Ahad 25 Sep 2016 14:02 WIB

Saatnya Masjid Garap Sektor Ekonomi

Red: Arifin

JAKARTA ––Jumlah masjid yang mencapai lebih dari 750 ribu unit di Indonesia, belum sepenuhnya menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat. Saatnya masjid ikut serta menggarap sektor yang menjanjikan tersebut.

Pimpinan Majelis Taklim Wirausaha (MTW), Valentino Dinsi, meyakini, dengan menggerakkan ekonomi masjid dapat membantu Muslim mengubah pola pikir ekonominya sebagai produsen.

“Jumlah kita banyak, namun hanya menjadi konsumen,” katanya dalam acara Pelatihan Masjid Mandiri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (24/9).

Valentino mengatakan, dia mendorong adanya kader-kader profesional dan fokus membangun wirausaha masjid sehingga bisa menjadi contoh model masjid mandiri yang ideal.

Target itu, kata dia, bukan hal sulit, mengingat sebanyak 45 ribu anggota telah bergabung di MTW dalam kurun waktu 2,5 tahun.

Guna mengoptimalkan usaha bisnis Muslim, dia mempunyai saran khusus. Pertama, klasifikasi minat usaha. Setelah itu, diadakan pertemuan rutin agar proses transfer ilmu lebih nyata terjadi.

Bagaimanapun, kata dia, minat bisnis berbeda harus di-cluster-kan sesuai minat bisnis seperti IT, mesin, dan lain-lain. Buat komunitas di media sosial seperti Whatsapp dan saling berbagi ilmu berbisnis, agar sama-sama meraih kesuksesan.

Tak hanya itu, dia berharap, Muslim dapat melakukan kunjungan bisnis ke lokasi produksi. MTW sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah peng usa ha Muslim. Kunjungan diharapkan memunculkan konsorsium bisnis bersama.

Valentino menambahkan, setelah pelatihan ini peserta akan tergabung dalam Komunitas Masjid Kita (www.masjidkita.org) dan Jaringan Masjid Nusantara dalam grup Whatsapp, sehingga pengurus masjid dapat saling berinteraksi satu dengan lainnya.

Tim MTW Pusat akan membantu merancang serta membina wirausaha di masjid-masjid dengan menggunakan model MTW yang telah berhasil dikembangkan oleh MTW di beberapa provinsi di Indonesia.

Dia menjelaskan, peserta program adalah jamaaah dan pengurus masjid dari seluruh Indonesia. Ia memperkirakan setidaknya ada utusan dari seribu masjid seluruh Indonesia dan Malaysia.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Jazir ASP, menggarisbawahi peran vital masjid yang kian tereduksi dari masa ke masa.

Menurut dia, fenomena ini tak terlepas dari campur tangan kolonial dalam sejarah dan dinamika masjid Tanah Air. Sejak 1903, misalnya, fungsi masjid telah direduksi sedemikan rupa oleh penjajah. Para sultan tak boleh pergi haji karena takut dipengaruhi pemikiran Islam di sana.

Masjid tidak boleh dibangun di pusat keramaian, hanya boleh di pojok desa supaya generasi muda tidak masuk.

Padahal, dalam ajaran Islam, kata dia, jika sebuah masjid berfungsi dengan benar sesuai untunan Rasulullah SAW, akan berkontribusi besar mendorong perubahan dalam masyarakat. Termasuk dalam memunculkan sosok pemimpin.

“Sudah seharusnya perubahan bangsa kita dimulai lewat masjid,” ujarnya.   rep: Rizky suryarandika, ed: Nashih Nashrullah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement