Senin 27 Oct 2014 13:00 WIB

Saat Masjid Terbersih se-DKI Digusur Proyek MRT

Red:

Sang surya baru naik sepenggalan. Sinarnya sudah membakar kulit. Sebagian cahaya terpantul lewat jendela kaca. Sinar itu menyoroti wajah-wajah lelah para penumpang bus yang baru saja tiba dari luar kota. Mereka sedang beristirahat di teras depan pelataran Masjid Jami’ Al Ikhlas, Lebak Bulus.

Masjid itu terletak di bekas terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Fungsinya bukan saja sebagai tempat ibadah. Pelatarannya sering dimanfaatkan untuk istirahat para penumpang sambil menunggu jemputan. Meski berstatus sebagai masjid terminal, Masjid Jami’ Al Ikhlas pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Agama pada akhir tahun 2013. Masjid tersebut dicap sebagai masjid terbersih untuk kategori pelayanan terbaik di area publik se-DKI Jakarta.

Di depan pintu toilet dan tempat wudhu, tampak sesosok pemuda. Dia duduk sambil menjaga barang titipan dan kotak infak. Dede Abdul Gofur (23 tahun) namanya. Pemuda asal Sindang Laut, Cirebon, Jawa Barat, itu sudah empat tahun mengabdikan diri di masjid. Tugasnya membersihkan masjid hingga menyiapkan fasilitas pendukung, seperti mukena hingga sarung. Dede pun bertekad menjaga reputasi masjid terbersih yang diraih dengan keringat.

Hanya di kursi itu Dede masih tertunduk lesu. Dia bercerita, masjid satu-satunya di area bekas terminal tersebut rencananya akan digusur karena proyek pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT). Menurutnya, informasi tersebut sudah membuat warga dan jamaah masjid gelisah. Maklum saja, masjid ini dibangun dengan swadaya warga. "Gimana ya, ini mau dibongkar. Padahal, masjid ini bermanfaat untuk penumpang buat istirahat. Yang jelas harus ada gantinya," ujar Dede saat berbincang dengan Republika, pekan lalu. 

Masjid Jami’ Al Ikhlas berdiri pada 23 Maret 2007 sebagai fasilitas ibadah bagi penumpang yang hilir mudik di terminal dan warga sekitar masjid tersebut diresmikan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta ketika itu, Nurrahman. Meski begitu, masjid itu bukan bangunan yang didirikan pemerintah. Dana pembangunan masjid diperoleh murni dari infak dan sedekah warga.

Tokoh masyarakat Lebak Bulus, Juwaris, mengaku sudah mendengar rencana penggusuran masjid. Dia pun menyayangkan karena masjid tersebut memiliki banyak jamaah. Hingga saat ini, masjid itu selalu digunakan untuk Shalat Jumat. "Tadinya mau adakan suatu reaksi. Bilamana dibongkar paksa, kita mau adakan suatu gebrakan," katanya.

Hanya sampai saat ini, Juwaris mengungkapkan, pengurus masjid dan jamaah masih menunggu iktikad baik dari pengelola proyek MRT Lebak Bulus untuk bermusyawarah. "Saya pun tidak berkeinginan seperti itu, kita tunggu untuk musyawarah," ujarnya. Dia menjelaskan, rencana penggusuran masjid mencuat setelah adanya pembicaraan antara Wakil Direktur MRT Lebak Bulus dan pengurus Masjid Al Ikhlas. Hanya, sampai saat ini belum ada kejelasan apakah akan ada penggantinya.

Meski demikian, Juwaris berharap bila harus dipindahkan, bangunan pengganti tidak terlalu jauh dari tempat awal. Dia menjelaskan, penggusuran akan membuat jamaah di sekitar terminal kehilangan fasilitas ibadah. "Kalau saya, bolehlah sekitar jarak 200 meter," katanya.

Petugas Dishub DKI Jakarta Yudi menuturkan, posisi Masjid Al Ikhlas itu memang akan digusur oleh proyek MRT. Namun, ia menuturkan, rencana penggusuran masjid itu memang tidak tepat. Alasan utamanya, masjid tersebut dibangun dengan dana bukan dari Pemerintah Provinsi Jakarta, melainkan hasil swadaya warga. "Mau berdiri, tidak ada sumbangan kalau sudah baru, diaku-aku punya pemda, malah mau digusur," ujarnya.

Setelah penggusuran, Yudi mengungkapkan, masjid tersebut rencananya akan dijadikan jalur MRT sekaligus mal di dekat shelter MRT. Sedangkan, posisi masjid beralih di paling ujung bekas terminal Jakarta. "Dengar-dengar rencananya dipindah ke ujung," katanya.

c03 ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement