Selasa 28 Jun 2016 16:00 WIB

Suasana Pondok Pesantren di Dalam Lapas

Red:

Ada nuansa yang berbeda di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan kemarin. Biasanya, warga binaan (wabin) di lapas menjalani aktivitas seperti biasanya. Masing-masing dengan kegiatannya sendiri, seperti pembinaan keterampilan, aktivitas bersih-bersih, dan lain-lain dengan mengenakan seragam wabin.

Namun, pada hari itu, sebagian besar wabin tampak mengenakan kopiah, baju koko, dan bersarung. Mereka terlihat rapi dan tertib. Kalam Ilahi juga melantun merdu hingga ke setiap sudut lapas.

Sesekali, seruan azan terdengar menggema dari dalam Masjid Darut Ta'ibin yang berada di dalam lingkungan lapas yang menempati bangunan dari salah satu peninggalan kolonial di kota ini. Karena itu, suasana yang muncul saat itu jauh dari kondisi lapas pada umumnya. Pada hari ke-19 Ramadhan di Lapas Ambarawa, justru tampak seperti suasana di pondok pesantren.

"Kali ini, memang hari spesial di lapas ini. Karena, ada kegiatan Pesantren Ramadhan," ungkap Fauzian Fikri, salah satu wabin Lapas Kelas II A Ambarawa saat ditemui di salah satu kerumunan peserta kegiatan tersebut.

Ada lagi kegiatan yang menarik bagi wabin di sana. Untuk menyemarakkan Ramadhan kali ini, kata dia, digelar sejumlah lomba yang diperuntukkan bagi para wabin, seperti lomba azan dan tartil Alquran. Masing-masing blok di lapas ini mewakilkan penghuninya sebagai peserta untuk berpartisipasi dalam lomba yang diprakarsai oleh pihak lapas tersebut.

Mereka terlihat bersemangat dan antusiasmenya cukup tinggi dalam mengikuti berbagai kegiatan tersebut. Ratusan wabin terlibat dalam macam-macam acara yang digelar lapas. "Bagaimanapun, selama berhari-hari berada di balik jeruji besi, para penghuni, seperti kami, juga merindukan suasana Ramadhan, apalagi Hari Raya Idul Fitri nanti," katanya.

Kepala Lapas Kelas II A Ambarawa Priya Pratama mengapresiasi para wabin yang sangat antusias mengikuti lomba dan pesantren kilat ini. Untuk Pesantren Ramadhan, ratusan wabin ikut terlibat aktif. Sedangkan, lomba azan diikuti tak kurang dari 19 wabin yang mewakili penghuni kamar (sel). Sedangkan, lomba tartil Alquran diikuti oleh 21 orang wabin. "Ini menjadi cara kami agar para wabin ini bisa kembali dekat dengan nilai-nilai Islami," jelasnya.

Priya menambahkan, selama Ramadhan, pihaknya juga memberikan keleluasaan kepada para wabin (Muslim) untuk menunaikan kewajiban ibadahnya. Pada malam hari, wabin juga mengikuti kegiatan shalat Tarawih dan tadarus Alquran di luar shalat Zhuhur dan shalat Ashar berjamaah yang sudah rutin dilaksanakan wabin.

Bahkan, bagi para wabin yang sudah mampu, mereka secara bergantian memberikan tausiyah pada saat shalat Tarawih. "Kami beri kesempatan mereka untuk melakukan kebaikan ini," lanjutnya.

Anwar, wabin lain, mengakui, menjalani masa hukuman di dalam lapas nuansanya sangat berbeda pada saat Ramadhan. Dia malah merasa seperti ada di pondok pesantren saat Ramadhan, bukan seperti di dalam lapas. Menurutnya, itu terjadi karena di sana digelar berbagai kegiatan rohani, mulai dari tadarus, mengaji, sampai mendengarkan tausiyah para pembina dan rekan sesama wabin. "Suasana ini bahkan mengobati kerinduan kami pada kehidupan di luar lapas," katanya.     Oleh Bowo Pribadi, ed: Dewi Mardiani 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement