Rabu 02 Jul 2014 13:30 WIB
khazanah ramadhan

Berburu Takjil di Lembah UGM

Red:

Berbagai kota di Tanah Air memiliki tempat favorit untuk ngabuburit (menanti waktu berbuka puasa) sekaligus berburu takjil. Tak terkecuali, Yogyakarta. Di kota pelajar ini, kawasan lembah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berkibar sebagai salah satu lokasi berburu takjil, terutama bagi kalangan anak muda dan mahasiswa.

Setiap bakda Ashar hingga menjelang Mahgrib pada Ramadhan, kawasan ini berdenyut kencang. Bukan oleh para mahasiswa yang hendak berangkat atau pulang kuliah, melainkan para para pemuda yang hendak ngabuburit dan berburu takjil. 

Hampir semua takjil kegemaran anak muda tersedia di sana. Mau minuman manis dan segar? Di sana tersedia es buah, es kelapa muda, es blewah, es cendol, es carica, es cincau, sampai es pisang ijo khas Makassar. Makanan yang dijajakan pun sangat bervariasi dan umumnya sangat khas anak muda, seperti aneka kolak, tempe penyet, siomay, bakso, batagor, sosis bakar, sampai jajanan ala Jepang yaitu takoyaki.  

Tak hanya berperan sebagai pembeli, tak sedikit pula anak muda yang tampil sebagai penjual. Inilah yang membedakan lembah UGM dengan pasar takjil Ramadhan lainnya. Biasanya, para mahasiswa berjualan secara patungan bersama beberapa orang temannya. Tidak hanya mahasiswa UGM, tapi juga mahasiswa dari perguruan tinggi lain di Kota Gudeg ini.

Adalah Rifki Nur, salah satu mahasiswa yang menjadi pedagang dadakan di lembah UGM. Pemuda berusia 20 tahun yang menimba ilmu di Modern School of Design Yogyakarta itu memilih berjualan es buah. Dengan modal Rp 200 ribu, dia mengajak tiga temannya untuk berjualan es buah yang dibanderol Rp 3.000 per kemasan.

''Lembah UGM merupakan tempat bagi mahasiswa untuk mencari makanan buka puasa, jadi strategis sekali untuk berjualan,'' katanya kepada Republika, Ahad (29/6).

Lantas, mengapa Rifki memilih berjualan es buah? Alasannya sederhana, karena membuatnya gampang. Ia tinggal mencampur aneka buah, seperti mangga, blewah, melon, kelapa kopyor, alpukat dengan air, sirup, susu, dan es. Jadilah, es buah segar yang siap dinikmati sebagai pelepas dahaga setelah seharian berpuasa. 

Pada hari pertama berjualan, Sabtu (28/6), ia hanya bisa menjual 14 kemasan es buah. ''Kemarin (Sabtu) masih sepi,'' tutur Rifki.

Hal senada diakui penjual lainnya, Agus Purwanto. ''Saya jualan sejak kemarin (28/6), tapi masih sepi. Sekarang (29/6), sudah ramai,'' kata pria berusia 46 tahun itu semringah.

Seperti halnya Rifki, Agus pun menjual minuman segar dengan bahan utama buah-buahan. Sop buah dan es teler buatan Agus dijual Rp 6.000 per kemasan. Berjualan di kawasan UGM sejak 1986, Agus mengatakan, pasar takjil di kawasan lembah ini memberi berkah tersendiri baginya. Betapa tidak, setiap harinya ia mampu mengantungi omzet hingga Rp 600 ribu.  

Jenis sajian dingin lain yang laris manis di lembah UGM adalah es pisang ijo. Sajian khas Makassar ini dijajakan dengan harga sekitar Rp 5.000 per kemasan. Lantaran laris, Ganef Eko yang sehari-hari berjualan stiker, memilih ganti profesi menjadi pedagang es pisang ijo di lembah UGM saat Ramadhan. 

Bagi pria berusia 50 tahun itu, berjualan es pisang ijo memberi keuntungan yang lumayan. Meski hanya berdagang sekitar dua jam, dari bakda Ashar hingga Maghrib, ia mampu meraup keuntungan rata-rata Rp 200 ribu per hari. Ganef mengaku, membuat sendiri sajian yang merupakan paduan dari bubur putih, pisang, dan sirup merah tersebut. ''Saya buat es pisang ijo di rumah. Kalau pada hari-hari biasa tidak laku, tapi pas puasa seperti ini laku.''

Harga bersahabat

Berada di lingkungan kampus, tak heran jika lembah UGM menjadi tempat ngabuburit dan berburu takjil favorit bagi para mahasiswa. Tak hanya itu, makanan yang dijajakan pun sangat akrab di lidah anak muda. Begitu pula harganya, sangat bersahabat.

Lihat saja minuman dingin yang dijual Rifki, Agus, dan Ganef. Cukup terjangkau, bukan? Bahkan, kolak seharga Rp 1.500 per kemasan pun masih dapat dijumpai di sana. Harga yang terjangkau ini tentu sangat pas dengan kantong para mahasiswa yang sebagian besar merupakan anak kos. 

Makanan yang beragam dan harga terjangkau menjadi alasan utama bagi Sekarani untuk berburu takjil di lembah UGM. ''Makanan dan minuman di sini murah-murah,'' kata alumni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu.

Senja itu, ketika beduk Maghrib tinggal beberapa menit lagi berdentum, kawasan lembah UGM masih berdenyut. Tapi, berbeda dengan satu-dua jam sebelumnya, kali itu para pengunjung yang sebagian besar anak muda sudah mendapatkan takjil pilihannya. 

Begitu pula Sekarani. Tangannya erat menggenggam gelas plastik berisi pisang ijo dengan saus sirupnya yang merah menggoda. Hmmmm ….  n red: nur aini ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement