Selasa 28 Jul 2015 14:47 WIB

MUI: Shalat Istisqa Perlu Jadi Pedoman Nasional Atasi Kekeringan

Red:

JAKARTA -- Shalat Istisqa dinilai perlu menjadi pedoman nasional untuk mengatasi masalah kekeringan. Sebagai bentuk doa kepada Allah SWT untuk meminta hujan, shalat Istisqa menjadi wujud kesadaran beragama masyarakat.

"Manusia itu penuh keterbatasan. Kekuatan umat Islam adalah doa. Maka jika terjadi kekeringan di mana pun, penyelesaiannya selain upaya kemanusiaan yaitu dengan berdoa kepada Allah SWT," kata Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis kepada Republika, Senin (27/7). 

Meski shalat Istisqa merupakan ikhtiar yang baik, Cholil menilai, kurang tepat untuk menjadikan shalat Istisqa sebagai gerakan nasional. Hal ini mengingat, tidak semua wilayah di Indonesia dilanda kekeringan. "Kalau suatu tempat masih ada hujan, tidak bisa shalat Istisqa di sana," katanya.

Ia lebih sepakat jika shalat Istisqa menjadi sebuah pedoman nasional dalam menghadapi kekeringan. "Jadi ini harus menjadi gerakan bahwa hidup ini tidak lepas dari kehidupan beragama. Jika terjadi kekeringan maka pedomannya, selain kita berupaya melalui kemanusiaan, yaitu dengan melaksanakan shalat Istisqa."

Ia juga menjelaskan, doa bisa diterima dengan beberapa syarat. Pertama, katanya, doa itu ikhlas karena Allah SWT. Kedua, doa itu juga harus dibarengi dengan berbuat baik di agama Allah. Kemudian, ada ikhtiar yang kuat. Ikhtiar tersebut, kata Cholil, misalnya dengan memperhatikan lingkungan, tidak menebangi pohon sembarangan, dan membuang sampah pada tempatnya.

Belakangan ini, seiring terjadinya kekeringan di sejumlah wilayah, beberapa pejabat negara dan kepala daerah mengajak masyarakat untuk menggelar shalat Istisqa. Sebut saja, misalnya, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Wali Kota Bogor Bima Arya.

Seruan dari para petinggi itu mendapat sambutan positif dari Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail. "Seruan dari menteri dan kepala daerah ini bagus sekali. Kami sangat mengapresiasi pejabat-pejabat yang memberikan imbauan untuk shalat Istisqa," ujar dia.

Menurut Ahmad Satori, terdapat sejumlah ikhtiar dalam menyikapi masalah kekeringan. Melaksanakan shalat Istisqa, menurutnya, merupakan ikhtiar positif karena berupaya menghidupkan sunah Nabi Muhammad SAW. "Sebagai seorang Muslim yang ingin menghidupkan sunah Nabi akan mendapatkan pahala seratus orang mati syahid. Mudah-mudahan kita diberikan keberkahan dari Allah SWT," katanya.

Ikhtiar lainnya adalah membuat hujan buatan dengan cara menaburkan zat-zat tertentu untuk membentuk awan hujan. "Yang bagus itu, dua-duanya tetap dijalankan."

Ia berpendapat, ikhtiar berupa shalat Istisqa bisa saja diserukan secara nasional jika memang tidak ada hujan. Akan tetapi, ia mengingatkan, ada daerah-daerah yang tidak mengalami kekeringan. "Jika hujannya cukup banyak maka tidak disyariatkan untuk melakukan Istisqa," katanya.

Shalat Istisqa, lanjut Ahmad Satori, disyariatkan untuk daerah-daerah yang memang kekurangan hujan. Dalam hal ini, ada adab-adab khusus untuk melaksanakan shalat meminta hujan tersebut. Di antaranya, masyarakat yang akan melaksanakan shalat Istisqa harus meminta tobat kepada Allah SWT. Disunahkan pula untuk berpuasa sehari sebelum menunaikan shalat Istisqa agar kemungkinan terkabulnya doa lebih besar.

Bahkan, menurut dia, saat menuju ke lapangan untuk shalat Istisqa dianjurkan untuk mengenakan baju sederhana. "Harapannya, Allah SWT bisa memberikan kasih sayang kepada makhluknya sehingga turun hujan." n ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement