Jumat 12 Feb 2016 14:00 WIB

Ibrahim Hernandez Mimpikan Masjid di Sevilla

Red:

Luis Ibrahim Hernandez, begitu nama lengkap pria asal Spanyol ini. Memandangnya sekilas, banyak orang mengira ia adalah seorang model. Tak sepenuhnya salah, sebab faktanya, Ibrahim memang pernah berkecimpung di dunia penuh gemerlap itu.

Tepatnya di Cape Town, Afrika Selatan, ia pernah menikmati puncak karier sebagai model. Wajah tampannya menghiasi berbagai sampul majalah, tampil di beragam iklan produk, hingga wira-wiri di panggung peragaan busana.

Tapi rupanya, sosok bertinggi badan 193 cm ini tak mau berlama-lama menggeluti dunia model. Pada usianya yang ke-30, ketika karier modelnya sedang terang-benderang, pria kelahiran Granada dari pasangan orang tua yang berasal dari Sevilla dan Madrid ini pun memilih pulang kampung ke Spanyol dan menerjuni dunia dakwah.

Dunia Islam mulai mengenal namanya setelah ia dipercaya menangani proyek masjid Sevilla. Demi berdirinya masjid itu, Vice President Seville Mosque Foundation ini telah melakukan safari dakwah ke berbagai negara.

"Keberadaan masjid sangat penting di Spanyol," katanya menuturkan ketika menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Peradaban Islam dan Islam di Andalusia" di Masjid Baitul Ihsan, Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (11/1).

Dalam safari dakwahnya ke Indonesia, ia tak hanya bicara di Masjid Baitul Ihsan. Sebelumnya, ia memberikan ceramah di auditorium PT PLN Pusat di Jalan Trunojoyo, Jakarta, dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tahun lalu, dalam upaya meminta dukungan bagi pembangunan masjid di Sevilla, ia juga telah mengunjungi negeri jiran, Malaysia.

Ia mengatakan, masjid masih merupakan sesuatu yang langka di Spanyol, khususnya Sevilla. "Masjid tidak terlihat karena sangat kecil atau hanya berada di mal (pusat perbelanjaan)," katanya.

Fakta ini, menurutnya, cukup menyedihkan, mengingat pada masa lalu peradaban dan pemikiran Islam pernah berkembang pesat di Spanyol. "Tapi sekarang hal itu sudah mulai pudar dan hanya jadi monumen," ucap Ibrahim.

Dalam hal pembangunan masjid, kata dia, selama ini hanya mengandalkan wakaf dari masyarakat Muslim. Sebab, Pemerintah Spanyol belum mengakomodasi kebutuhan umat Islam, termasuk rumah ibadahnya. Padahal, keberadaan masjid sangat dibutuhkan karena jumlah umat Islam terus meningkat.

Nantinya, masjid yang ia impikan itu tak hanya akan berfungsi sebagai tempat shalat, tapi juga sarana untuk mensyiarkan ajaran Islam kepada masyarakat Spanyol. Hal ini penting mengingat gejala Islamofobia yang sedang melanda sejumlah negara di dunia, termasuk di Eropa.

Menurutnya, ada yang perlu diubah dari cara pandang masyarakat Eropa terhadap Islam. "Bahwa Islam bukanlah agama teroris atau yang menyukai kekerasan," ujarnya.

Nah, kekeliruan cara pandang masyarakat Eropa terhadap Islam itu bisa diubah dengan cara menggiatkan syiar atau dakwah Islam. "Untuk melakukan kegiatan itu dibutuhkan sarana, yakni masjid."  c23, ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement