Kamis 17 Mar 2016 17:00 WIB

Virus Iblis

Red:

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW kedatangan rombongan tamu. Rombongan tamu tersebut diterima di teras rumahnya. Salah seorang dari rombongan itu ada seorang yang bernama Busr bin Ra'i al-'Air al-Asyja'i. Ketika tiba waktu makan, Nabi pun mempersilakan para tamunya untuk menyantap hidangan yang disiapkan. Para tamu pun makan.

Pada saat makan, Nabi SAW melihat Busr bin Ra'i makan dengan tangan kiri. Nabi SAW bersabda, "Makanlah dengan tangan kananmu!" Busr menjawab, "Aku tidak bisa." Nabi SAW bersabda, "Kamu tidak akan bisa, tidak ada halangan kecuali kesombongan." Salmah bin Akwa berkata, "Setelah itu, Busr tidak dapat mengangkat tangan kanan sampai mulutnya." (HR Darimi, 'abd  Hamid, Ibn Hibban, dan Thabrani dari Salmah bin Akwa'). Imam Muslim meriwayatkan hadis ini tanpa menyebut pelakunya.

Iyadh dalam Syarah Shahih Muslim menyebutkan bahwa Busr adalah seorang munafik. Sementara, Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menyebut bahwa para tamu yang datang bersama Busr; Ibn Mundah, Abu Nua'im, Ibn Ma'kul, dan yang lainnya adalah para sahabat. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengompromikan dua pendapat itu dengan menyatakan bahwa Busr bin Ra'i al-'Air al-Asyajai adalah seorang sahabat, namun ketika peristiwa itu terjadi Busr belum masuk Islam. Busr masuk Islam setelah terjadinya peristiwa tersebut.  

Para fukaha berbeda pendapat tentang hukum makan dengan tangan kiri. Ibn 'Abd al-Bar, Ibn Hazm, dan Ibn Hajar berpendapat bahwa larangan itu menunjukkan keharaman. Namun, sebagian besar fukaha lainnya berpendapat bahwa larangan itu hanya bersifat makruh. Kita simpan saja perdebatan tentang hukum makan dengan tangan kiri.

Yang kemudian perlu mendapat perhatian adalah mengapa Nabi begitu marah ketika ada orang yang terkesan menolak perintahnya. Bahkan, sampai mendoakan orang tersebut dengan doa yang tidak baik sehingga Busr tidak dapat menggunakan tangannya untuk menyuapkan makanan ke mulutnya. Hadis di atas menggambarkan bahwa Nabi marah karena kesombongan Busr. Busr bukan tidak mampu mengubah kebiasannya, melainkan kesombongannyalah yang menganggap apa yang dilakukan sudah benar.

Kesombongan adalah virus iblis. Karena virus inilah, iblis diusir dari surga. (QS 7: 13-18). Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 34, "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."

Kesombongan adalah virus iblis. Iblis merasa dirinya sempurna dan lebih mulia. Sementara, orang lain selalu kurang dan hina. Virus pembangkangan dan kesombongan ini akan disebarkan oleh iblis kepada seluruh manusia. Dan inilah yang harus diwaspadai.

Hari ini muncul fenomena orang sakit yang menganggap dirinya sehat. Bahkan, melakukan kegiatan yang masif untuk menunjukkan bahwa penyakitnya sudah dihapus dari daftar penyakit dan karenanya mereka harus dianggap sehat. Perdebatan hukum makan dengan tangan kiri, apakah haram atau makruh, terjadi karena cara makan adalah akhlak yang merupakan wilayah tahsiniyah (pelengkap) dan mukamilat (penyempurna).

Namun, orientasi seks adalah wilayah dharuriyah (necessity) yang harus dijaga keajekannya. Tidak ada perdebatan dalam hal ini. Karena itu, Al-Ghazali memasukkan menjaga keturunan (hifdz nasl) sebagai bagian dari maqashid syariah yang dharuriyah, di samping menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, dan menjaga harta.

Allah telah menjadikan mahluk-Nya berpasang-pasangan. Dengan demikian, Allah telah menetapkan bahwa cara pandang berpasangan sebagai bagian dari sunnatullah (hukum alam) (QS 51:49). Allah telah menetapkan bahwa hukum alam tidak akan berubah (QS 35:43). Karena itu, barang siapa yang melawan hukum alam, boleh jadi ia telah tertulari virus iblis, membangkang dan sombong kepada perintah Allah. Wallahu 'alam  bi al-shawab.  Oleh Sofian Al-Hakim

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement