Kamis 04 Dec 2014 18:00 WIB

Bus Listrik Inovasi ITS untuk Lingkungan

Red:

Krisis lingkungan merupakan tantangan yang dihadapi umat manusia pada zaman ini. Tak bisa ditawar lagi, inovasi produk ramah ling kungan adalah solusi yang harus terus digalakkan. Dari Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menyumbangkan karya ramah lingkung an berupa bus listrik.

Mengandalkan sumber energi listrik, moda transportasi alternatif tersebut dapat menekan biaya operasional hampir separuh bus bermesin diesel. Setiap satu Kwh energi listrik mampu menggerakan bus sejauh 3,9 kilometer. Angka tersebut jauh lebih hemat di bandingkan bus diesel yang memerlukan satu liter solar untuk bergerak sejauh 12 kilometer.

"Sebagai perbandingan, tarif listrik Rp 1.200/Kwh, sedangkan solar nonsubsidi adalah Rp 13 ribu/liter,’’ ujar Muhammad Nur Yuniarto, pimpinan proyek bus listrik tersebut saat dijumpai di kampus ITS, Selasa (25/11).

Nur mengatakan, penghematan tak hanya sampai di situ. Sebanyak 20 persen daya dihasilkan panel surya yang dipa sang di atap bus. Atas dasar itu, ia me ngatakan, karya kolaborasi dosen dan mahasiswa ITS tersebut diberi nama Elektrik Solar Bus (ESB).

Nur menjelaskan, energi surya menyuplai 20 persen kebutuhan daya EBS. "Energi surya digunakan untuk meng operasikan pendingin ruangan, sistem rem, serta sistem lampu," tutur Kepala Laboratorium Otomasi Mesin ITS itu. ESB memiliki panjang enam meter dan lebar 2,1 meter. Ia digerakan oleh daya yang disimpan dalam dua buah baterai seberat 600 kg. Baterai utama berdaya 300 volt dan disimpan di bagian belakang untuk menggerakkan motor. Baterai tersebut mendapat pasokan energi listrik dari sumber PLN.

Sementara itu, baterai lainnya, Nur melanjutkan, berdaya 24 volt dan disimpan di bagian depan untuk menampung energi matahari dari panel surya. Dengan daya motor 30 kilowatt (kW) dan sistem transmisi 1:10, EBS mampu melaju de ngan kecepatan 50 km/jam. Kecepatan tersebut, menurut dosen teknik mesin itu, cukup memadai digunakan di dalam kota. Proyek ini dikerjakan selama dua bulan penuh dengan ditukangi tim ga bung an dosen dan mahaswa dari sejumlah disiplin ilmu. "Tim terdiri atas lima dosen, tujuh mekanik, dan 40 mahasiswa. Ada yang dari teknik mesin, elektro, dan fisika,’’ katanya.

Nur menyebutkan, perjalanan EBS untuk menjadi sarana transportasi siap produksi secara massal masih sangat panjang. Dia menyebut, EBS saat ini baru sebagai purwarupa. Masih perlu perbaikan bertahap untuk mendapatkan pengembangan dua protoripe lanjutan agar bisa didaftarkan sejumlah ujian standardisasi. ‘’Mungkin, masih butuh dua hingga tiga tahun lagi,’’ katanya. EBS untuk sementara akan digunakan dalam kampus ITS yang menjadi wilayah otoritas kampus. Jikapun dikembangkan menjadi moda transportasi massal perkotaan, Nur mengatakan, hambatannya adalah stasiun pengisian baterai.

Menurut Nur, pihaknya saat ini tengah melakukan riset mengenai stasiun pengisian nirkabel (wireless charging). Dengan stasiun pengisian nirkabel, bus hanya perlu berhenti di atas lempengan medan berdaya listrik di setiap stasiun naik-turun penumpang. ‘’Saat ini, yang sudah mengembangkan wireless charging adalah Korea dan Cina. Dua negara tersebut lebih maju, bahkan dibandingkan negara-negara Eropa," katanya.

EBS mulai diperkenalkan kepada publik di Taman Bungkul Surabaya, Ahad (23/11). Kehadiran EBS pun mendapat sambutan meriah masyarakat. Rektor ITS Triyogi Yuwono mengatakan, EBS ke depan akan digunakan sebagai kendaraan operasional kampus. Menurut Triyogi, butuh waktu delapan hingga 10 jam untuk mengisi ulang daya listrik bus yang bisa menempuh perjalanan sejauh 160 kilometer itu.

Ia mengatakan, sebagian besar komponen bus listrik itu asli buatan ITS. Tetapi, baterai dan motor utama masih diimpor dari Cina. "Kami optimistis, dua atau tiga tahun lagi bisa membuat seluruh komponennya sendiri," ujar dia. ITS merencanakan, uji coba rute pertama kali akan dilakukan pada 30 November dalam acara temu alumni ITS. Setelah itu, bus dijadwalkan beroperasi rutin mulai Januari 2015.

Tahun depan, Triyogi mengatakan, ITS mulai membangun satu stasiun pengisian daya berupa panel surya di dalam kampus. Panel surya ini memiliki kemampuan memproduksi daya 40 kWh per jam. Peluncuran bus listrik juga dihadiri Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Risma memberikan apresiasi tinggi atas karya kampus almamaternya itu. Menu rutnya, bus listrik ITS mendukung visi Surabaya sebagai kota metropolitan berwawasan lingkungan. ‘’Eco-city di Surabaya akan terealisasi dengan adanya bus listrik. Saya berterima kasih kepada ITS,’’ ujar dia. ¦ c54 ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement