Rabu 17 Sep 2014 17:30 WIB

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN WIRAUSAHA- Cara Kreatif Gali Potensi Bisnis

Red:

Awalnya, warga Desa Bacu Bacu, Makassar, Sulawesi Selatan, tak bisa menikmati listrik. Harianto Albar (24 tahun) tahun 2012 mengembangkan kincir air untuk dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Mahasiswa Universitas Negeri Makassar ini lantas berhasil memproduksi listrik dari kincir air tersebut. Sejak saat itu, warga Bacu Bacu bisa menikmati listrik di malam hari.

Harianto hanya satu dari sedikit anak muda yang mampu mewujudkan harapan bagi masyarakat. Generasi muda memiliki energi lebih untuk mengaktualisasikan banyak hal. Tak salah jika masyarakat banyak berharap pada anak muda, terutama mahasiswa. Tak bisa dimungkiri, banyak hal baru yang diinisiasi oleh anak muda. Terutama mahasiswa diharapkan bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.

Kini gerakan sosial untuk membantu masyarakat yang diinisiasi dari anak muda, terutama mahasiswa semakin banyak. Ada yang membantu masyarakat mengajar baca tulis, hingga aksi mahasiswa yang kini sudah makin lihai menggabungkan aksi sosial dengan kegiatan wirausaha atau enterpreunership.

Kini, aktivitas tersebut kian lazim dikenal sebagai social preneurship. Jika Tri Dharma perguruan tinggi, mahasiswa dikenalkan dengan penelitian serta pengabdian masyarakat, melalui kegiatan sosiopreneur, mereka sekaligus bisa melakukan dua hal secara bersama. Pegiat sosiopreneur Alissa Wahid mengatakan, anak muda idealnya bisa melakukan banyak hal untuk membantu menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat.

Tugas intelektual, kata dia, harus bisa menjembatani ide-ide yang diperolehnya dalam dunia pendidikan sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata untuk menjawab masalah masyarakat.

Melalui kegiatan sosiopreneur, mereka bisa menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, sekaligus bisa belajar mengelola bisnis. "Bagaimana mahasiswa bisa melihat masalah-masalah sosial, lalu mereka membuat bisnis yang sekaligus menghadirkan solusi bagi masalah mereka," ujar Alissa, saat dihubungi, akhir pekan lalu.

Insting wirausaha

Dengan kompleksnya masalah yang ada di masyarakat, bisa menjadi sarana untuk belajar mengembangkan diri, baik dalam hal pengabdian masyarakat maupun melatih insting wirausaha. Untungnya, kini juga makin banyak pihak termasuk perusaahaan maupun LSM yang ikut berpartisipasi mendukung kegiatan sosiopreneur yang dilakukan mahasiswa. "Sekarang ada donatur yang mau membantu, dalam bentuk pendampingan dan modal," katanya.

Dia melihat semakin banyak anak muda yang terlibat dalam kegiatan sosiopreneur. Mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga bisa mengambil kesempatan untuk berbisnis dengan melihat permasalahan yang ada di masyarakat. Mereka bisa menghasilkan uang sekaligus menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitar.

Muhammad Yunus, social entrepreneur asal Bangladesh mengatakan, generasi muda saat ini memiliki kesempatan yang lebih baik untuk melakukan aksi-aksi bisnis sosial. Pria penerima nobel penghargaan ini mengatakan, teknologi bisa menjadi salah satu solusi dalam membantu masyarakat mengatasi masalah yang ada. Yang terpenting, anak muda harus jeli dan kreatif melihat potensi bisnis yang bisa dikembangkan sebagai solusi masalah tersebut.

Seperti yang dilakukan pria asal Bangladesh ini. Dia melihat kemiskinan di negaranya sebagai suatu peluang untuk berbisnis dan memecahkan masalah mereka. Masyarakat Bangladesh yang hampir 70 persen tidak memiliki akses terhadap lembaga keuangan, ia jadikan peluang untuk berbisnis. Setali tiga uang, bisnis yang ia jalankan sekaligus juga menjadi solusi bagi permasalahan mereka.

Yunus membuat sebuah lembaga keuangan mikro yang meminjamkan dana kepada masyarakat miskin. Jika lembaga keuangan besar seperti bank hanya memberikan pinjaman kepada orang kaya, ia justru memberikan pinjaman kepada orang-orang miskin. Kepercayaan dalam menjalani bisnis pinjam-meminjam itu menjadi kunci bisnis yang dia jalani. Tanpa agunan, tanpa jaminan dokumen apa pun, ternyata bisnis yang dia bangun tetap hidup, bahkan berkembang dengan cepat.

Jika bank-bank berlomba menggaet orang yang paling kaya untuk menjadi nasabah premium, maka yang menajdi nasabah bagi bisnis Yunus adalah orang-orang miskin. Lalu apakah bisnis Yunus menajdi bangkrut? Tidak. Ternyata bisnis yang dijalani pria yang tidak pernah belajar mengenai perbankan ini justru terus berkembang.

Yunus mengatakan, dalam melakukan sosial bisnis yang terpenting adalah bagaimana bisnis yang dijalankan bisa menjadi solusi bagi masalah yang dihdapi oleh masyarakat. "Mampu menghasilkan uang adalah kebahagiaan tapi membuat orang lain bahagia merupakan super kebahagiaan," ujar Yunus, Senin (15/9) saat kuliah umum  ‘Sociopreneurship: Unlocking Indonesia’s great potenstial’ di Universitas Paramadina.

Dengan banyaknya masalah yang ada di masyarakat, makin banyak peluang yang bisa dijadikan untuk berbisnis. Misalnya, dalam hal penggunaan energi. Anak muda bisa memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah krisis energi yang dialami masyarakat dengan menggunakan soalar sel. Dia mengatakan, masalah yang dihadapi oleh orang lain bisa menjadi inspirasi untuk melakukan bisnis.

n rep: dwi mudianingsih ed: hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement