Jumat 29 May 2015 14:00 WIB

Umat Lintas Agama Dukung Rohingya

Red:

JAKARTA -- Penderitaan kaum Muslim Rohingya mengundang perhatian sekaligus keprihatinan dari berbagai kalangan umat beragama. Tokoh lintas agama yang menghadiri diskusi antarumat beragama se-Asia pun menyatakan dukungan dan kesiapan untuk membantu mereka.

''Ini persoalan kemanusiaan. Persoalan yang dihadapi masyarakat Asia juga menjadi bagian dari tanggung jawab gereja untuk bersama-sama meringankan masalah tersebut,'' kata Ketua Majelis Umat Kristen se-Asia Pendeta Simarmata saat menyampaikan hasil diskusi tokoh lintas agama di Jakarta, Rabu (27/5). Rencananya, poin-poin kesepakatan yang dihasilkan dalam diskusi ini akan disampaikan ke tingkat internasional.

Melalui diskusi, diharapkan para peserta dapat melihat persoalan-persoalan di Asia dalam perspektif lintas agama secara lebih luas. Adapun tokoh-tokoh agama yang hadir dalam diskusi tersebut, antara lain, Dr Musdah Mulia (Ketua Indonesian Conference on Religion for Peace/ICRP sekaligus dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Banagala Upatissa (Pimpinan Mahabodi Society of Sri Lanka), Swami Isa (tokoh agama Hindu dari India), serta Dr Tong Wingsze (Direktur Tao Fong Chinese University, Cina).

Dalam diskusi tersebut, disepakati empat prinsip yang harus diwujudkan untuk membangun dialog antarumat beragama, yaitu prinsip kemanusiaan, kekeluargaan, demokrasi, dan kemajemukan agama.

Para tokoh lintas agama se-Asia ini menyampakan bahwa manusia harus hidup dengan kesamaan tingkat satu sama lain dan saling menghormati. Sebab, setiap manusia harus memiliki kesadaran bahwa seorang individu harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia.

Bukan masalah agama

Dalam pandangan cendekiawan Muslim Mahfud MD, masalah yang menimpa kaum Muslim Rohingya saat ini bukanlah kasus yang berlatar belakang agama. Menurutnya, hal ini sebenarnya adalah masalah kemanusiaan. Sebab, umat Islam di Myanmar bukan hanya kaum Rohingya. Di sana, kata Mahfud, ada umat Islam non-Rohingya yang tidak mengalami diskriminasi.

"Di Myanmar masih banyak Muslim, tapi tidak diapa-apakan dan tidak mengungsi," kata Mahfud melalui akun Twitter pribadinya @momahfudmd, Kamis (28/5).

Pokok permasalahan pengungsi Rohingya, menurut mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini adalah karena Pemerintah Myanmar tidak mengakui suku Rohingya sebagai warga negara karena dianggap sebagai masyarakat yang melakukan eksodus dari Bangladesh. Hal inilah yang membuat nasib kaum Muslim Rohingya, tidak jelas. ''Di Bangladesh tidak diakui dan di Myanmar juga tidak diterima.''

Terkait masalah kemanusiaan ini, menurut dia, Indonesia harus tetap membantu masyarakat Rohingya sebagai solidaritas kemanusiaan sesama warga dunia.

''Sebab, di dalam konvensi PBB dan menurut konstitusi RI, kita harus melindungi hak asasi setiap manusia.''

Dalam pandangan Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif Ihaqi Ustaz Erick Yusuf, musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah, tapi sekaligus menjadi ladang pahala bagi sesamanya. Karena itu, ia mengimbau umat Islam untuk berlomba-lomba membantu Muslim Rohingya.

''Pengungsi Rohingya sebetulnya merupakan ladang amal bagi Indonesia, baik pemerintah maupun rakyatnya. Semoga, dengan adanya Rohingya, Allah memberi balasan yang terbaik.''

Karena itu, Erick mengimbau seluruh masyarakat, khususnya umat Islam yang memiliki harta berlebih dan waktunya dilapangkan oleh Allah untuk membantu pengungsi Rohingya. "Sedangkan, yang diberikan jabatan oleh Allah, bantulah dengan jabatannya. Mungkin saja, ini akan menjadi tiket menuju surga.'' n c08/c94 ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement