Kamis 29 Sep 2016 15:55 WIB

Menarik ITB dan UII ke dalam Industri Halal

Red:

Menteri Pariwisata Arief Yahya menginginkan Institut Teknologi Bandung menjadi pusat kajian pariwisata halal di Indonesia sebagai bagian dari optimalisasi pendidikan sumber daya manusia terkait pengembangan wisata halal.

"Dan, nanti ITB-lah yang bertanggung jawab bersama-sama mendidik SDM-SDM kita untuk wisata halal. Di sini kulinernya ada, desain ada, kosmetik juga ada di ITB," kata Arief Yahya. Oleh karena itu, dibutuhkan sertifikasi pariwisata halal di Indonesia dan memberikan pelayanan dengan standar internasional.

Ia menjelaskan, standardisasi untuk pariwisata halal di Indonesia bisa diberlakukan untuk tiga sektor, yakni kuliner, mode, dan kosmetik.

Menpar mengemukakan, masyarakat sangat berpengaruh dalam menyuksekan destinasi wisata halal yang sedang digencarkan pemerintah daerah mengingat wisata halal bukan hanya tentang makanan halal dan haram, melainkan juga kebersihan dan kesehatan bahan bakunya.

Selain itu, masyarakat juga harus berperilaku sopan dan ramah kepada wisatawan yang datang sehingga konsep wisata halal tersebut juga dapat terlihat dari perilaku masyarakat yang baik. "Dalam hal kebersihan juga merupakan suatu perhatian yang harus difokuskan sebab kebersihan merupakan ciri masyarakat Muslim," tutur Arief.

Arief mengingatkan, wisatawan yang datang ke tempat wisata jangan sampai dibuat kecewa, seperti banyaknya sampah yang berserakan, fasilitas tempat wisata yang tidak memadai, dan beberapa masalah lainnya. Kementerian Pariwisata saat ini menargetkan ada 10 pasar Muslim mancanegara yang terbagi atas tiga kawasan, yaitu Timur Tengah, Asia, dan Eropa.

Untuk kawasan Timur Tengah yang menjadi pasar Muslim adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait. Untuk Asia adalah Malaysia, Singapura, dan Tiongkok, serta Eropa adalah Rusia, Jerman, dan Prancis.

Halal Industrial Park

Sebelumnya diberitakan, Universitas Islam Indonesia (UII) Sleman, Yogyakarta, kini memiliki Halal Industrial Park (HIP). Keberadaan  lembaga yang dibentuk atas kerja sama Ikatan Keluarga Alumni Teknik Industri (IKATI) Universitas Islam Indonesia (UII) dan Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII itu ditujukan untuk mengkaji produk-produk halal di tengah masyarakat.

Ketua Program Studi Teknik Industri UII, Yuli Agusti Rochman, menyampaikan, HIP merupakan one stop halal centre industry yang mengusung sinergi empat visi utama. Keempat visi tersebut adalah menjadi pusat pendidikan halal, wirausaha halal, komunitas halal, dan jaminan halal.

"Misi yang diemban oleh HIP ialah sebagai pusat pengembangan keilmuan dan penelitian serta implementasi industri rantai pasokan halal untuk produk makanan maupun nonmakanan dan juga jasa yang bersumber dari kearifan lokal Indonesia," tuturnya di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Yuli, Indonesia sebagai salah satu pasar dengan populasi Muslim terbesar memerlukan banyak sumber daya manusia yang berpengetahuan dan pakar dalam bidang industri halal.

Karena itu, sudah seharusnya Indonesia menangkap peluang untuk menjadi pusat halal park. Yuli berharap, HIP IKATI UII bisa menjadi sarana untuk menghasilkan lulusan yang mahir dalam praktik industri halal dan berwawasan keislaman.

Ketua Harian IKATI, Ivan Lanovara, menuturkan, negara-negara Asia, seperti Malaysia, Thailand, hingga Taiwan semakin aktif dan progresif dalam pemenuhan produk Halal. Hal itu mencakup  penciptaan Halal Hub Dunia, Halal Laboratorium Dunia, ataupun Halal Sertifikasi Dunia.

Taiwan mulai melirik pengembangan wisata halal Muslim karena sektor ini paling cepat tumbuh di dunia. Berdasarkan data dari Indeks Global Travel Muslim 2016 yang diterbitkan perusahaan jasa keuangan MasterCard dan konsultasi wisata muslim Crescentrating memperkirakan jumlah wisatawan internasional Muslim mencapai 168 juta pada 2020.

Tahun lalu, jumlah wisatawan Muslim dunia yang berwisata mencapai 117 juta orang. Mereka memperkirakan, wisatawan Muslim tersebut akan menghasilkan 200 miliar dolar pada 2020.

Menurut Ivan, kondisi tersebut akan memperkokoh kekuatan Asia sebagai pusat rujukan halal dunia. "Dengan tagline 'Membangun Khalifah Industri Berkompetensi Halalan Thoyiban untuk Kesejahteraan Global', HIP IKATI UII berusaha menjadi pelopor pendidikan industri dengan mengedepankan praktik halal," kata dia.

Ivan mengemukakan, khalifah Industri dalam HIP IKATI UII mengacu pada sinergi empat pilar utama berbasis digital dan teknologi, yaitu halal engineer, halalpreneur, halal market, dan halal quality assurance.     rep: Rizma Riyandi, ed: Irwan Kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement