Kamis 28 May 2015 16:00 WIB

DPR Apresiasi Kesiapan Pesantren Tampung Rohingya

Red:

JAKARTA--Kesiapan pesantren di Indonesia untuk menampung pengungsi Muslim Rohingya mendapat apresiasi dari DPR. Inisiatif itu dinilai mencerminkan masyarakat Indonesia yang cinta damai dan menolak kekerasan.

 "Tentu saya senang sekali ada upaya-upaya konkret yang dilakukan para pengasuh pesantren," ujar Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay, Rabu (27/5).

Sebelumnya, pengasuh Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Acep Adang Ruchiatna mengatakan, para pengasuh pondok pesantren menyatakan siap menampung para pengungsi Rohingya di tempat mereka. Selain untuk bertahan hidup, mereka juga bersedia mengisi penguatan rohani dengan pembekalan ilmu keagamaan.

''Khusus untuk Pesantren Cipasung, kami siap menampung 50 sampai 100 orang. Bahkan, khusus untuk pesantren yang ada di wilayah Tasikmalaya saja, kami yakin bisa menampung hingga 500 orang. Jadi, jaringan pesantren beserta alumninya siap menerima mereka,'' ujar Adang, Ahad (24/5).

Menurut dia, sebagai sesama warga dunia dan sesama Muslim, para pengungsi itu harus diselamatkan kehidupannya. Mereka harus ditolong ketika nyawa mereka terancam. Sikap membiarkan serta tak peduli akan nasib sesama manusia dan sesama Muslim sama sekali tak dapat dibenarkan.

Saleh sangat menghargai sikap pesantren tersebut. Menurut dia, hal itu akan menghapus stigma negatif tentang Indonesia yang selama ini identik dengan Islam dan kekerasan yang seolah tidak dapat dipisahkan. Ia berharap, kesediaan pesantren untuk menampung Muslim Rohingya dapat mengubah pandangan warga dunia tentang Islam di Indonesia.

Setelah pesantren menyatakan kesiapannya, menurut Saleh, Kementerian Sosial (Kemensos) harus segera menjajaki pesantren-pesantren tersebut. Maksudnya, ditinjau sejauh mana pesantren siap menampung para pengungsi Rohingya, berapa jumlah orang yang bisa ditampung, bagaimana kondisi tempat mereka akan tinggal, bagaimana makanannya, serta kebutuhan pokok lainnya untuk para pengungsi Rohingya.

"Artinya, jika mereka dipindahkan, ya dipindahkan ke pesantren yang tidak merasa diberatkan untuk mencukupi kebutuhan mereka," ujar Saleh. Meski pesantren siap menampung mereka, menurut dia, pemerintah yang telah bersedia memberikan bantuan tetap tidak bisa lepas tangan begitu saja. Selain itu, pemerintah dan pihak pesantren juga harus terus melakukan pengawasan intensif kepada mereka.

"Namun, saya kira Muslim Rohingya tidak berbahaya karena mereka di negaranya saja tidak berbuat apa-apa ketika dizalimi," ujar Saleh. Menanggapi tentang kesiapan pesantren untuk menampung pengungsi Rohingya, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengembalikan hal itu kepada pemerintah. ''Mungkin, jika pemerintah menerima tawaran pesantren maka akan dibagi, misalnya, anak-anak yatim piatu tanpa anggota keluarga, apakah nanti pengasuhannya diberikan pada panti asuhan Kemensos atau boleh ke pesantren.''

Yang jelas, untuk saat ini, kata Mensos, seluruh pengungsi Rohingya masih dalam proses identifikasi. "Hari Minggu kemarin saya ke Aceh Timur, di sana masih terus dilakukan identifikasi di masing-masing tempat pengungsian," katanya kepada Republika, Selasa (26/5).

Proses identifikasi ini dilakukan dengan cara membagikan formulir ke koordinator masing-masing pengungsian. Dari formulir tersebut, akan diketahui siapa saja warga Bangladesh yang akan segera dipulangkan dan siapa saja warga Rohingya yang akan ditindaklanjuti bantuannya.

Selain untuk memisahkan antara warga Rohingya dan Bangladesh, jelas Mensos, identifikasi ini juga bertujuan untuk memberikan bantuan sesuai dengan spesifikasi kebutuhan warga Rohingya. Misalnya, para orang tua atau yang lanjut usia, dibutuhkan keterangan apakah mereka datang dengan anak, istri, cucu, atau hanya seorang diri. Pada anak-anak juga dilakukan hal yang sama. n c30 ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement