Senin 20 Apr 2015 16:00 WIB

Wanita-Wanita Pencinta Alquran

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BOGOR — Usia Maya tidak lagi muda (47 tahun). Namun, semangatnya menghafal Alquran tidak kenal padam. "Sudah 3,5 tahun saya berusaha menghafal isi Alquran," kata Maya kepada Republika pada sela acara Muqoyyam Nasional Kelima di Bogor, pekan lalu.

Berusaha menghafal Alquran sembari menjadi ibu rumah tangga dengan dua anak tentu bukan hal gampang. Sibuk dan malas kerap menjadi alasan. Namun, Maya berhasil mengalahkan semua alasan itu. Kini, ia sudah mampu menghafal 30 juz Alquran.

Kemampuan Maya menghafal Alquran didapat melalui proses bimbingan dari salah satu lembaga tahfiz di Jakarta. Maya mengaku mendapatkan bimbingan sebanyak tiga kali dalam seminggu. Dalam sekali, pertemuan dia diminta menyetorkan satu halaman hafalan Alquran.

Maya cukup beruntung memiliki suami yang pengertian. Sang suami sangat mendukung usahanya menjadi hafizah (penghafal Alquran). Namun, hal itu bukan berarti proses menghafal Alquran berlangsung tanpa hambatan. Maya mengungkapkan, ia merasa kesulitan saat menghafal surah as-Safaat. Hal ini karena, menurutnya, rangkaian ayat pada surat tersebut sangat sukar diingat.

 

Selain Maya, ada Sri Lestari Ningsih, wanita 30 tahun yang bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Sri mengatakan, ia sempat mengalami kesulitan menghafal Alquran. Biasanya kesulitan datang saat hafal sudah bertumpuk.

Sri menghafal Alquran sejak 2010. Ia mengakui kadang ada rasa jenuh dalam upayanya menjadi hafizah. Namun, rasa jenuh ia hapus dengan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan lain, seperti mendengar tausiyah maupun seminar. Sri menyarankan para penghafal Alquran untuk mencari suasana baru jika merasa jenuh.

Pengalaman susahnya menghafal dirasakan Sri saat memasuki juz kedau Alquran. Sebab, saat itu jadwalnya menghafal berbenturan dengan waktu kuliah. Selain itu, dia juga sempat vakum menghafal Alquran selama setahun karena sakit jatuh dari motor. Meski begitu, dengan tekad keras, Sri kembali mengingat ayat-ayat Alquran yang telah dia hafal sebelumnya.

Sri mengatakan, faktor mental juga menjadi salah satu hambatannya menghafal Alquran. Ia mengaku sempat merasa malu saat proses tasmi (menyetorkan hafalan Alquran) kepada seorang ustazah. Sebab, tasmi disaksikan oleh banyak orang.

Lain lagi dengan Sumiarni (19), mahasiswi. Sumiarni mengaku belum memiliki pola yang efektif untuk menghafal Alquran. Menurutnya, hal ini wajar karena setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menghafal Alquran. "Ada yang satu ayat diulang-ulang. Namun, kesulitan lainnya adalah murrojaah yang berarti mengulangi hafalan secara keseluruhan," katanya. c21 ed: Muhammad Akbar Wijaya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement