Sabtu 04 Jul 2015 19:37 WIB

Nuzulul Quran, Titik Balik Kemanusiaan

Red: operator
Seorang pengunjung mengisi hari pertama Ramadan dengan membaca Alquran raksasa di Gandus, Palembang, Sumsel, Kamis (18/6). (Anatar/Yahanan Sulam)
Seorang pengunjung mengisi hari pertama Ramadan dengan membaca Alquran raksasa di Gandus, Palembang, Sumsel, Kamis (18/6). (Anatar/Yahanan Sulam)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sejak malam itu, sejarah umat manusia berubah. Sebuah pedoman hidup baru yang mengatur peri kehidupan manusia diturunkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih dari Jazirah Arabia. Itulah revolusi umat manusia yang paling dahsyat sepanjang masa.

"Turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad sangat berdampak pada sejarah kemanusiaan. Setelah turunnya Alquran, timbul revolusi-revolusi, baik dari segi akidah, akhlak, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, maupun budaya," ungkap Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ), Prof KH Ahsin Sakho Muhammad, kepada Republika, Jumat (3/7).

Kedekatan seorang Muslim dengan Alquran merupakan manifestasi keimanan. Menurut Kiai Ahsin, keimanan kita kepada Allah, Rasul, dan kitabullah akan berimbas pada kecintaan kita pada Alquran. Semakin kuat keimanan, semakin besar pula kecintaan pada Alquran.

Ia menjelaskan, kalau seorang Muslim sudah merasa cinta pada Alquran, ia akan benar-benar memperhatikan Alquran dan tidak bisa lepas darinya. Kecintaan itu bisa ditumbuhkan dengan membiasakan diri dekat dengan Alquran.

"Caranya, tiap hari harus ada yang kita baca dari Alquran meskipun hanya satu ayat. Kita ajak keluarga yang belum bisa membaca untuk belajar. Kalau bisa, setiap malam berkumpul di rumah membaca Alquran bersama-sama," tuturnya.

Hal itu, kata dia, perlu dibiasakan meng ingat esensi Alquran begitu penting bagi kehidupan seorang Muslim. Kiai Ahsin menjelaskan, Alquran adalah nilai- nilai hidup. Menurutnya, dewasa ini manusia berada pada satu masa, gelombang modernisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap orientasi kehidupan.

Inilah zaman berkelindannya berbagai pemikiran filsafat dan keagamaan. Kalau kita masuk ke dalam pusaran itu, kita akan terjerumus dalam jebakan materialisme dan kapitalisme. Menurut Kiai Ahsin, untuk mengerem semua itu, Muslim harus berpegang teguh pada Alquran.

"Orang boleh mencintai harta, kekayaan, dan kekuasaan. Tapi, jangan mening galkan nilai-nilai Alquran. Seperti orang yang berselancar, walaupun gelombangnya besar, dia akan selamat kalau bisa mengendalikan dengan baik," kata pakar Alquran ini.

Peringatan Nuzulul Quran selayaknya menjadi bahan perenungan bagi setiap Muslim untuk menjalin kedekatan dengan Alquran. "Malam Nuzulul Quran itu sejatinya peringatan bagi manusia untuk mengamalkan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan nyata," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin.

Menurut Din, Nuzulul Quran adalah manifestasi rahmat Allah kepada umat manusia. Manusia sesungguhnya sudah memperoleh hidayah bawaan berupa naluri, alat indrawi, dan akal pikiran. Hal ini jika dimanfaatkan, semestinya dapat membawa manusia pada kebenaran dan kebaikan.

Namun, lantaran dirasa belum cukup, Allah memberikan hidayah kedua berupa wahyu. Menurut Din, inilah letak keutamaan Alquran. Apa yang diperintahkan Allah dalam Alquran senantiasa sejalan dengan fitrah manusia. Keduanya membawa orang-orang yang beriman pada derajat kemuliaan.

Sebagian besar ulama berpendapat, Nuzulul Quran berarti saat pertama kali diturunkannya Alquran kepada Nabi Muhammad. "Para sejarawan dan ulama sepakat peristiwa itu terjadi pada malam ketujuh belas Ramadhan," kata Din.

Menurut Ketua Umum MUI Pusat ini, peringatan Nuzulul Quran dimaksudkan supaya kita mau memahami dan mengamalkan Alquran. "Dalam hemat saya, Nuzulul Quran bukan peringatan yang bersifat seremonial belaka, tapi harus dilanjutkan upaya untuk betul-betul memahami dan mengamalkan kandungan Alquran untuk membangun kebudayaan dan peradaban Islam di tengah kehidupan."

Menjalin kedekatan dengan Alquran memang butuh pembiasaan. Menurut Din, umat Islam harus menumbuhkan rasa cinta dan memiliki terhadap Alquran. Temui Alquran setiap hari dalam tadarus-tadarus. Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk membiasakan kedekatan itu.

Ketua MUI Anwar Abbas mengata kan, Alquran-lah yang bisa menyelamat kan hidup dan membawa hidup manusia ke arah yang lebih baik. Buya Anwar melanjutkan, jika ingin mencapai kesuk sesan di dunia dan di akhirat, umat harus berpegang teguh pada Alquran. Caranya dengan mempelajari dan mengamalkan isi Alquran. Sebab, menurutnya, petunjuk Allah hanya terdapat dalam Alquran dan as-sunah.

Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama KH Zaki Mubarak mengatakan, malam Nuzulul Quran mestinya bisa menjadi momentum untuk lebih meningkatkan kemauan untuk mempelajari Alquran. Dengan begitu, lanjut dia, umat Islam sadar bahwa Alquran tidak cukup hanya dibaca huruf-hurufnya, lebih jauh dari itu mempelajari dan mengamalkan Alquran itu lebih penting.

"Bagaimana Nuzulul Quran ini bisa menggairahkan orang untuk memasyarakatkan Alquran. Jadi, Alquran itu bukan hanya dikagumi atau hanya dipelajari bacaannya. Tetapi, mengamalkannya itu lebih penting," ucapnya.

Kiai Zaki menambahkan, cara yang tepat untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap Alquran adalah dengan terlebih dahulu mengenalinya secara baik.

Cara berikutnya adalah dengan mempelajari makna dan isinya untuk kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Jadi, aplikasikan pula isi Alquran itu dalam kehidupan sehari-hari dan dimulai dari diri sendiri dulu sebelum orang lain. Nantinya orang lain pun akan mengikuti kita," ucap dia. c93/c38, ed: Heri Ruslan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement