Jumat 03 Jul 2015 16:00 WIB

Agri Maestro Perkasa, Produsen Pupuk Cacing Lokos: Memupuk Untung Pupuk Organik

Red:

Empat sahabat, Daniel Wahyudi, Syamsul Bakhri Salam, Willyanto, dan Gustin Leslie, tidak mengikuti jalan pengusaha muda yang memilih bisnis kuliner dan fashion. Mereka lebih memilih cacing dan kotoran hewan untuk dijadikan bahan baku dalam bisnis. Pilihan bisnis itu tidak sembarangan karena potensi bisnis produk pupuk ternyata menjanjikan. Lewat pupuk Lokos, mereka kini mampu menyediakan permintaan pupuk untuk pertanian organik. Selain mengundang laba, mereka juga ingin bisnis itu turut menjaga kesehatan lingkungan.

Bisnis pupuk yang digeluti Daniel, Syamsul, Willyanto, dan Gustin bermula di penghujung 2013. Saat itu, mereka sepakat untuk merumuskan bisnis yang penghasilannya tidak musiman.

"Kita pengen jadi pengusaha sukses, bertahan lama, dan berguna bukan cuma buat kita sendiri," kata Syamsul kepada Republika, belum lama ini.

Penentuan jenis bisnis yang akan mereka geluti melewati beragam diskusi. Akhirnya, mereka sepakat untuk membuat pupuk yang dihasilkan dari kontribusi kotoran cacing. Kesepakatan itu mereka dapatkan karena menimbang pasar pupuk sangat potensial di Indonesia yang merupakan negara agraris.

Ide bisnis tersebut kemudian mereka wujudkan dengan mendirikan perusahaan bernama Agri Maestro Perkasa (AMP) pada Juni 2014 di Tangerang. Syamsul mengatakan, mereka ingin membuat perusahaan yang menjadi standar dan panutan dalam pengembangan agribisnis Indonesia melalui pupuk Lokos. Selain itu, bisnis pupuk ditargetkan memberi manfaat yang lebih luas bagi lingkungan.

Modal awal bisnis pupuk Lokos berasal dari iuran Rp 2 juta per anggota. Modal tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan produksi dan bahan baku serta sewa tempat. Bahan baku tersebut termasuk 10 kg cacing. Modal itu juga mereka gunakan untuk distribusi.

Syamsul mengaku mereka tidak memiliki dasar pengetahuan untuk membuat pupuk. Mereka hanya mengandalkan informasi dari internet. Kurangnya informasi membuat mereka sempat merugi akibat cacing yang mereka beli dimakan kodok. Dalam dua pekan, modal cacing mereka berkurang hingga tinggal satu kg. Selain itu, mereka rugi akibat pembelian plastik kemasan.

"Kita nggak melihat harga pasar, banyak uang modal habis di plastik, padahal harga plastik itu murah, seharusnya dijual Rp 500, tapi kita dapat Rp 3.000," kata Syamsul.

Kerugian itu tidak membuat mereka menyerah. Mereka kembali menambah modal dengan iuran masing-masing anggota Rp 2,5 juta. Kegagalan sebelumnya mereka pakai sebagai pelajaran. Mereka mencari informasi lebih banyak dari praktisi pupuk. Informasi itu mereka gunakan untuk membuat inovasi dalam proses pembuatan pupuk.

Pendiri AMP lainnya, Daniel, mengungkapkan Lokos merupakan pupuk organik yang diracik melalui proses fermentasi bertahap. Bahan baku dicari yang berkualitas berupa kotoran kambing dan sapi. Kotoran itu kemudian diproses melalui beberapa tahap fermentasi dengan bantuan cacing jenis Lumbricus rubellus.

Pupuk Lokos tidak hanya menggunakan satu macam limbah seperti produk serupa lain. Pupuk Lokos menggunakan berbagai macam campuran, seperti kotoran sapi, kotoran kambing, serta sekam bakar.

"Pupuk ini akan menghasilkan produk pertanian organik yang sehat sehingga bernilai jual tinggi," ujar pria 21 tahun itu.

Produk lain yang mereka produksi disesuaikan dengan jenis tumbuhan. Mereka membuat Lokos Natural 555 untuk tanaman rumahan. Selain itu, mereka membuat pupuk jenis Lokos Super Kascing, Lokos Sawit, hingga Lokos Fruty untuk tanaman buah-buahan.

Proses produksi pupuk tersebut memakan waktu hingga enam bulan. Setelah pupuk siap, mereka melakukan promosi dan pemasaran. Namun, produk baru tersebut tidak lantas langsung mendapat sambutan dari konsumen.

Willyanto mengatakan ada sejumlah konsumen yang meragukan produk pupuk tersebut. Mereka pun memutuskan untuk memberi pupuk secara gratis agar konsumen bisa membuktikan manfaat produk tersebut.

"Kita juga membawa contoh hasil tanaman yang diberi pupuk Lokos sembari menerangkan bahwa menciptakan lingkungan rindang oleh tanaman bisa dimulai dari penggunaan Lokos," kata Willyanto.

Selain memberi contoh pupuk gratis, mereka memberikan harga khusus untuk pembelian langsung melalui layanan Lokos Customer. Pupuk tersebut mereka jual dengan harga Rp 15 ribu per kg di tingkat konsumen.

Pemasaran secara langsung juga mereka lakukan dengan membawa mobil bak terbuka yang bisa memuat 150 kemasan. "Kita komitmen, tidak akan pulang sebelum pupuk habis," katanya. Selain itu, pemasaran mereka lakukan dari pintu ke pintu. Mereka mendatangi langsung petani dan pengusaha tanaman hias. Cara promosi itu dinilai efektif membantu pemasaran. Ini karena promosi mereka kemudian menjadi dari mulut ke mulut.

Setiap bulan, produksi pupuk Lokos mencapai 15 ton atau sekitar 1.500 kemasan. Saat ini AMP telah memiliki empat pelanggan yang rata-rata setiap bulan memesan 30 kemasan pupuk. Meski demikian, Willyanto masih enggan menyebut omzet per bulan.

Pemasaran yang mereka lakukan tidak akan berhenti melalui berbagai cara tersebut. Willyanto mengaku mereka ingin memiliki supermarket khusus yang menjual produk agribisnis. Mereka juga ingin jadi pelopor pengembangan industri pendukung agraris yang ramah lingkungan dengan didukung teknologi dalam jaringan. "Ingin seperti Tokopedia dan Kaskus yang barangnya gampang didapat," ujarnya. Oleh Sonia Fitri ed: Nur Aini

Profil Perusahaan:

Nama  : Agri Maestro Perkasa

Tanggal berdiri : Juni 2014

Alamat : KP Ranca Serdang,12/03. Kel Ranca Iyuh, Panongan, Tangerang

Produk : Pupuk organik

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement