Jumat 03 Jul 2015 16:00 WIB

Ramadhan Bukan Bulan Tidur

Red:
ilustrasi Ramadhan
Foto: AP/Emilio Morenatti
ilustrasi Ramadhan

Bagi sebagian orang, tidur di saat puasa Ramadhan terasa sangat menyenangkan. Maklum, tidur bisa membuat rasa lapar dan haus tidak terasa. Waktu menunggu berbuka puasa pun terasa lebih cepat. Apalagi, kemudian ada anggapan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa tidurnya orang berpuasa membuahkan pahala. Benarkan tidur cara terbaik mengisi waktu puasa?

"Hadis tersebut bukannya lemah lagi, hadis itu palsu," kata Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mustafa Yaqub kepada Republika, Kamis (2/7).

Kiai Ali mengatakan, hadis yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dari sanad Sulaiman bin Amr dari Abdul Malik bin Umair dari Abdullah bin Abi Aufa itu banyak dimanfaatkan orang berpuasa untuk bermalas-malasan. Padahal, menurut Kiai Ali Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya tidak pernah bermalas-masalan saat Ramadhan. Salah satu contohnya, nabi dan para sahabat melaksanakan perang Badar saat Ramadhan. Perang itu, imbuh Kiai Ali, menjadi tonggak kebangkitan Islam.

 

"Kalau tidur itu ibadah, mengapa gak tidur aja? Itu berarti dari sejarah di masa nabi dan sebagainya itu, Ramadhan bukan waktu untuk tidur-tiduran di siang hari," ujarnya.

 

Para dai berperan penting membangun kesadaran beragama umat yang berkualitas. Kiai Ali mengatakan, para dai sebaiknya tidak lagi menyampaikan tidurnya orang berpuasa berpahala. Sebab, hal itu sering malah mendorong umat Islam bersikap malas.

Kiai Ali berharap, umat Islam mengisi Ramadhan dengan memperbanyak ibadah dan kegiatan positif. Dia juga mengingatkan Muslim tidak membiasakan tidur di Masjid. Apalagi, sampai menginap berhari-hari, tidak mandi, dan tidak ganti baju. Sebab, hal itu bisa mengurangi kenyamanan dan keindahan masjid. "Islam itu mengajarkan keindahan dan kebersihan. Islam itu bagus, tapi dikotori sendiri oleh orang Islam," kata Kiai Ali

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) KH Ahmad Satori Ismail mengatakan, mengingatkan agar Muslim yang berpuasa tidak tidur berlebihan. Menurutnya, tidur berlebihan bisa berdosa karena dapat mengabaikan berbagai tanggung jawab. Dia mengatakan, etos kerja dan ketakwaan orang berpuasa mestinya meningkat. "Hidup berkualitas, lebih menghargai waktu, kerja lebih rajin karena tidak terganggu waktu makan siang," ujar dia.

Terlalu banyak tidur di siang hari saat puasa bisa berakibat jelek. Dokter spesialis penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo dr Ari Fahrial Syam menjelaskan, tubuh memiliki ritme alamiah untuk menentukan pola tidur dan pola makan. Ritme ini sering disebut dengan istilah sikardian. Ari mengatakan, sering tidur di siang hari saat puasa bisa mengacaukan ritme sikardian tubuh hingga selesai Ramadhan. Misalnya, contoh Ari, tubuh menjadi terasa malas beraktivitas.

Ari mengatakan, orang yang berpuasa cukup tidur selama lima sampai enam jam pada malam hari. Ia mencontohkan, kita bisa tidur jam sepuluh malam, lalu bangun jam tiga pagi. Siangnya, kita cukup tidur seperempat atau setengah jam saja. Jangan sampai tidur berjam-jam.  c93/c38 ed: M Akbar Wijaya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement