Senin 07 Jul 2014 16:00 WIB
ibrah

Kekuatan Diam

Red: operator

Oleh:Prof Nasaruddin Umar -- Pepatah sering mengingatkan kita, “Diam itu emas, bicara itu perak.” Ternyata, semangat yang terkandung di dalam pepatah ini sejalan dengan peringatan Tuhan, “Dia (Zakaria) berkata: Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda, (Allah) berfirman, ‘Tandamu ialah engkau tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat.’” (QS Maryam [18]:10).

Firman Allah ini menunjukkan, menahan diri untuk tidak berbicara kepada manusia ternyata sesuatu yang sulit. Apalagi, jika ada objek pembicaraan yang menarik untuk dibicarakan. Bahkan, Alquran menyerukan kita sesekali berada dalam suasana sunyi senyap untuk mengingat Allah SWT.

Allah menegaskan, “Sunyi senyaplah segala suara karena (takut) kepada Allah Yang Maha Pengasih, sehingga tiada Engkau dengan kecuali suara halus (bunyi telapak kaki).” (QS Thaha [20]:108).Selain itu, ditemukan beberapa hadis yang menasihati kita membatasi diri untuk bicara, apalagi bicara sembarangan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah berkata dengan baik atau lebih baik diam.”

Seruan dan peringatan Allah dan Rasul-Nya agar manusia membatasi diri bicara, terutama jika yang dibicarakan itu menyangkut aib atau fitnah yang dapat menghancurkan nama baik orang lain, sangat banyak mendapatkan banyak penekanan. Ini bisa dimaklumi, pembicaraan yang dapat menjadi malapetaka orang lain selalu terjadi di dalam sejarah umat manusia di dalam perjalanan hidupnya. Ilustrasi amat buruk bagi orang yang tega menghancurkan orang lain melalui fitnah disebutkan Alquran.

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujurat [49]:12).

Membongkar aib atau memfitnah orang lain semakin marak terlihat di dalam masyarakat, terutama setelah media massa begitu marak. Ironisnya, perbuatan yang tercela ini paling banyak diminati pemirsa. Perhatikan media infotaiment yang ditayangkan hampir semua televisi, baik televisi publik maupun berlangganan. Yang paling banyak menyedot pemirsa ialah tayangan ini. Isi tayangannya pengungkapan selebritas, pejabat, dan tokoh-tokoh publik lainnya. Jika tradisi pengungkapan aib, fitnah, dan gosip ini dibiarkan menjadi bagian dari budaya masyarakat maka pertanda kita membudayakan sesuatu yang sesungguhnya amat dicela agama. Jika ini terus dilakukan, wajar kalau berbagai kesulitan mendera bangsa ini. Dalam bahasa tasawuf, diam adalah salah satu akhlak spiritual yang terpuji. Pembasuhan air wudhu pada mulut dimaksudkan untuk membersihkan ucapan-ucapan yang buruk, seperti berkata jorok, sehingga memancing nafsu birahi orang lain. Berbohong, sehingga menyesatkan orang lain, marah, sehingga menjauhkan orang lain pada dirinya, dan memfitnah yang membunuh karakter dan karier orang lain, serta memasukan makanan haram dan makruh ke dalamnya. Semoga Ramadhan kali ini mampu menyadarkan kita untuk bermawas diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement