Senin 30 Jun 2014 16:28 WIB

Pasar Beduk Tingkatkan Ekonomi

Red:

PALEMBANG — Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Pemprov Sumsel) menjadikan masjid sebagai sentra ekonomi. Salah satu langkah yang mereka tempuh, yakni dengan membuka Pasar Beduk Ramadhan 1435 Hijriah se-Kota Palembang di kompleks Masjid Jami Adha.

Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki mengatakan, pasar ini memang sifatnya musiman. Namun, itu bagian kesemarakan bagi umat Islam dalam menjalani Ramadhan. "Mudah-mudahan pasar ini membantu meningkatkan perekonomian," katanya, Sabtu (28/6).

Selain itu, Pasar Beduk memberikan kenyamanan bagi warga dalam pemenuhan makanan berbuka. Mereka bisa memilih sesuai selera. Sebab, terlihat berbagai jenis makanan yang dijual oleh para pedagang yang ikut berjualan di Pasar Beduk.

Pada kesempatan itu, Ishak juga meresmikan menara Masjid Jami Adha. Hadir dalam acara tersebut Wakil Ketua DPRD Achmad Djauhari, Ketua Baznas Provinsi Sumsel Aflatuln Muchtar, Ketua Harian Baznas Provinsi Sumsel Robinson Malian, dan Ketua Masjid Jami Adha Baharuddin Nur.

Ketua Baznas Provinsi Sumsel Aflatun Muchtar mengajak masyarakat menyambut bulan suci dengan sukacita. Pasar Beduk, katanya, merupaan bagian dari rasa sukacita itu. Hajatan tahunan ini telah dilaksanakan di sepuluh masjid.

Baznas juga memberikan pinjaman modal kepada para pedagang Pasar Beduk, besarnya Rp 500 ribu. Setelah Pasar Beduk berakhir, pedagang harus mengembalikan modal usaha itu sebesar Rp 400 ribu kepada Baznas melalui pengurus masjid.

Secara terpisah, memasuki bulan suci transaksi pegadaian di Indramayu, Jawa Barat, meningkat. "Sejak menjelang puasa, transaksi gadai meningkat lima sampai sepuluh persen," ujar Pimpinan Pegadaian Cabang Indramayu Lilies Soelistijawati.

Lilies mengatakan, berdasarkan pengalaman selama ini, peningkatan gadai biasanya akan lebih meningkat lagi selama puasa. Hal itu disebabkan kemungkinan meningkatnya kebutuhan masyarakat selama Ramadhan.

Ketika ditanyakan mengenai nilai transaksinya, Lilies enggan menyebutkan. Menurutnya, 90 persen barang yang digadaikan berupa perhiasan emas dan logam mulia. Sedangkan sisanya, peralatan elektronik, seperti laptop, handphone, televisi dan tape recorder.

Lilies mengatakan, transaksi gadai akan menurun menjelang Lebaran. Bahkan, transaksi penebusan justru akan meningkat. Pasalnya, perhiasan yang digadaikan masyarakat biasanya akan digunakan terlebih dulu untuk menghias diri pada hari Lebaran.

"Nanti setelah Lebaran, perhiasan itu kembali digadaikan sehingga transaksi gadai akan meningkat," kata Lilies. Warga Kecamatan Balongan, Sriyanti, mengaku menggadaikan perhiasan emas miliknya seminggu sebelum puasa lalu.

Ia menjelaskan, uang hasil gadai perhiasan berupa kalung dan gelang sebesar 15 gram miliknya itu untuk membeli kebutuhan Lebaran, terutama pakaian. "Ya, buat beli baju baru untuk anak-anak, orang tua, dan mertua. Saya sisihkan juga untuk masak saat Lebaran nanti."

Sriyanti menyatakan, sengaja membeli kebutuhan Lebaran saat sebelum puasa. Hal itu dimaksudkan agar tidak menganggu ibadah puasanya. "Kalau nyari-nyari baju Lebaran pas puasa, nanti lemes, takutnya malah jadi batal puasanya," ujarnya.

Uang untuk membeli berbagai kebutuhan Lebaran, ia mengungkapkan, sebenarnya bersumber dari tunjangan hari raya (THR) yang diperoleh suaminya. Namun, pembagian THR biasanya baru dilakukan menjelang Lebaran.

"Nanti kalau dapat THR, perhiasan emas yang digadai akan saya tebus kembali," kata Sriyanti. rep:maspril aries/lilis sri handayani ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement