Senin 02 Mar 2015 16:00 WIB

Muslim Prancis Berjuang Memupus Kebencian

Red:

Hari-hari ini menjadi masa yang sulit bagi kaum Muslim di Prancis. Mereka menjadi sasaran amarah dan kebencian sebagian warga negeri itu menyusul insiden berdarah di kantor majalah satire Charlie Hebdo, belum lama ini.

"Saya merasa, keberadaan kami sebagai Muslim di Prancis sedang dipertanyakan," kata Laila Fathi, seorang Muslimah Prancis yang sedang menempuh pendidikan S-3 bidang hukum di SOAS University, London, Inggris.

Menjadi sasaran kebencian selama beberapa pekan terakhir, Fathi dan sejumlah Muslim Pran cis lainnya yang berasal dari beragam profesi mulai memikirkan cara untuk memperbaiki keadaan. Maka muncullah gagasan untuk meluncurkan kampanye online yang bertujuan mengingatkan kembali mengenai kontribusi Muslim terhadap kebudayaan Prancis.

Tampil dengan tagar JeSuisNous, yang artinya "Saya adalah kita", kampanye di dunia maya ini juga bertujuan mendorong iklim keragaman yang damai di Prancis. "Ada sejumlah hal yang kami kampanyekan, di antaranya budaya, seni, dan pesan-pesan yang menegaskan kontribusi umat Islam terhadap masya rakat Prancis," kata Manajer Proyek JesuisNous, Suhail Najmi.

Selain melalui Facebook dan Twitter, mereka pun berkampanye melalui YouTube. Di Facebook, kampanye ini berhasil menjaring perhatian dari masyarakat. Diakui Fathi, penamaan kampanye ini yaitu JeSuisNous tak melalui jalan mudah. Fathi dan rekan-rekannya cukup lama berpikir sebelum me mutuskan nama itu. Pemilihan nama itu, me nurut Fathi, cukup rumit tapi akhirnya banyak yang suka.

"Pada dasarnya, kami ingin kampanye ini bisa membuat masyarakat Muslim merasa nyaman dan percaya diri dengan identitas Prancis mere ka, juga menjembatani perbedaan yang ada di an tara berbagai unsur dalam masyarakat Prancis," kata Fathi.

Prancis adalah rumah bagi sekitar 6 juta umat Islam. Jumlah ini menjadikan Prancis se bagai negara berpenduduk Muslim terbesar di Eropa Barat. Dibanding umat Islam di negara Ba rat lainnya, misalnya Amerika Serikat (AS), Muslim Prancis memiliki tingkat keragaman yang tinggi.

"Kebanyakan masyarakat Muslim di negeri ini adalah imigran yang memiliki pola migrasi berbeda-beda, namun sebagian besar karena dekolonisasi. Hal ini berbeda dengan latar bela kang Muslim AS, misalnya," kata Rabah Ghezali, guru besar ekonomi yang ikut memotori kampanye JeSuisNous. "Karena itu, institusi-institusi Muslim di Prancis sering kali tidak mampu menjadi wakil seperti yang kami inginkan," kata dia.

Hosnis Maati, seorang pengacara hak asasi manusia (HAM) yang juga ikut menggerakkan kampanye ini berharap, kampanye ini akan me ng ubah pandangan sinis terhadap Muslim Pran cis. "Karena itu, kami ingin aksi ini tidak hanya ter batas di internet, tetapi juga di kehidupan nyata."

Sejatinya, ini bukanlah kampanye pertama dari umat Islam di Prancis. Sebelumnya, kaum Mus limin di negeri itu telah beberapa kali berkampanye dengan menggunakan sejumlah tagar, seperti NotInMyName MuslimApologies, WhoIsMuhammed, dan JeSuiSAhmed. Aneka kampanye itu memiliki tujuan yang sama, yakni me luruskan kesalahpahaman tentang Islam, khu susnya prasangka yang berkembang di Barat bah wa Islam adalah agama penyokong terorisme. Oleh Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement