Selasa 18 Oct 2016 14:00 WIB

Berusia 111 Tahun, SI Berharap Bangkit

Red:

JAKARTA — Berusia tepat 111 tahun pada 16 Oktober lalu, organisasi kemasyarakatan (ormas) Syarikat Islam (SI) berharap bangkit dan membangun kembali kejayaannya.  

Ketua Umum SI Hamdan Zoelva mengatakan, organisasi yang dulu bernama Syarikat Dagang Islam ini mengawali kiprahnya sebagai organisasi pergerakan. Sempat berjaya pada masa-masa sebelum kemerdekaan, SI terus mengalami penurunan.

Karena itu, kata Hamdan, usia 111 tahun ini akan dijadikan momentum oleh segenap elemen ormas ini untuk mengembalikan dan membangun kembali kejayaan SI.

"Saatnya SI melakukan penyegaran diri," ujar Hamdan kepada Republika, Senin (17/10).

Ia menerangkan, pada usia 111 tahun ini, SI telah memulai langkah baru sebagai organisasi yang sangat dewasa. Menurutnya, perjalanan keorganisasian yang telah menapak lebih dari satu abad itu harus dijadikan momentum untuk melakukan evaluasi dan menyusun ulang strategi pergerakan SI.

Menurut mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini, evaluasi dan strategi SI akan disesuaikan dengan kondisi dan situasi Indonesia saat ini. Tetapi, ia menegaskan, SI akan tetap menanamkan dua nilai yang telah ada sejak awal berdirinya ormas ini, yaitu kebangkitan Indonesia serta terlaksananya ajaran Islam sepenuhnya dan seluasnya.

Terkait situasi dan kondisi umat saat ini, ia menilai, umat Islam di Indonesia masih menghadapi masalah yang sama, yaitu terpinggirkan. "'Hal itulah yang akan menjadi fokus pergerakan SI pada masa yang akan datang, setidaknya membangun kekuatan ekonomi dan politik umat Islam di Indonesia,'" ujarnya.

Peringatan Milad ke-111 SI diselenggarakan dalam bentuk pengajian dan silaturahim akbar di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (16/10). Sejarah mencatat, SI berdiri pada 16 Oktober 1905.

"Inilah organisasi tertua di Indonesia, yang pada awalnya bernama Syarikat Dagang Indonesia, berdiri pada 1905," kata Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin saat memberi sambutan pada acara tersebut.

Pada silaturahim akbar yang dihadiri DPC dan DPW SI se-Indonesia itu, Menag mengapresiasi kiprah dan kontribusi besar SI terhadap perkembangan dan pembangunan Indonesia. Mengusung moto "Sebersih-bersih Tauhid, Setinggi-tinggi Ilmu, dan Sepandai Siyasah", SI dinilai telah berjalan seiring sejalan dalam membangun bangsa Indonesia yang beragam.

"Agama manapun mengajarkan kebaikan, apalagi Islam, sesuai namanya diartikan dengan memberikan keselamatan di muka bumi," kata Menag seperti dilansir laman resmi Kementerian Agama.

Terkait keilmuan, Menag menyoroti kiprah SI dalam mencerdaskan anak bangsa pada era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Adapun terkait siyasah, Menag mendorong SI agar tetap konsisten berkiprah politik dalam pengertian luas, bukan sekadar politik praktis. Maksudnya, kiprah SI dalam memperjuangkan dan mengelola semua aspek kehidupan bangsa yang sangat beragam untuk bisa mencapai kesepakatan melalui permusyawaratan.

"Sesungguhnya mereka (pendiri SI) adalah figur yang paham dengan kondisi keindonesiaan, yang mana nilai-nilai keislaman tidak bisa dipisahkan dari bangsa yang beragam," kata Menag.

Peringatan milad, lanjut Menag, mengandung pesan agar umat Islam dapat menjaga warisan baik para pendahulu. Lebih dari itu, selaku penerus, umat Islam juga harus mampu membuat inovasi dan kreasi dalam mewujudkan hal baru yang lebih baik dan kontekstual untuk menjawab permasalahan bangsa.

Untuk itu, Menag berharap, SI dan ormas lainya bisa menjaga keindonesiaan, agar tetap menjadi bangsa yang religius serta toleran.      rep: Wahyu Suryana, ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement