Senin 27 Apr 2015 15:00 WIB

Keunggulan Estetika Dunia Islam

Red:

Sungguh keliru jika ada orang yang mengira umat Islam tak peduli lingkungan. Salah pula jika mereka berpikir masyarakat Islam tak paham estetika atau keindahan.  Lihatlah apa yang telah dilakukan umat Islam berabad-abad silam. Jelas sekali, Muslim memiliki pemahaman dan selera estetika yang sangat tinggi.

Jika saat ini, banyak kota di negara-negara Islam yang tampak kumuh dan semrawut, tak demikian halnya dengan suasana perkotaan Muslim pada sekitar 10 abad silam. Pada masa kejayaan Islam itu, kota-kota Islam tampil cantik dan tertib. Di mata John William Draper dalam bukunya, History of the Conflict Between Religion and Science, keindahan kota-kota Islam itu bahkan tak kalah dibandingkan kota-kota di Eropa masa kini.

"Kota-kota Eropa masa kini tak menawarkan cita rasa, kecantikan, dan kemewahan lebih, sebagaimana yang pernah hadir di kota-kota Islam di Spanyol," katanya.

Dalam bukunya, Draper menggambarkan suasana Cordoba, salah satu kota Muslim di Spanyol. Pada abad ke-10, jalan-jalan Cordoba begitu mulus dan bertabur cahaya di malam hari. Rumah-rumah tampil mewah berhiaskan lukisan, dengan lantai berselimut permadani. Pada musim dingin, para penghuni tak akan kedinginan karena setiap rumah sudah dilengkapi perapian.

Begitu pula di musim panas, mereka tidak kegerahan. Sebaliknya, suasana rumah tetap terasa sejuk dengan aroma wewangian yang berasal dari kebun bunga. Draper juga menuturkan bahwa hampir setiap rumah di Cordoba dilengkapi perpustakaan, ruang makan besar, kamar mandi, serta air mancur.

Kota dan negeri Muslim saat itu, lanjut Draper, diliputi oleh keramah-tamahan dan keceriaan. Tak jarang, warga menggelar acara yang dimeriahkan tarian dengan iringan mandolin dan lute (alat musik semacam kecapi dari Eropa). Namun, jangan harap ada wine atau minuman beralkohol dalam acara-acara semacam itu.

"Suasana malam-malam terang bulan di Andalusia semarak oleh warga yang berkumpul atau bercengkerama di taman, mendengarkan cerita-cerita dari para pendongeng, atau berdiskusi tentang berbagai hal, salah satunya filsafat," kata Draper. 

Betapa indah dan berbudayanya kota-kota Islam di masa lalu juga digambarkan oleh David Talbot Rice dalam Islamic Art, Thames and Hudson. Pada masa kejayaan periode Samara (836 M - 883 M), umat Islam sangat menyukai seni. "Masa itu merupakan masa paling brilian dalam sejarah Islam," katanya. Rumah, masjid, istana, dan taman pada masa itu berdiri dengan megah dan indah.

"Masyarakat Muslim Arab suka sekali menghiasi lingkungannya," imbuh Gustave Le Bon dalam La Civilisation des Arabes. Menurut dia, karakteristik seni masyarakat Muslim Arab pada era keemasan begitu imajinatif, cerdas, dan megah dalam dekorasi. Selain itu, detail-detailnya begitu fantastis. Hal itu bisa dilihat dari taman-taman yang dibangun pada masa itu.

Kini, mari kita tengok Malaga, sebuah kota pelabuhan di Andalusia, Spanyol. Kota ini tak pernah kehilangan pesonanya. Dilihat dari Velez hingga Fuengirola yang berjarak lebih dari 64,36 km, pantai Malaga menampakkan perkebunan daun ara yang begitu indah dan memesona.

Peradaban Islam pada era keemasan memang sangat memberi perhatian yang besar pada tumbuh-tumbuhan. Tak heran jika Felipe Fernandez-Armesto,  guru besar sejarah lingkungan global dari Universitas London, mengatakan, peradaban Islam di masa kejayaan begitu memperhatikan kehadiran taman. "Pada dasarnya taman atau kebun merupakan suatu seni yang mulia," papar Armesto.

Kota lain yang tak kalah memesona adalah Sevilla. Penulis sejarah Minhaju Fakar menyebut, sungai yang membelah kota di Andalusia itu melampaui keindahan sungai Eufrat, Tigris, dan Nil. Tepian sungai di Sevilla diteduhi pepohonan buah sehingga orang yang berlayar terlindungi dari terik sinar matahari.

Tentang Sevilla, Al-Shaqundi dalam sebuah risalahnya menulis, "Saya mendengar tentang kemegahan dan desain yang indah dari bangunan-bangunan di kota ini. Sebagian besar bangunan itu dilengkapi dengan lapangan luas yang ditanami pohon buah-buahan."

Tak hanya kota-kota di Eropa, keunggulan estetika Islam juga tampak di Aljir (kini ibu kota Aljazair). Kala itu, kota ini memiliki hampir 20 ribu taman dan kebun. Tak heran jika seluruh kota tampak hijau oleh segala macam tetumbuhan, seperti pohon buah-buahan dan bunga-bungaan. Air mancur pun berlimpah.

"Berkebun adalah salah satu bentuk seni yang monumental," kata Ermesto. Kecintaan Muslim terhadap taman, kebun, dan lingkungan secara umum berasal dari konsep Islam yang mendasar. Bagi Muslim, kata A Faruqi, alam adalah nikmat, hadiah, dan karunia Allah. Semua ini diberikan kepada manusia untuk digunakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya.

Sementara, R Ettinghausen dalam Introduction in The Islamic Garden menulis, bukan tanpa alasan jika masyarakat dan penguasa Islam pada era kejayaan sangat suka menghadirkan taman dan kebun di sekeliling lingkungan dan rumah.

Salah satu alasannya adalah janji adanya surga di akhirat kelak. Di dalam sejumlah surah di Alquran, Allah SWT kerap menggambarkan surga sebagai tempat yang indah dengan keberadaan taman dan sungai di dalamnya. Penggambaran surga tersebut berperan penting dalam menumbuhkan keyakinan dan semangat umat Islam untuk menghadirkan taman dan kebun-kebun yang indah di lingkungan mereka.

Kebun raya

Begitu cintanya umat Islam pada masa itu dengan tanam-tanaman, tak heran bila kemudian kota-kota Muslim pada masa lalu memiliki banyak taman dan kebun.

"Orang Muslimlah yang pertama kali membangun kebun raya," kata A Watson dalam Agricultural Innovation in the Early Islamic World.

Puisi-puisi yang lahir pada era Abbasiyah secara jelas menggambarkan hal itu. Begitu banyak puisi-puisi bertema taman pada masa itu. Melalui goresan penanya, para penyair berkisah tentang indah dan teduhnya kota-kota Abbasiyah.

Pada era Kekhalifahan, tulis Watson, ada sejumlah taman dan kebun yang begitu spektakuler, di antaranya, Taman Al-Mu'tasam di Samarra dan Taman Istana Amir Aghlabid di Tunisia. "Taman di istana raja yang ada di Kota Fez dan Marakesh, Maroko, juga begitu indah."

Ada pula Kebun Raya Abdul Rahman di Spanyol. Abdul Rahman adalah amir pertama Dinasti Umayyah di Spanyol. Dunia Islam pada era kejayaan juga masih memiliki banyak taman lainnya di berbagai tempat.  

Adalah Khumarawaih, salah satu penguasa Muslim yang tercatat dalam sejarah sebagai penguasa Muslim yang memberi perhatian besar terhadap taman dan kebun. Khumarawaih adalah penguasa Dinasti Tulunid di Mesir. Pada akhir abad ke-9 M, ia membangun sebuah taman istana dengan gaya Persia. Taman ini menjadi istimewa dan berbeda dengan taman lainnya karena keberadaan berbagai tanaman palem di dalamnya.  c94 ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement