Selasa 28 Jun 2016 16:00 WIB

Mengharap Malam Kemuliaan

Red:

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (QS al-Qadr: 3-5).

Ahad menjadi hari ketiga bagi Sumartono menjalankan iktikaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta. Warga Tanjung Priok itu menghabiskan hari-harinya dengan shalat, berzikir, dan membaca Alquran. Meski baru tahun ini beriktikaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, Sumartono berencana menghabiskan malam-malamnya hingga akhir Ramadhan. Dia hendak memburu Lailatul Qadar.

Bagi Sumartono, Lailatul Qadar merupakan syariat yang disunahkan Rasulullah SAW. "Makanya bermunajat mudah-mudahan mendapatkan malam Lailatul Qadar," ujar Sumartono kepada Republika, di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (26/6).

Sumartono tidak mengetahui secara pasti apa makna istilah Lailatul Qadar. Namun, dia mengetahui Lailatul Qadar merupakan malam yang baik. Karena itu, dia memperbanyak istighfar, berzikir, dan membaca Alquran. "Yang diharapkan ada peningkatan kualitas beribadah secara ritual dan sosial," kata Sumartono.

Wasir, warga Cipinang Besar Utara juga berharap sama, menginginkan Lailatul Qadar. Wasir meyakini, akan sangat baik jika dia mendapatkan malam kemuliaan itu. "Cuma kan cara mendapatkannya belum tahu," ucap Wasir.

Menurut Wasir, tidak setiap bulan terjadi Lailatul Qadar. Untuk itu, Wasir tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan Ramadhan tahun ini. Dia pun menyibukkan diri dengan mengaji dan memperbanyak shalat.

Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof KH Ahmad Satori Ismail mengatakan, setiap malam selama Ramadhan, Rasulullah SAW selalu mengajak anak dan keluarganya untuk memperbanyak ibadah.  Konstelasinya terus meningkat ketika sepuluh hari terakhir. Khususnya pada malam-malam ganjil yang sering kali dinisbahkan sebagai waktu turunnya Lailatul Qadar.

Selain ibadah rutin seperti shalat dan membaca Alquran, banyak ibadah yang dapat dilakukan. Salah satunya iktikaf di masjid. Rasulullah pada tahun terakhir sebelum wafat, beritikaf selama 20 hari pada bulan Ramadhan. "Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah amalan apa yang sering dilakukan saat sepuluh malam terakhir, Rasulullah menjawab untuk memperbanyak berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT," jelas dia kepada Republika, Ahad (26/6).

Menurut Kiai Satori, malam Lailatul Qadar biasanya terjadi pada malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam tersebut biasanya suasana hening, tidak ada hujan lebat dan angin kencang. Saat pagi, matahari akan bersinar terang tetapi panasnya tidak menyengat.

Mereka yang mendapatkan malam Lailatul Qadar biasanya memiliki ciri khusus. Satori menjelaskan, orang yang mendapatkan Lailatul Qadar  biasanya memiliki kehidupan beragama lebih baik. Mereka akan memiliki kualitas yang unggul dalam sisi ibadah, ekonomi, dan sosial. Mereka akan selalu didekatkan dengan Allah SWT.

Setelah mendapatkan Lailatul Qadar, mereka merasa memiliki keindahan menuju husnul khatimah.   Satori mengungkapkan, orang yang mendapatkan Lailatul Qadar tidak akan membuat pengumuman kepada lingkungannya. Menurutnya, bukan begitu sifat penerima Lailatul Qadar.

Kaum Muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar. Menurut dia, kaum perempuan tak harus khawatir tidak mendapatkan malam Lailatul Qadar karena terhalang haid, nifas atau tidak berpuasa karena hamil. Banyak amalan lain yang dapat rutin dijalankan pada malam-malam terakhir Ramadhan.

Mereka bisa memperbanyak zikir, taat kepada suami, orang tua, dan tidak meninggalkan kewajiban sebagai istri dan anak. Seorang perempuan dapat memperbanyak doa tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga keluarga dan negara.

Mereka yang telah rajin beribadah tetapi belum baligh atau mumayiz (masih kanak-kanak), maka pahalanya diberikan kepada orang tua. Orang tua tersebut bisa saja mendapatkan malam Lailatul Qadar berkat kesuksesan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang saleh.   rep: Rahmat Fajar, Ratna Ajeng Tejomukti, ed: A Syalaby Ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement