Senin 04 Aug 2014 15:30 WIB

Menag: ISIS Kelewat Batas

Red:

JAKARTA — Organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang cinta damai. Pun, tak sepaham dengan ideologi Pancasila. Jangan sampai umat Islam terpengaruh, bahkan menjadi anggota ISIS.

"Pernyataan ISIS bahwa Pancasila adalah thogut atau berhala yang harus diperangi, sudah amat kelewat batas," kata Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin melalui pesan singkat yang diterima wartawan, Sabtu (2/8).

ISIS, katanya, merupakan suatu organisasi pergerakan yang berpaham radikal dan menggunakan kekerasan demi memperjuangkan apa yang diyakininya. Maka dari itu, masyarakat Indonesia jangan sampai ikut-ikutan apabila ada yang berusaha memengaruhi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Agung Supriyanto/Republika

Lukman Hakim Saifuddin

Lebih lanjut, ia menegaskan bagi masyarakat Indonesia yang mengangkat sumpah dan berjanji setia kepada negara asing bisa mengakibatkan ia kehilangan status kewarganegaraan Indonesia.

Khususnya umat Islam Indonesia, Menag meminta agar seluruhnya dapat bersikap mawas diri. Sebab dakwah Islam dilakukan secara damai, mengajak dan merangkul semua kalangan dengan cara-cara yang baik dan penuh hikmah, bukan dengan menebar ketakutan dan kekerasan.

"Saya berharap dalam memanfaatkan momentum Idul Fitri ini, setiap ormas Islam dengan bimbingan dan arahan ulamanya masing-masing mampu lebih mengintensifkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin," ujarnya.

Rahmatan lil alamin maksud Lukman, yakni menebarkan kemaslahatan bagi sesama dalam bingkai keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketua MUI Bidang Luar Negeri KH Muhyidin Junaidi mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dan tak terpengaruh terhadap paham ISIS.

Sebab Islam, ia memaparkan, dalam menyebarkan ajarannya merujuk pada prinsip hikmah wal mauidzoh hasanah. "Islam itu damai, ISIS yang menghalalkan kekerasan tak sejalan dengan Islam," katanya kepada Republika, Ahad (3/8).

Menyoal khilafah yang tengah diperjuangkan ISIS, sistem kekhalifahan sudah tidak relevan diterapkan pada era modern. Ia juga curiga, keberadaan ISIS merupakan grand desain yang dirancang kalangan tertentu untuk menghancurkan Islam. Sebab sebagaimana tertera dalam pemberitaan, aksi ISIS sudah sampai melakukan penghancuran terhadap peradaban Islam masa lalu.

Menurutnya, masyarakat tidak harus berangkat ke Irak atau Suriah untuk memperjuangkan Islam. Yang terpenting saat ini, ia melanjutkan, yaitu berjuang melawan korupsi, kemiskinan, dan perbaikan moral. "Jangan terus mempersempit jihad dengan memangku senjata dan memerangi mereka yang berbeda iman," ujar Muhyidin.

Senada dengan Muhyidin, Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdhatul Ula ma, KH Hasyim Muzadi menyerukan umat Islam, khususnya warga Nahdhiyyin untuk tidak ikut-ikutan mendukung ISIS.

Dia menilai, sikap ikut-ikutan seperti itu justru bisa memecah belah kaum Muslimin. Kiai Hasyim menambahkan bahwa ISIS adalah fenomena Islam yang muncul di Timur Tengah dan sama sekali tidak sama dengan kondisi di Indonesia. Bahkan, tutur dia, keberadaan ISIS ini harus diwaspadai.

Lebih baik, kata Kiai Hasyim, umat Muslim di Indonesia saat ini menempuh strategi yang Islami dan `Indonesiawi'

dalam mengembangkan ajaran Islam. Sikap mengaku sebagai kelompok `paling Islam' tapi menghalalkan segala cara, disebutnya sebagai sikap yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Front Pembela Islam (FPI) Jawa Barat, Abdul Kohar, berpesan khususnya kepada ang go tanya di Jawa Barat agar tak terpenga ruh dan terlibat pergerakan ISIS. "Apa lagi, kalau sampai masuk nggak boleh, (FPI) pusat mengeluarkan larangan tegas untuk tidak terlibat ISIS dalam aktivitas apa pun," kata Abdul. rep:c78, ed:hafidz muftisany

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement