Senin 15 Feb 2016 14:00 WIB

Ikadi Serukan Konsolidasi Umat

Red:

Republika/Agung Supriyanto

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA -- Musyawarah Nasional (Munas) kedua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) yang ditutup secara resmi pada Ahad (14/2) menyerukan pentingnya konsolidasi umat Islam di Indonesia.

''Konsolidasi umat menjadi salah satu target penting yang hendak dicapai Ikadi ke depan,'' ujar Ketua Umum Ikadi KH Ahmad Satori Ismail kepada Republika, Ahad (14/2).

Ahmad Satori yang kembali dipercaya memimpin Ikadi menegaskan, konsolidasi merupakan hal yang sangat penting agar umat Islam senantiasa saling melindungi. "Kalau seluruh umat Islam saling melindungi, tidak akan terjadi malapetaka," ujarnya.

Menurut Ahmad Satori, segala macam kehancuran dan kerusakan di muka bumi terjadi karena umat tidak saling melindungi. Karena itu, ia menyadari betul pentingnya menjaga ukhuwah sesama Muslim.

 Sikap saling melindungi, lanjut Satori, wajib ada di benak setiap Muslim, termasuk di kalangan partai dan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam. Ahmad Satori mengaku resah melihat banyaknya propaganda yang terjadi di Indonesia, termasuk kepada umat Islam. Karena itu, ia meminta ormas-ormas Islam di Indonesia sebagai wadah umat untuk bersatu dan tidak pernah lupa menjalin silaturahim.

"Kita perlu saling silaturahim, bekerja sama antarormas Islam yang ada," katanya.

Pada Munas kedua Ikadi yang digelar di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, itu Ahmad Satori kembali dipercaya untuk memimpin organisasi yang menaungi para dai ini. Selain memilih Ahmad Satori sebagai ketua umum Ikadi periode 2016-2021, munas yang berlangsung sejak Jumat (12/2) lalu itu juga menetapkan Ahmad Kusyairi sebagai sekretaris umum.

Pada jajaran Dewan Syura, munas memilih Azhami Samiun Jazuli sebagai ketua dan Ahmad Yani sebagai sekretaris. Selain itu, muncul dua nama baru, yakni Hidayat Nur Wahid yang terpilih sebagai ketua Dewan Penasihat dan Taufiqul Azhari sebagai ketua Dewan Pakar.

Terpilih kembali sebagai ketua umum Ikadi, Ahmad Satori mengaku, kurang begitu senang. Ia beralasan, Ikadi seharusnya melakukan penyegaran atau pembaruan kepengurusan, khususnya pada posisi ketua umum.

"Saya sudah lama menyiapkan beberapa kandidat terbaik, ternyata mereka memiliki pandangan berbeda," katanya.

Meski begitu, ia mengatakan, akan tetap melakukan yang terbaik bagi Ikadi, sekaligus menyiapkan kader-kader terbaik untuk memimpin Ikadi di masa depan. Ia juga berharap, Ikadi dapat menjadi salah satu ormas Islam yang besar di Indonesia, sehingga dapat memberi pengaruh-pengaruh yang baik kepada umat Islam di Indonesia.

Munas kedua Ikadi juga menelurkan sejumlah rekomendasi untuk menyikapi isu-isu global, regional, nasional, dan keumatan. Di antara rekomendasi itu adalah menyeru seluruh dai untuk meningkatkan dan mengokohkan dakwah dengan beragam sarana dan media menuju bangsa yang berkarakter rahmatan lil alamin.

Ikadi juga menyeru Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan peran aktif dan solutif melalui media komunikasi dan informasi dalam penyelesaian konflik horizontal yang terjadi di negara-negara Muslim. Hal ini penting mengingat Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Pemerintah Indonesia juga mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) berkemampuan andal dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Ikadi juga menyeru para dai dan tokoh agama untuk senantiasa melakukan langkah-langkah koordinatif, serius, sistemis, dan masif guna membendung dan membentengi arus deras pemikiran dan aliran keagamaan yang sangat potensial menghancurkan akidah umat dan mengancam keutuhan NKRI.

Terkait isu LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender), Ikadi secara tegas menolak gerakan sistemis dan masif LGBT. Ikadi berharap, para pelaku LGBT kembali kepada fitrahnya. n c25 ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement