Kamis 24 Nov 2016 14:00 WIB

Kerugian Banjir 11 Miliar Dolar AS

Red:

JAKARTA — Palang Merah Indonesia (PMI) menilai, banjir merupakan bencana paling banyak menimbulkan kerugian materi. Selain menyebabkan kerusakan lebih besar dari bencana alam lainnya, banjir juga menimbulkan kerugian ekonomi, sosial, dan kemanusiaan.

Berdasarkan data statistik dari United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR), selama 20 tahun terakhir, banjir telah memberi dampak kepada 2,3 miliar orang. "95 persen dari jumlah tersebut tinggal di Asia," ujar Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI, Arifin Muh Hadi, saat mengunjungi Republika, Rabu (23/11)

Dia  mengatakan, dalam kurun waktu 10 tahun, banjir menimbulkan kerugian 250 hingga 300 miliar dolar AS setiap tahunnya. Indonesia telah mengalami 141 bencana banjir yang tercatat antara 2005 hingga 2014. Perkiraan kerugian sekitar 11 miliar dolar AS.

Arifin mengatakan, banjir di Indonesia sangat erat kaitannya dengan perilaku dan karakter masyarakat. "Ada masalah perlakukan terhadap lingkungan yang kurang bagus," ujarnya.

Indonesia memiliki 5.559 sungai. 80 persen masalah sungai adalah erosi, sedimentasi, dan sampah. Sampah, kata dia, berkaitan erat dengan perilaku masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Erosi pun tak lepas dari ulah jahil oknum yang secara membabi buta menggunduli hutan.

Meski begitu, dia mengakui, bencana banjir cukup mudah dideteksi. Berbeda dengan bencana gempa dan tanah bergerak yang sulit dideteksi. Arifin mengatakan, wilayah di Indonesia rawan bencana. Namun, di antara berbagai jenis yang ada, banjirlah yang paling menimbulkan kerugian materi dan ekonomi.

Arifin mengimbau masyarakat agar dapat memantapkan perilaku positif yang bisa mencegah banjir. Misalnya, dengan tidak membuang sampah sembarangan. Dia pun memuji penanganan banjir yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Pemkot setempat berhasil membuat sungai menjadi tempat yang bagus dan bisa dinikmati warganya.

Berbeda dengan sungai-sungai di Bandung yang terdapat banyak sampah. Dia pernah mengamati perilaku penyapu jalanan di Bandung yang membuang sampahnya ke sungai, sehingga Kota Kembang tersebut kini mudah banjir. "Saya lihat ini karakter dan perilaku. Padahal, potensi banjir lebih besar di Surabaya, tapi Bu Risma (Wali Kota Surabaya) tegas dan di sana ada pembersih sampah," ujarnya.

Penanganan bencana banjir dinilai membutuhkan solusi inovatif. Pendekatan pembaharuan sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang kompleks dan berkembang. Masyarakat mengembangkan berbagai solusi inovatif untuk menyelesaikan banjir.

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah bersama para mitranya mengadakan lomba "Tantangan Inovasi Ketahanan Banjir". Tantangan ini bertujuan mengidentifikasi dan mendukung inovator-inovator lokal di Tanah Air untuk berkreasi menyelesaikan banjir.

Inovasi yang terpilih akan memiliki akses kolaborasi dan jejaring kerja, dana hibah, dan berbagai peluang lain untuk organisasi lokal. Fokus dari tantangan ini adalah ketahanan banjir. Proposal inovasi harus berkaitan dengan satu atau lebih subtema. Di antaranya adalah melindungi sumber mata pencaharian, lingkungan dan ekosistem, air dan sanitasi, serta informasi dan aksi.

Beberapa kriteria yang menjadi penilaian, yakni kebaruan, relevansi, inklusif, kelangsungan, kemitraan, dan efektivitas biaya. Tantangan tersebut bisa diikuti oleh perorangan, kelompok, atau organisasi yang berbasis di Indonesia. Batas waktu pengiriman proposal yakni mulai 27 Oktober hingga 31 Desember.

Peserta dapat mengirim proposal dalam bentuk tertulis, berupa catatan konsep, atau audio visual. Proposal harus mengupas latar belakang, solusi, serta manajemen dan berkelanjutan. Informasi lengkap tantangan tersebut terdapat di situs resmi PMI www.pmi.or.id.        rep: Qommarria Rostanti, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement