Selasa 15 Jul 2014 14:30 WIB

AKBP Tien Abdullah Pejuang Jilbab Polwan

Red:

Meski namanya asing terdengar, amal Tien Abdullah mulai dirasakan banyak orang. Polisi wanita (polwan) berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) tersebut merupakan salah satu sosok penggerak legalisasi aturan berjilbab di kalangan korps bhayangkara.

Selama 13 tahun terakhir ini, Umi Tien, begitu dia disapa, aktif mengajar di Pusat Pendidikan Lalu Lintas, Alam Sutra. Satu-satunya lembaga pusat pendidikan lalu lintas di Indonesia.

Usai berbuka puasa, Republika bertemu dengan Umi Tien di Masjid As Sajadah, Vila Serpong, Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan. Umi Tien mengenakan jilbab panjang dan gamis berwarna hitam serta kacamata yang menjadi khas penampilannya. Di usianya yang ke-52, perempuan asal Gorontalo ini masih terlihat gesit dan semringah.

"Padahal, saya sudah punya cucu. Tapi, memang saya orangnya tidak bisa diam." kata  Umi Tien saat ditemui Republika, Ahad (13/7). Umi Tien adalah sosok yang sangat sibuk. Hal ini diamini suaminya, Kamaludin, dan anggota serta pengurus majelis taklim. "Anak yatim dia urusi, majelis taklim diurusi, keluarga diurusi, orang tua jompo juga diurusi. Sibuknya lebih daripada menteri." kata Kamaludin disertai tawa.

Saat ini, Umi Tien tinggal di salah satu rumah di kawasan elite Vila Serpong. Meski tinggal di kompleks perumahan mewah, rumah Umi Tien cukup sederhana. Rumahnya terdiri atas dua lantai dengan halaman sempit.

Sebagai ketua majelis taklim, Umi Tien menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan pengajian pada Ramadhan ini. Bersama keluarga, Umi Tien mengembangkan Yayasan Tahta Arsyika yang memayungi majelis taklim di kawasan Vila Serpong. Suaminya juga merupakan salah seorang yang konsisten mengembangkan metode membaca Alquran dengan cepat yang disebut Kamali. Nama ini diambil dari namanya, Kamaludin.

"Ya, agar lebih bisa bermanfaat bagi orang lain. Karena kan katanya orang yang baik itu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." kata Buya, sapaan akrab Kamaludin.

Umi Tien menceritakan langkah polisi wanita untuk berjilbab merupakan perjuangan panjang. Pada era 90-an ketika orang berjilbab masih dipandang aneh, dia telah belajar jika hijab adalah kewajiban bagi setiap Muslimah. Dia kemudian mulai mengenakan jilbab di luar kegiatan dinas.

Hidayah datang melalui seorang pejabat kepolisian yang mengenal Umi Tien pada 2006. Dia mengkritik Umi Tien yang saat itu masih buka-tutup jilbab, sehingga menimbulkan kesan tidak baik. Lantas, dia pun mulai berani memakai jilbabnya ketika bekerja, terutama ketika kegiatan olahraga.

Ketika melaksanakan ibadah haji pada 2007, keinginan Umi Tien untuk membumikan jilbab di kalangan polisi wanita mulai muncul. Dia kemudian berdoa kepada Allah SWT agar para polisi wanita di Indonesia dimudahkan dalam berjilbab.

Dibantu Kang Rasyid, salah seorang kawannya, Umi Tien muncul di majalah An Nadwah, sebuah majalah Muslim di kawasan Asia Tenggara. Umi Tien menjadi satu-satunya wanita yang tampil di kover majalah tersebut dengan pakaian dinas dan jilbabnya. "Delegasi polisi wanita di Indonesia yang pertama kali memakai jilbab," kata Umi Tien menirukan ucapan Kang Rasyid.

Umi Tien mengaku bangga, aturan tentang Polwan untuk berjilbab sudah mendekati nyata. Setelah anggaran jilbab bagi polwan disetujui parlemen, dia berharap, aturan berjilbab bagi polwan dapat segera diterapkan.

Menurut Umi Tien, segala aktivitas sosial dan keagamaan yang dia lakukan tak lain untuk mengamalkan salah satu tugas yang diemban Polri sebagai polisi masyarakat (polmas). "Salah satu tugas Polri itu kan sebagai polmas. Jadi, bagaimana membangun masyarakat yang dekat dengan Polri. Inilah yang saya lakukan." katanya.

Saat ini, Umi Tien mengaku, mulai mengurangi jadwalnya ke luar kota. Di masa senja, Umi Tien ingin berbakti pada suaminya yang telah pensiun dari Yayasan Al Azhar. Dia pun memiliki permintaan untuk hidup bersama anak yatim setelah pensiun kelak. rep c92 ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement