Kamis 11 Feb 2016 16:00 WIB

Amanat Penderitaan Umat

Red:

Kepada para pemimpin kapan pun dan di manapun, Rasulullah SAW pernah memperingatkan dalam sabdanya, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR Bukhari dan Muslim).

Mengetahui betapa dahsyat dan besar tanggung jawab seorang pemimpin di hadapan Tuhannya maka tidak heran kalau pemimpin tertinggi kaum Muslimin sekelas Khalifah Umar bin Khattab, yang wilayahnya meliputi seluruh Jazirah Arab dan dunia Islam, tidak malu kalau harus memanggul sendiri makanan pokok untuk dibagikan kepada warga yang memerlukan.

Bahkan, ketika salah seorang pegawainya menawarkan untuk memanggul karung tersebut, khalifah serta-merta menolaknya. Khalifah Umar bertanya, "Beranikah engkau menggantikan memanggul tanggung jawabku di akhirat kelak?"

Kepedulian terhadap nasib penderitaan umat atau warga yang menjadi tanggung jawabnya, itulah hakikat kepemimpinan yang sangat diperhatikan Umar. Rasa peduli yang kemudian melahirkan rasa simpati dan empati akan menumbuhkan jiwa kasih sayang tulus, rela berkorban, dan menyediakan waktu dan tenaganya untuk kepentingan umat atau rakyatnya.

Ia akan seperti dicontohkan Nabi ketika membagi-bagikan air susu. Maka, semua sahabatnya dipersilakan terlebih dahulu mengonsumsinya. Barulah ia mendapat giliran bagian yang terakhir menikmatinya.

Ia menjadi pemimpin yang mencintai warganya sehingga wargnya pun mencitainya. Ia pun mendoakan kebaikan makmumnya sementara makmumnya pun mendoakan kebaikannya. Bukan sebaliknya yang saling membelakangi, saling merugikan, bahkan saling menghujat.

Rasulullah SAW mengingatkan di dalam sabdanya, "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuknya dan ia pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan, seburuk-buruk pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian menghujatnya dan dia pun pun melaknat kalian." (HR Muslim dari Auf bin Malik).

Itu semua karena pada hakikatnya kepemimpinan adalah amanat, titipan, kepercayaan dari Allah Yang Maha Kuasa kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendakinya. Maka, tidak heran kalau apa yang menjadi beban penderitaan umat, Rasulullah SAW sebagai pemimpin tertinggi ikut merasakannya.

Hingga Allah pun menyebutkan di dalam ayat-Nya, "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS at-Taubah [9]: 128).

Ayat ini mendorong jiwa para pemimpin untuk selalu sehati dan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap umat atau rakyatnya. Ia pun selalu menyertai masyarakat dalam menghadapi berbagai kesulitan dan problematika sehari-hari.

Adanya sikap yang merakyat, kasih sayang, dan menginginkan kebaikan warga yang menjadi amanahnya adalah sifat-sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sehingga, ia mendapat keutamaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Amin.

Oleh Ali Farkhan Tsani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement