Rabu 29 Apr 2015 16:00 WIB

Air Masjid Jangan Bikin Syirik

Red:

Masyarakat sekitar Masjid Al-Huda Desa Rancamahi, Kecamatan Purwadadi, Subang, Jawa Barat, gegar. Musababnya adalah air yang tiba-tiba muncul dari lantai masjid. Ratusan warga rela antre berduyun-duyun demi mendapat air yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan penyakit. Atas hal itu, Dewan Masjid Indonesia mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak pada perilaku syirik. "Boleh diambil dan dimanfaatkan, tetapi jangan sampai masyarakat melakukan pemusyrikan," kata Sekretaris Bidang Dakwah DMI Ahmad Yani saat dihubungi Republika, Senin (27/4).

Yani mengatakan, keyakinan warga bahwa air masjid berkhasiat menyembuhkan penyakit bisa menjurus pada perbuatan syirik (menyekutukan Allah). Sebab, menurutnya, air yang tiba-tiba keluar dari lantai masjid merupakan fenomena alam biasa yang bisa terjadi di mana saja. Bahkan, kata Yani, bukan tidak mungkin air itu muncul dari saluran pipa air yang bocor atau karena ada sumber mata air di bawah masjid. "Tidak boleh keyakinan semacam itu. Kalau di lingkungan mereka enggak ada air, itu tidak menjadi masalah," ujarnya.

DMI meminta pengurus Masjid Al-Huda menjelaskan kepada warga bahwa air yang keluar hanyalah air biasa. Selebihnya, kata Yani, pengurus masjid dapat memanfaatkan air tersebut untuk keperluan masjid, seperti wudhu dan sebagainya. "Agar tidak sampai pada unsur kemusyrikan," ujarnya.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia Cholil Nafis mengingatkan masyarakat untuk tidak berlebihan memperlakukan air di Masjid Al-Huda. Menurut Cholil, air yang tiba-tiba keluar dari lantai masjid tidak lantas menjadikan air tersebut bersifat keramat. "Semua air itu sama, kecuali air zamzam," katanya.

Cholil mengakui, air Nabi Muhammad SAW pernah menggunakan air dan bacaan Alquran sebagai obat penyakit. Selain itu, Alquran juga menjelaskan bahwa makhluk hidup membutuhkan air. Namun, jangan sampai hal itu membuat seorang Muslim meyakini bahwa air merupakan sumber penyembuh penyakit. Sebab, kuasa menyembuhkan penyakit hanya milik Allah SWT.

Jika masyarakat meyakini air memiliki kekuatan dan kesaktian sendiri, kemusyrikan telah timbul. MUI berharap masyarakat di Subang tidak sampai melakukan hal demikian dan hanya memaknai air sebagai kebutuhan hidup.

Selain itu, Cholil meminta agar pengurus Masjid Al-Huda menyadarkan masyarakat bahwa mata air tersebut adalah fenomena alam sehingga tidak menimbulkan keyakinan mistis. Penyadaran tersebut penting sebagai bentuk pelurusan terhadap tauhid, akidah, dan keberagamaan yang baik. Langkah lain yang harus dilakukan, lanjut Cholil, yakni mengelola mata sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan jamaah yang ingin beribadah di masjid itu. "Karena, umat Islam ini ibadahnya yang paling banyak memerlukan air," ujar Cholil.

Sebelumnya, seorang pengurus Masjid Al-Huda bernama Tatang terkejut lantaran lantai masjid basah digenangi air. Saat Tatang tengah membersihkan lantai masjid, warga sekitar justru datang mengambil air tersebut. Kabar ini menyebar cepat hingga ke penduduk desa sekitar. Ratusan warga antre demi mendapatkan air yang dipercaya memiliki kekuatan menyembuhkan. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan para pengurus masjid dengan menyediakan kotak infak bagi masyarakat yang ingin mengambil air. c94 ed: M Akbar Wijaya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement