Senin 14 Mar 2016 14:55 WIB

Umat Islam Indonesia Mampu Atasi Perbedaan

Red: operator

JAKARTA — Perbedaan menjadi masalah utama yang mengoyak Timur Tengah. Berbeda dari Timur Tengah, Indonesia dinilai memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapi perbedaan yang ada.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH Hasyim Muzadi mengatakan, tidak pernah ada perbedaan yang menjadi masalah besar dalam sejarah umat Islam di Indonesia. Umat Islam di negeri ini senantiasa mampu mengatasi perbedaan dengan damai.

"Sisi agama dari dulu tenang, selisih cuma sedikit, bisa selesai dengan damai, dan tidak lagi dibicarakan," kata Kiai Hasyim dalam seminar internasional bertajuk "Peran Ulama dalam Rekonsiliasi Krisis Politik dan Ideologi di Timur Tengah" yang diselenggarakan Ikatan Alumni Syam Indonesia (Al-Syami), di Jakarta, pekan lalu.

Ia menjelaskan, perbedaan yang pernah ada sekalipun, misalnya, antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, hanyalah sebatas perbedaan mazhab dan bukan masalah besar. Perbedaan saat Idul Fitri pun, lanjut dia, sekadar berbeda tanggal untuk merayakannya dan bukan berbeda hari raya.

Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, menurutnya, merupakan organisasi kemasyarakatan Islam yang asli Indonesia dan dapat mengisi nilai-nilai agama dengan baik. Karena itu, ia mengingatkan umat Islam di Indonesia untuk menolak paham yang berpotensi merusak Indonesia dan memecah-belah Islam. 

Pada forum itu, Kiai Hasyim juga mengatakan, perlu ada semacam tameng agar pengaruh buruk pergolakan Timur Tengah tidak masuk ke Indonesia. Di sinilah, menurutnya, konsolidasi menjadi hal penting bagi umat Islam, terutama di Indonesia. 

"Agar tidak masuk (ke Indonesia) apa jawabannya, konsolidasi," ujar Kiai Hasyim. Konsolidasi, menurutnya, harus menjadi pilihan terdepan dalam menghadapi persoalan apa pun yang tengah dan akan dihadapi umat Islam di Indonesia. Ia menjelaskan, sangat sulit meminta musuh-musuh Islam untuk berhenti memusuhi dan melakukan propaganda terhadap umat Islam.

"Akan selalu ada kekuatan super di dunia yang siap masuk dan merusak Islam," ujarnya. Hal yang tak kalah penting, menurut dia, adalah terus-menerus berupaya menanamkan moderasi pemikiran Islam ala Indonesia yang orisinal seperti dulu. "Jangan sampai ada pihak-pihak luar yang membawa pemikiran merusak dan mencoba menyusup ke tengah umat Islam di Indonesia." 

Sementara, Ketua Persatuan Ulama Syam Taufiq Ramadhan al-Buthi mengapresiasi besarnya perhatian bangsa Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik Timur Tengah, khususnya Suriah. "Itu menunjukkan adanya kesadaran umat Islam untuk bersama merajut hubungan bahwa umat Islam bersaudara," katanya.

Ia pun menyatakan rasa hormat kepada Indonesia yang disebutnya sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia sehingga memiliki pengaruh yang besar pula bagi dunia Islam secara global. 

Taufiq menilai, pergolakan yang terus terjadi di Timur Tengah memang mengkhawatirkan. Ia pun mengibaratkan pergolakan di Timur Tengah itu sebagai sebuah drama serial besar. Negara-negara di kawasan itu, menurutnya, tinggal menunggu waktu untuk dijadikan boneka perang negara-negara besar dunia.  c25, ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement