Jumat 21 Oct 2016 14:00 WIB

Program Pendidikan Harus Konsisten

Red:

JAKARTA — Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengatakan, pemerintah harus konsisten menerapkan program pendidikan walaupun telah terjadi pergantian menteri. Kebijakan membangun pendidikan harus terus berjalan.

"Dalam dua tahun pemerintahan Jokowi-JK ini, saya berpesan agar jangan karena mengubah menteri (pendidikan dan kebudayaan) langsung mengubah kebijakan. Karena, ini membingungkan masyarakat," kata Fahira ditemui di kantor Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Jakarta, Kamis (20/10).

Perubahan kebijakan pendidikan akan membingungkan masyarakat luas. Hal itu juga akan berdampak pada alokasi anggaran. Kebijakan pendidikan dampaknya pada sarana dan prasarana sekolah. Banyak sekali kebijakan pengadaan sarana dan prasarana memengaruhi anggaran yang belum siap.

Fahira mengatakan, kebijakan menteri pendidikan dan kebudayaan sebelumnya selama dinilai baik sebaiknya dilanjutkan oleh pemerintah sekarang dengan beberapa penyempurnaan. Konsistensi kebijakan di wilayah pendidikan tersebut, menurut dia, akan berdampak positif bagi masyarakat.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya sedang mengkaji pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dengan mempertimbangkan keterbatasan anggaran. Pelaksanaan UN dikaji ulang karena saat ini tak lagi menjadi penentu kelulusan. Sejumlah pemerhati juga menilai ujian ini menghamburkan uang.

"Kalau sedang efisiensi, program penting yang harus diprioritaskan. UN perbaikan harus ditinjau ulang karena program yang mubazir," kata pemerhati pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia, Said Hamid Hasan.

Kompetensi

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar meminta mahasiswa di Indonesia agar mengembangkan kompetensi sebagai bekal setelah menyelesaikan pendidikan. "Komponen kompetensi itu ada tiga, yakni ilmu, keterampilan, dan pengalaman," kata dia di Padang, Sumatra Barat.

Ia menyampaikan hal itu dalam kuliah umum di Universitas Andalas (Unand) Padang dengan tema "Kebijakan Strategis Industri Migas Indonesia Perspektif Ekonomi dan Teknologi". Menurut dia, ilmu dapat diperoleh di perguruan tinggi serta di tempat lainnya, seperti internet, menggunakan mesin pencari Google.

Setelah memiliki ilmu, yang perlu dikembangkan adalah keterampilan. Ini tidak bisa dibeli dan dicari karena hanya bisa dikerjakan sendiri. Ia menjelaskan, keterampilan itu ibarat orang yang mahir mengendarai sepeda dan hanya bisa didapatkan ketika dilakukan sendiri.

Dia mengatakan, setelah bertahun-tahun mengembangkan keterampilan, seseorang akan bisa menjadi petarung hebat yang bisa bersaing dengan orang lain. Ia mencontohkan, di dunia minyak dan gas yang kualifikasi keterampilan yang dimiliki harus tinggi ibarat balap sepeda levelnya setara dengan pembalap Tour de France.

"Yang bertarung adalah orang-orang terbaik dari seluruh dunia, karena itu kembangkan keterampilan yang ada," kata dia.

Kemudian, setelah seseorang memiliki ilmu dan keterampilan harus dikembangkan melalui pengalaman. Menurut dia, saat ini Indonesia membutuhkan petarung-petarung andal yang memiliki ilmu dan keterampilan yang memadai, apalagi pada sektor minyak dan gas.

Ia menyatakan, di luar negeri, mereka yang bekerja pada sektor migas rata-rata adalah tamatan doktor karena perkembangan teknologi yang amat pesat.       antara, ed: Erdy Nasrul 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement