Rabu 01 Oct 2014 16:00 WIB

Gelora 'Api Tauhid' Said Nursi

Red:

Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa dengan Kang Abik, akan kembali menjumpai penggemarnya lewat sebuah novel. Karya terbaru Kang Abik, Api Tauhid segera diterbitkan pada Oktober 2014 ini oleh Republika Penerbit.

Novel ini bercerita tentang perjuangan seorang ulama asal Turki, Syekh Said Nursi. Siapa tokoh tersebut? Dan, bagaimana sepak terjangnya? Mengapa Kang Abik menulis roman berbalut sejarah ini? Wartawan Republika Syahruddin El-Fikri berkesempatan mewawancarai Kang Abik di sela-sela kesibukannya, belum lama ini. Berikut petikannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Yogi Ardhi/Republika

Apa alasan Kang Abik menulis novel Api Tauhid?

Buku ini berbicara tentang roman dan sejarah. Ini menu baru, ini sejarah. Kalau hanya sejarah murni akan terasa berat, jadi saya ramu dengan roman. Tapi, para penggemar bisa melihat sejarah dengan gaya roman. Sehingga, untuk mempelajari sejarah mudah dicerna.

Saya melakukan penulisan buku ini melalui riset yang sangat panjang. Novel ini berisi tentang sejarah perjuangan seorang ulama besar asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi. Oleh banyak ulama beliau juga disebut sebagai mujaddid (pembaru). Beliau berjuang di tengah-tengah kegelapan ajaran tauhid di wilayah itu. Apalagi saat itu, ajaran ateis dan sekularisme sangat membudaya di Turki.

Walaupun banyak badai dan halangan, beliau tetap mampu mengajak umat untuk bersama-sama menyalakan lentera tauhid. Karena itu, saya memberi judul novel ini dengan Api Tauhid.

Berapa lama Kang Abik melakukan riset untuk menulis karya ini?

Kalau dihitung sejak perkenalan saya dengan karya-karya Said Nursi, itu sudah lama sekali, sejak saya kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Saya banyak membaca karyanya. Jadi, cukup panjang juga. Tapi intens untuk menjadikannya sebagai sebuah novel, waktu yang saya butuhkan kurang lebih sekitar dua tahun.

Karena ini menyangkut Perang Dunia I, bagaimana Said Nursi juga terlibat dalam perang dunia. Beliau pernah berjuang melawan Rusia hingga akhirnya ditawan dan diasingkan di dekat Moskow. Ketika runtuhnya Khilafah Usmaniyah (Ottoman; Turki Usmani), Said Nursi sudah mengingatkan kepada para sultan atau khalifah untuk memperhatikan pendidikan yang baik dan lainnya.

Dengan hadirnya novel sejarah ini, apa tidak khawatir para penggemar Kang Abik akan kehilangan sosok novelis roman yang selama ini mereka kenal? Apa yang ingin Kang Abik sampaikan?

Oh tidak. Insya Allah, penggemar karya-karya saya akan masih menyukai karya-karya saya, termasuk novel ini. Dalam novel ini saya mencantumkan gaya roman dari seorang sosok ulama terkemuka bernama Said Nursi. Bagaimana Said Nursi mengagungkan cintanya untuk Sang Khalik dan Rasul-Nya.

Said Nursi pernah berkata, "Seandainya saya punya 100 kepala dan setiap hari satu kepala terputus (dipenggal), saya tak akan berhenti menegakkan kalimat tauhid." Dakwah yang diajarkan Said Nursi ini berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya sebab Said Nursi menyebarkan dakwahnya dengan cinta, dengan cahaya. Bahkan, ketika terjadi pemberontakan kaum Kurdi, Said Nursi sering kali menyampaikan kepada mereka untuk tidak melakukan pemberontakan.

Jadi, beliau tidak mau menegakkan sesuatu atas nama agama dengan cara-cara yang tidak benar apalagi melakukan kekerasan.

Jika dibandingkan dengan novel-novel sejenis (roman sejarah) di Indonesia, adakah yang serupa?

Kalau novel sejarah yang menceritakan sosok ulama, termasuk Said Nursi, saya pikir belum ada. Saya pikir ini adalah novel pertama yang menceritakan sejarah dengan berbalut roman, tapi memang kita bikin modern. Sehingga, roman klasik dan modern plus sejarah kita anyam menjadi anyaman sastra yang menarik.

Bagaimana kira-kira respons penggemar Kang Abik atas novel ini?

Saya percaya, ketika pembaca membaca novel ini, pembaca akan menemukan catatan sejarah secara global. Pembaca bisa memahami bagaimana mengenal ulama yang ikhlas membela agamanya, membela negaranya, membela kemanusiaan secara umum. Jadi, dalam buku ini ada dialog bagaimana Said Nursi mengembangkan dakwahnya di Turki.

Yang ingin saya sampaikan dalam karya ini, yaitu bagaimana seorang ulama Said Nursi mengembangkan dakwahnya dengan kekuatan iman. Beliau selalu menekannya untuk selalu menjaga dan memelihara cahaya Alquran.

Selain Turki, daerah atau negara mana yang Kang Abik angkat dalam novel ini?

Saya mencoba mengeksplorasi keindahan Kota Lumajang pada bagian awal novel ini. Novel ini bercerita tentang seorang mahasiswa yang berangkat dari desa, kemudian belajar di Madinah, dan dia mempunyai teman dari Turki. Dia memang punya masalah dalam hal cinta. Nah, persoalan itulah yang saya angkat dalam novel ini.

Di Turki, dalam novel ini saya memasukkan wilayah Konya, Ankara, Istanbul, dan lainnya. Jadi dalam novel ini karena sudut pandangnya sosok Syekh Said Nursi, saya banyak mengulas wilayah yang menjadi tempat Said Nursi ditawan.

ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement