Kamis 28 May 2015 18:00 WIB

Indonesia Miliki 7.500 Tanaman Obat

Red:

BOGOR -- Indonesia memiliki sekitar 30 ribu hingga 50 ribu jenis tumbuhan. Namun, hanya sekitar 7.500 yang dapat digunakan untuk tanaman obat. Hal itu disampaikan peneliti LIPI Andria Agusta, Selasa (26/5). Ia mengatakan, berkaitan dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk kemakmuran bangsa, hanya sekitar 7.500 tanaman itu saja yang dapat digunakan sebagai tanaman obat.

Salah satunya adalah tanaman sindur. Tanaman ini menghasilkan minyak sindur yang dapat digunakan untuk mengobati kulit terbakar. Ia mengatakan, minyak yang dihasilkan pohon sindur sangat berpotensi melawan bakteri patogen. Tapi, ia mengatakan, masih butuh penelitian lagi untuk memisahkan senyawa murninya.

Selain itu, ada tumbuhan langka asal Papua yang berfungsi untuk suplemen makanan, yakni Papuacedrus papuana dan Phyllocladus hypophyllus. Tanaman ini memiliki senyawa asam transkomunat, dan bisa menjadi tanaman antibiotik alami.

Pulau Kalimantan, Andria mengatakan, juga memiliki ginseng hutan, yaitu ginseng kuning, kulit akar R elliptica yang dapat memicu aktivitas seksual, namun baru tahap uji coba pada mencit. Dari eksperimennya, efek tanaman ini bisa membuat ereksi pada hewan tersebut bertahan lebih lama.

Selain tanaman, Andria menyebut, ada juga hewan untuk obat. Seperti, landak, telur labi-labi, dan trenggiling. "Nilai nutrisi labi-labi, kolesterolnya tinggi. Kalau metabolisme kita masih baik, itu bagus. Sangat bagus untuk perkembangan otak," ujarnya. Sedangkan, ekor landak adalah bagian tubuh landak yang berkhasiat sebagai aprodisiak. Data membuktikan, ekor landak dapat meningkatkan libido mencit jantan.

Andria pun mengatakan, selain Cina dan India, saat ini Indonesia termasuk negara Timur yang terkenal sebagai penghasil obat. Inilah yang biasa disebut obat herbal. Sementara, saat ini obat Barat belum ada yang diproduksi oleh Indonesia. Dari pembuatannya sendiri, ia mengatakan, obat Barat dan obat herbal jauh lebih sulit obat Barat. Uji klinis pembuatan obat Barat melalui empat fase. "Bisa saja pada fase dua, obat ini tidak bisa dipakai manusia karena efek sampingnya," ucapnya.

Ia mengatakan, jika orang menyebut obat-obatan mahal, hal itu karena prosesnya yang rumit. Tapi, masyarakat sekarang, ia menilai, cenderung ingin minum obat yang instan dan bisa langsung sembuh. "Dengan obat herbal tidak akan bisa seperti itu karena obat herbal harus rutin," katanya.

Menurutnya, kebanyakan obat herbal tidak langsung menyerang sakit yang diderita seseorang. Tapi, hanya memperbaiki metabolisme di dalam tubuh. Sehingga, tubuh diperbaiki pelan-pelan dan memerlukan proses yang cukup lama. N c21 ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement