Jumat 22 Aug 2014 12:00 WIB

Produk IKM Daerah Terhambat Pemasaran

Red:

JAKARTA — Pemerintah memiliki pekerjaan dalam memasarkan produk-produk milik pelaku industri kecil menengah (IKM) di daerah. Meski produksi mereka meningkat, pemasarannya masih terhambat, terutama untuk menembus pasar nasional. "Ingin dipasarkan umum, tapi kendalanya susah harus menyertai izin makanan-minuman resmi dari pihak berwenang," ujar Siti Mudjianah, pelaku IKM produk makanan dan minuman asal Kabupaten Fakfak, Papua Barat, ditemui di Pameran Produk Unggulan Binaan Tenaga Penyuluh Lapangan dan Wirausaha Baru di Jakarta, Rabu (20/8).

Selama ini, dia menjual hasil industrinya yang berupa makanan dan minuman berbahan dasar buah pala, seperti manisan, kecap, sirup, dan lainnya di rumah dan menitipkan sebagian di hotel maupun pameran.

Ke depan, pihaknya menginginkan peran penting pemerintah memberi kelancaran dan membantu proses perizinan agar makanan-minuman khas daerah bisa dipasarkan secara umum. "Tapi, untuk bantuan mesin dan pelatihan, pemerintah setempat sudah sangat perhatian," katanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:BASRI MARZUKI/ANTARA

Pekerja menyelesaikan kursi rotan pesanan pembeli di salah satu industri kecil mebel rotan di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (23/11).

 

Pelaku IKM asal Aceh, Ferdyni Fuad, juga mengalami hal serupa. Ia menghasilkan produksi kerajinan tradisional khas Tanah Rencong, seperti tas, dompet, kerajinan, dan aksesori lainnya.

Meski tidak harus mengurus izin resmi, seperti makanan-minuman, pemasaran hasil industri di tingkat lokal saja karena keterbatasan mengembangkan usahanya di daerah lain. "Rumah usaha masih lokal dan belum ke luar provinsi. Di Aceh, ada pusat perdagangan khusus menjual barang hasil industri. Sedangkan, untuk promosi ke luar daerah masih melalui pameran seperti ini," kata dia.

Kondisi berbeda dialami pelaku IKM asal Jawa Timur (Jatim). Hasil industrinya berupa kain tenun dan batik tulis justru bergairah di luar daerah.

Hal itu, menurut salah satu IKM batik, Mimin Ratnawati, karena pemerintah provinsi sangat mendukung dan tidak pernah berhenti menggelar kegiatan di daerah-daerah lain. "Ini yang membuat hasil industri kecil kami dikenal," katanya.

Kendala utama, kata dia, malah berasal dari pesaing usaha serupa yang mulai mengembangkan bisnis kain batik bukan dengan tulis, melainkan dengan mesin atau batik cap.

Di samping harga murah, pembuatannya juga cepat. Berbeda dengan batik tulis yang membutuhkan waktu lama dengan harga mahal. "Tapi, kami yakin pencinta batik tetap mengutamakan kualitas," kata perempuan asal Kediri tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Budi Setiawan mengaku bangga dengan perkembangan IKM di wilayahnya karena dinilai berhasil mengembangkan tidak hanya di daerah.

"Pemprov tidak akan berhenti promosi, salah satu caranya dengan berpameran di wilayah lain. Kami juga sudah membuka 26 kantor dagang perwakilan Jatim di Tanah Air dan akan menambahnya hingga seluruh provinsi," katanya. antara ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement