Senin 11 Apr 2016 14:00 WIB

Kehormatan dari Erdogan untuk Kalla

Red:

Saya dan rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla tiba saat rintik hujan membasahi tanah Lanham, Maryland, Amerika Serikat (AS), Sabtu (2/4). Suhu udara terasa lebih dingin saat angin menyapa pori-pori kulit kami. Namun, ribuan orang berhidung mancung—yang lebih dulu menyemut—tak beringsut dari lapangan mereka berpijak. Lantunan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW seolah menghangatkan kebersamaan mereka.

Tim protokoler kepresidenan Turki sigap menyambut kedatangan kami. Dengan ramah mereka mengarahkan Kalla bertemu Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan. Suasana hangat dan akrab tampak ketika dua pemimpin negara yang telah bersahabat lama itu berjumpa.

Erdogan merangkul bahu dan menggenggam tangan Kalla. Sementara, Kalla terus tersenyum membalas kehangatan sahabatnya. Sesaat kemudian keduanya larut dalam perbincangan.

Kalla datang ke Lanham, Maryland, untuk memenuhi undangan Erdogan dalam acara peresmian Turkish-American Culture and Civilization Center. Sehari sebelumnya mereka bertemu dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir (NSS) di Washington yang diikuti pemimpin dari 52 negara.

Adapun yang mengejutkan, Erdogan ternyata tidak hanya mengundang Kalla untuk hadir. Di tengah perbincangan, Erdogan memberi kehormatan kepada Kalla menggunting pita peresmian Turkish-American Culture and Civilization Center.

Permintaan Erdogan tak bisa ditolak Kalla. Suara tepuk tangan dan takbir bergemuruh ketika Kalla menuntaskan tugas kehormatannya itu. "Semua tidak direncanakan," ujar Kalla kepada para wartawan Indonesia yang menemaninya.

Sebenarnya Erdogan juga mengundang para pemimpin negara lain menghadiri peresmian Turkish-American Culture and Civilization Center. Namun, undangan Erdogan ditampik dengan berbagai alasan. Melihat situasi ini, pihak Kementerian Luar Negeri sempat menyarankan Kalla untuk tidak usah memenuhi undangan Erdogan. Namun, Kalla malah punya pandangan berbeda. Dia melihat ketidakhadiran pemimpin negara lain justru momentum bagi Indonesia menunjukkan kepedulian terhadap Turki.

"Justru di saat seperti itu kita harus hadir, agar mereka tahu kita peduli kepada Turki. Kita respek kepada sesama negara berpenduduk Muslim. Dengan begitu, Indonesia tampil lebih menonjol dan diperhitungkan serta dihormati. Dan tentu Presiden Erdogan akan respek," kata Kalla.

Dugaan Kalla benar. Erdogan memberinya kehormatan meresmikan pusat kebudayaan Turki-Amerika.

Turkish-American Culture and Civilization Center memang bukan pusat kebudayaan dan peradaban biasa. Tempat ini merupakan simbol penantian panjang warga Turki di AS untuk memiliki kompleks ibadah, pendidikan, kebudayaan, dan olahraga sendiri di tanah Paman Sam. Selama 20 tahun lebih pemerintah dan warga Turki bergotong royong mengumpulkan dana senilai 110 juta dolar AS.

Di atas tanah seluas 6.475 meter persegi itu tidak hanya terdapat masjid megah, tetapi juga gedung pertemuan, kampus, pusat kebudayaan, dan sarana olahraga. "Saya memimpikan hari ini," kata Erdogan dalam pidatonya usai Kalla menggunting pita.

Erdogan mengatakan, sikap Islamofobia masih tumbuh di kalangan warga AS. Bahkan, di dalam diri dua kandidat calon Presiden Amerika Serikat, yakni Donald Trump dari Partai Republik yang melarang sementara imigran Muslim ke AS dan Ted Cruz dari Partai Demokrat yang mendesak polisi berpatroli di lingkungan Muslim AS.

"Saya terkejut melihat beberapa calon presiden di sini menggunakan tuduhan ini terhadap Muslim secara terbuka dan terus-menerus," ujar Erdogan.

Erdogan mengatakan, tuduhan Islam identik dengan teroris sangat menyakitkan. Karena, menurutnya, komunitas Muslim AS tidak pernah terkait dengan terorisme. Sebaliknya, mereka justru ikut memperkuat dan membangun AS sehingga tidak sepantasnya Muslim AS menanggung beban atas tindakan segelintir teroris sebagaimana dalam peristiwa 11 September.

"Ada terorisme di Brussels, terorisme di Paris. Kami telah berjuang melawan terorisme selama 35 tahun terakhir," kata Erdogan.

Erdogan mengatakan, Turkish-American Culture and Civilization Center akan berperan menampilkan wajah Islam yang ramah di AS. Dia meminta Muslim di AS bangga dengan warisan Islam yang dimiliki mereka. Menurut Erdogan, tidak ada seorang pun yang boleh memaksa seseorang untuk memilih menjadi Muslim atau Amerika.

"Terorisme tidak akan pernah memiliki agama, bangsa, atau kebangsaan," ujar Erdogan yang langsung disambut tepuk tangan meriah rakyatnya.   rep: Muhammad Akbar Wijaya, ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement