Jumat 12 Feb 2016 14:00 WIB

Bahaya Mencatut Nama

Red:

Apa pun namanya, meski diperhalus dengan bahasa seperti mencatut nama, tetap intinya sama, yaitu dusta. Mencatut nama adalah pekerjaan yang pasti yang dipinjamkan namanya tidak tahu sama sekali dan tidak berizin dan tidak punya restu darinya.

Dalam dunia siber disebut juga dengan istilah hacking atau peretasan. Hal tersebut dilakukan dengan menjebol akun lalu mengatasnamakan pemilik akun dan bertindak sekehendaknya. Seperti, meminjam sejumlah dana karena alasan tertentu yang bersifat mengetuk, mengiba, dan melankoli. Nah, semua itu tetap istilahnya sama, yaitu pekerjaan dusta.

Seperti akhir-akhir ini yang menimpa sahabat-sahabat asatiz di majelis. Salah satu akun media sosial mereka telah diretas. Hal tersebut jelas sangat merugikan segalanya, seperti waktu, tenaga, materi, bahkan reputasi dan nama baik.

Maka, tulisan ini adalah sebuah keprihatinan untuk semua agar mawas diri akan kejahatan dusta ini. Yang melakukan segeralah bertobat dan mengembalikan hak yang telah diambil, dan yang telah menjadi korban semoga sabar dan diberi kekuatan oleh Allah SWT. Dan, kita harus benar-benar mawas diri dengan kejahatan dunia siber ini.

Untuk sesuatu dengan sifat kedustaannya kepada Nabi Muhammad SAW, Islam sangat tegas menghukumkan dosa besar bahkan bisa kafir. Imam Adz Dzahabi dalam kitab beliau Al-Kabair (mengenai dosa-dosa besar) berkata, "Berdusta atas nama Nabi SAW adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak ragu lagi bahwa siapa saja yang sengaja berdusta atas nama Rasulullah SAW dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal berarti ia melakukan kekufuran."

Dari Al-Mughirah, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka." (HR Bukhari No 1291 dan Muslim No 4).

Tentang kedustaan atas nama yang lain. Perhatikan, Alquran sebanyak 280 kali memberikan ancaman keras kepada orang yang biasa berdusta. "Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang boros dan pendusta." (QS Ghafir: 28).

"Celaka bagi orang yang pembohong dan pendosa." (QS al-Jatsiyah: 7). "Orang yang mengadakan kebohongan adalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka adalah para pendusta." (QS an-Nahl: 105).

Mencatut nama dan meretas adalah bagian dari bentuk kemunafikan dan kepicikan akalnya sehingga sudah pasti mengancam jati diri imannya. Rasulullah SAW bersabda, "Tanda orang munafik ada tiga. Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia khianat." (HR Bukhari dan Muslim).

Boleh jadi, sekarang di sini, si pendusta atau peretas itu selamat dan aman di dunia. Ia berhasil memengaruhi para korban sehingga mengikuti kemauan culasnya, maka di sisi Allah ia tidak akan bisa selamat. "Dusta mengantar pada kejahatan, dan kejahatan mengantar kepada neraka. Manakala seseorang terus berdusta dan berusaha berdusta, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (HR Bukhari). Wallahu a'lam.

Oleh Muhammad Arifin Ilham 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement