Senin 30 May 2016 14:15 WIB

mozaik- Meneropong Supernova dalam Karya Ibnu Sina

Red:

Bapak pengobatan modern. Itulah predikat terhormat yang tersemat pada ilmuwan Muslim, Ibnu Sina. Namun jangan salah, Ibnu Sina tak hanya menekuni ilmu kedokteran dan pengobatan. Ia juga mendalami beberapa ilmu pengetahuan lainnya seperti astronomi, pendidikan, filsafat, bahkan politik.

Di ranah astronomi, Ibnu Sina yang oleh kalangan Barat dikenal sebagai Avicenna pernah mengamati supernova yang kemudian ia beri kode SN 1006. Ilmuwan yang lahir pada 980 M ini mengatakan, SN 1006 lebih terang dibandingkan Venus.

Supernova merupakan ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi sangat besar. Supernova merupakan pertanda berakhirnya keberadaan suatu bintang. Dalam kitabnya yang berjudul As-Syifa (The Book of Healing), Ibnu Sina menjelaskan tentang bentuk, arah dan penampilan supernova.

Buku ini ditulis ilmuwan asal Persia ini selama 10 tahun, dari 1013 hingga 1023. Belum lama ini tiga ilmuwan Jerman yakni Ralph Neuhauser, Carl Ehrig-Eggert, dan Paul Kunitzsch berupaya menggali lebih dalam informasi penting terkait SN 1006 dengan mengacu pada karya ilmiah Ibnu Sina yakni As-Syifa/.

"Kami sedang mendalami laporan tentang supernova (SN 1006) yang ditulis oleh ilmuwan Muslim terkenal, Ibnu Sina. Laporan itu belum pernah dibahas dalam literatur astronomi mana pun sebelumnya," demikian pernyataan tiga ilmuwan tersebut yang dipublikasikan laman arxiv.org.

Laporan observasi singkat tentang supernova itu, lanjut pernyataan tersebut, termuat dalam kitab karya Ibnu Sina As-Syifa. "Ini adalah kitab yang berisi tentang filsafat, namun membahas juga fisika, astronomi dan meteorologi," katanya menyambung pernyataan itu.

Ketiga ilmuwan itu yakin, karya ilmiah tersebut ditulis ketika Ibnu Sina berada di Iran, Turkmenistan, atau Uzbekistan.

Sejatinya, tulisan ilmiah terkait SN 1006 telah banyak. Namun, karya Ibnu Sina memberikan informasi penting tentang fenomena luar angkasa itu. Karena itulah, tiga ilmuwan Jerman tersebut menjadikan karya ilmiah Ibnu Sina sebagai rujukan.

Dalam karyanya, Ibnu Sina menjelaskan, SN 1006  tiga bulan lebih terang dari cahaya Planet Venus. Ia pun menjelaskan tentang bentuk, arah, dan penampilan supernova. "Semula kegelapan dan kehijauan. Kemudian menjadi sangat terang mengeluarkan percikan. Kemudian makin terang, lalu meredup dan menghilang. Bentuknya seperti jenggot atau hewan bertanduk," tulis Ibnu Sina.

Dalam upaya menguak SN 1006, tiga ilmuwan Jerman itu menerjemahkan bagian dari kitab As-Syifa yang membahas tentang fenomena antariksa tersebut. Kitab ini terdiri dari 10 jilid yang membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Di kitab ini, astronomi dibahas pada jilid ketiga.

Sebenarnya, As-Syifa merupakan karya tulis Ibnu Sina dalam bidang filsafat. Kitab ini menguraikan filsafat dari berbagai aspek. Kitab ini juga menjabarkan cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Di dunia kedokteran, kitab ini menjadi semacam ensiklopedia.

Dalam bahasa Latin, kitab ini dikenal dengan nama Sanatio. As-Syifa merupakan buku yang paling lama ditulis oleh Ibnu Sina. Namun sayangnya, sulit sekali mencari salinan bahkan terjemahannya Bahasa Indonesia. Padahal kitab ini dikenal sebagai ensiklopedia terbesar yang dimiliki oleh umat Islam.

Selain astronomi dan kedokteran, buku ini juga membahas bidang ilmu lain seperti fisika, metafisika, matematika, dan logika.  Ringkasan kajian dalam kitab ini dimuat dalam buku An-Najat. Buku yang dicetak di Teheran, Iran ini mengulas tentang fisika dan metafisika. Sedangkan ulasan mengenai logika dimuat dalam buku Al-Burhan yang terbit pada 1954 di Kairo, Mesir

Dalam bukunya, Ibnu Sina membahas enam aspek dalam ilmu fisika yakni kosmologi, perubahan, aksi-reaksi, psikologi, mineorologi, dan botani. Selain berhubungan dengan manusia, ia juga membahas ilmu tentang hewan (zoologi). Dalam As-Syifa, zoologi dibahas pada jilid enam.

Sina juga mengulas ilmu logika. Cara dia mengulasnya tidak jauh berbeda dengan gurunya, Aristoteles.  Di As-Syifa, ia menjelaskan sepuluh konsep yang mirip dengan pandangan Aristoteles antara lain makna dari substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, posisi, kepemilikan, aksi, dan pasif.

Selain As-Syifa, Ibnu Sina juga membahas astronomi dalam buku lainnya, yakni Al-Magest. Kitab ini membahas astronomi dan masalah yang belum dibahas pada kitab sebelumnya.

Meski Ibnu Sina sempat belajar pada Aristoteles, dalam kitab ini terlihat sekali ia berseberangan dengan pemikiran Aristoteles. Dia meragukan pandangan Aristoteles tentang kesamaan bintang-bintang tak bergerak dan kesamaan satuan jaraknya.

Di dalam As-Syifa, dia menguraikan bahwa bintang-bintang yang tak bergerak tidak berada pada satu globe. Dia juga membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, bahan tambang, menganalisis fenomena atmosfer seperti angin, awan, dan pelangi.

Selain Aristoteles, dalam As-Syifa Ibnu Sina juga mengadopsi pemikiran Ptolemy saat membahas matematika, dan Plato saat membahas metafisika. Pada abad pertengahan, kitab ini menjadi standar pelajaran filsafat di berbagai sekolah tinggi di Eropa.   rep: Ratna Ajeng Tejomukti, ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement