Ahad 23 Oct 2016 15:00 WIB

Penurunan Harga Gas Dorong Ketahanan Pangan

Red:

JAKARTA Sektor pangan diuntungkan dengan keputusan pemerintah menurunkan harga gas bagi industri pupuk. Kebijakan tersebut juga menunjukkan perhatian yang besar dari pemerintah kepada bidang pertanian.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat, mengatakan, kebijakan presiden tersebut meru pakan kabar baik bagi kelangsungan industri pupuk di Tanah Air.

Kebijakan ini sangat bertepatan dengan kondisi kami saat ini, yang tengah mengalami kesulitan akibat jatuhnya daya saing industri sebagai akibat tingginya biaya produksi karena harga gas yang tinggi, kata Aas dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (22/10).

Tingginya harga gas saat ini membuat urea Indonesia tidak bisa bersaing, karena biaya produksi urea di Indonesia sudah melebihi harga pasar internasional.

Jika harga gas terus berlanjut, kemungkinan besar industri pupuk harus menurunkan rate produksi. Namun, dengan kabar baik ini, kami bisa pastikan bahwa pabrik pupuk akan terus bertahan dan mengamankan pasokan pupuk dalam rangka meningkatkan produksi pertanian, ujarnya.

Presiden terbukti berpihak kepada petani, karena merekalah yang paling merasakan manfaatnya bila pupuk dapat dijual dengan harga murah dan tersedia setiap saat.

Ketersediaan pupuk, menurut Aas, akan menunjang program pemerintah dalam swasembada pangan, mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Lebih lanjut Aas mengatakan, sa ngat berterima kasih kepada peme rin tah yang terus memperjuang kan turunnya harga gas. Apabila harga gas bisa diturunkan hingga level tiga dolar AS, industri pupuk akan dapat bersaing lagi dengan pupuk urea impor yang mulai membanjiri pasar, katanya.

Menurut dia, sebagai negara agraris sudah sepatutnya Indonesia dapat memenuhi sendiri kebutuhan pupuk dalam negerinya, tidak bergantung kepada produk impor.

Pasokan pupuk juga dapat lebih terjamin sesuai dengan prinsip enam tepat (tepat waktu, jumlah, jenis, lokasi, mutu, dan harga), sehingga para petani yang berada di daerah terpencil juga dapat memperoleh pupuk dengan harga yang terjamin.

Bukan hanya itu, dengan turunnya harga gas, juga membantu meringankan beban subsidi karena tagihan subsidi kepada pemerintah jelas berkurang, katanya.

Jika produsen mampu bersaing, kata dia, tentu akan menghasilkan laba yang akan berkontribusi terhadap pemerintah dalam bentuk pajak dan dividen.

Belum lagi multiplier effect yang dihasilkan, di mana industri pupuk banyak menyerap tenaga kerja, mulai dari kios-kios di daerah, distributor, perusahaan transportasi, pemasok barang, sampai memberda yakan masyarakat di sekitar pabrik, kata Aas.

Di tengah kondisi sulit dan diba yangi kemungkinan menurunkan rate produksi, Aas menegaskan bah wa Pupuk Indonesia terus meningkatkan efisiensi. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan menekan konsumsi bahan baku gas lewat program revitalisasi.

Karena usia pabrik yang rata-rata sudah tua dan menggunakan teknologi lama, pabrik urea kita termasuk boros konsumsi gasnya. Rata-rata pabrik kita sudah berusia di atas 20 tahun dan konsumsi gasnya sekitar 35 MMBTU/ton, katanya.

Pabrik-pabrik yang sudah tua dan boros tersebut, akan dimatikan dan digantikan pabrik baru yang lebih efisien dan hemat energi dengan rata-rata konsumsi gas sektiar 25 MMBTU/ton.

Program revitalisasi yang telah berjalan, antara lain, pembangunan Pabrik Kaltim-5 di Bontang yang telah diresmikan presiden RI tahun lalu, kemudian Pusri 2B di Palembang yang diharapkan selesai tahun ini, serta Pabrik Amurea 2 di Gresik yang ditargetkan beroperasi tahun 2018.      rep: Firkah Fansuri, ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement