Kamis 26 Nov 2015 15:00 WIB

Gerak Bersama untuk Moderasi Islam

Red:

JAKARTA — Deklarasi "Malang Message" tercetus dalam perhelatan Konferensi ke-4 International Conference of Islamic Scholars (ICIS). Pesan dari Malang ini menegaskan pentingnya peneguhan moderasi Islam guna menyikapi fenomena ekstremisme dan liberalisme.

Pesan yang dibacakan oleh Direktur European Network Againts Racism (ENAR) Belgia  Michale Privot tersebut menyuarakan kesepakatan para peserta konferensi untuk membangkitkan kesadaran umat, pentingnya moderasi (wasathiyah), toleransi (tasamuh), dan keseimbangan (tawazun) melalui penyebaran, difusi, dan internalisasi.

Pesan ini, ungkap Privot, mendorong pula realisasi paradigma Islam sebagai penebar kasih sayang untuk seluruh alam semesta (rahmatan lil 'alamin) sebagai etika kemanusiaan melalui aksi-aksi bersama yang nyata. Pemberdayaan komunitas di akar rumput perlu dilakukan untuk mengokohkan moderasi Islam dalam menghadapi kekerasan, ekstremisme, dan radikalisme. Perlu didorong pula penggunaan media sosial untuk menyebarluaskan pemikiran Islam yang ramah.  

Hal tersebut didukung dengan penguatan pendidikan yang terintegrasi dan transformatif. "Karena itu, konferensi mendukung deklarasi UIN Malang sebagai kampus berkelas internasional," tuturnya dalam penutupan Konferensi ke-4 ICIS, di Malang, Jawa Timur, Rabu (25/11). Konferensi yang berlangsung pada 23-25 November 2015 ini dihadiri oleh 65 tokoh agama dan ulama berpengaruh dari 34 negara.

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf  Kalla yang menutup secara resmi konferensi ini meminta "Malang Message" menjadi pijakan para ulama untuk mewujudkan perdamaian dengan mengetengahkan moderasi Islam.

Potret Islam tak ramah yang muncul belakangan ini berupa konflik di negara-negara Islam, menurut Wapres, bukan dipicu oleh agama melainkan perilaku dan pemahaman yang salah terhadap Islam. "Sungguh tragis ini terjadi di dunia Islam," katanya. 

JK menilai, kericuhan yang terjadi di beberapa negara diakibatkan adanya rasa ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja dan kebijakan pemimpinnya. Selain itu, adanya ancaman kekerasan dan konflik internal sehingga menimbulkan kekecewaan dan kemarahan.

Akibat dari kericuhan dan konflik internal berkepanjangan itu, kata Wapres, akhirnya rakyat hijrah dari negaranya sendiri untuk mencari negara yang lebih aman dan bisa memberikan perlindungan bagi dirinya dan keluarganya.

Belajar dari kondisi tersebut, menurut Wapres, ke depan rakyat harus bisa memilih pemimpin yang baik, yang memiliki bekal agama yang baik, dan sesuai syariat agar tidak ada kesalahpahaman dalam mengartikan ajaran Islam yang sebenarnya. Kesalahpahaman itulah yang menimbulkan kelompok-kelompok teroris.

JK menegaskan, jalan keluar dari problematika di atas adalah mengembalikan pemahaman dan pengamalan Islam agar sesuai dengan prinsip-prinsipnya yang luhur. Islam rahmatan lil 'alamin bisa menjadi kunci terwujudnya perdamaian dunia, jika benar-benar diterapkan dan diserap dengan baik oleh masyarakat luas.

Sekretaris Jenderal ICIS KH Hasyim Muzadi mengatakan, kini saatnya masyarakat madani, termasuk di dalamnya ICIS, mendorong moderasi Islam sebagai paradigma berislam. Moderasi tersebut bersifat integral dan komprehensif. Tidak terbatas pada bidang keimanan saja, tetapi juga di bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam hukum Islam, misalnya, harus ada keseimbangan antara hukum dan keadilan. Sebab, menurutnya, hukum tidak selalu berisi keadilan. Bahkan, sering kali ada kejahatan institusional, yaitu kejahatan yang disahkan oleh hukum.

Di bidang ekonomi, lanjut Hasyim, moderasi ditekankan pada bidang pemerataan, kehalalan, dan keberkahan. Melalui deklarasi "Malang Message" ini, ia mendorong pemerintah untuk melindungi ideologi mayoritas yang moderat.

"Jika tidak, konflik Timur Tengah akan bergeser ke Indonesia," ujarnya. Selain deklarasi "Malang Message", disepakati pula deklarasi penguatan jaringan tasawuf internasional dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai kampus berkelas dunia. n  lintar satria ed: wachidah handasah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement