Kamis 17 Jul 2014 13:00 WIB

Kekuatan Tawasul

Red:

Oleh: Prof Nasaruddin Umar -- Tawasul dari akar kata shala-yushla yang membentuk kata shalla-shalah (t) berarti doa, zikir, dan ketaatan; wushlah (sambungan), shilah (hubungan), washl (tersambung), wishal (ketersambungan), shaulah (sambungan), shalaa (ketersambungan), dan tawasul (tawashshul) berarti perantara atau media.

Tawasul lebih populer memiliki arti media untuk mempertautkan atau menghubungakan antara seseorang dan yang lain atau media menghubungkan seseorang dengan Tuhannya.

Tawasul amat populer di dunia tarekat karena peran syekh atau mursyid akan besar artinya sebagai objek tawasul, di samping Rasulullah. Dalil yang dikutip sebagai dasar tawasul ada dalam sejumlah ayat dan hadis serta pengamalan sahabat.

Di antaranya ialah seorang Arab pegunungan melakukan dosa besar. Ia berjalan kaki selama tiga hari disinari terik matahari untuk menemui Rasulullah. Ia meninggalkan kampungnya hari Senin, tiba di rumah dan sekaligus masjid Rasulullah pada Rabu.

Ia bermaksud menjumpai Rasulullah sebagai perantara (wasilah) agar Allah SWT mengampuni dosanya, seperti yang disebutkan dalam Alquran.

"Dan sungguh sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya sendiri datang kepadamu (Muhammad) lalu memohonkan ampun untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.'' (QS al-Nisa 4:64).

Pemuda itu berjalan kaki meninggalkan kampungnya pada Senin dan tiba di rumah yang sekaligus masjid Nabi pada Rabu. Alangkah kagetnya pemuda ini menyaksikan banyak sekali orang di masjid. Ia bertanya kepada seseorang, ada apa gerangan yang terjadi di sini?

Sahabat balik bertanya, ''Apakah Anda tidak tahu Rasulullah wafat hari Senin dan dimakamkan hari Rabu ini?'' Langsung saja, orang pegunungan itu menangis histeris dan menjadi perhatian para sahabat.

Salah seorang sahabat menegurnya, ''Ya Fulan, tidakkah pernah engkau mendengar sesungguhnya ratapan mengganggu si mayit?'' 

Dijawabnya, ''Aku tahu, masalahnya aku memiliki dosa besar untuk saya mintakan bantuan melalui Nabi (tawasul), tetapi Nabi sudah wafat.'' Akhirnya, terus saja pemuda ini menangis yang mengusik ketenangan masjid dan kediaman keluarga Nabi.

Saat menjelang subuh, seorang penjaga makam Nabi didatangi Nabi dan berpesan, "Suruh si pemuda itu berhenti menangis karena Allah memaafkan seluruh dosanya." Begitu disampaikan, pemuda itu berhenti menangis.

Sebab, ia mendengar hadis, ''Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka akulah sesungguhnya yang dilihat karena satu-satunya wajah yang tidak bisa dipalsukan iblis ialah wajahku."

Ini artinya bertawasul melalui Nabi, sungguhpun telah wafat, masih memberi efek kepada orang yang masih hidup. Bagaimana dengan ulama sebagai waratsatul anbiya? Inilah yang membuat sedikit orang berbeda pendapat soal ini, tapi di sejumlah dunia Islam hingga saat ini tawasul terus saja berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement