beberapa corporate 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement