Sabtu 24 Sep 2016 17:00 WIB

Mi Aceh yang Tenar di Qatar

Red:

Masyarakat Serambi Makkah di Qatar yang dikenal dengan nama Masmeqar jumlahnya cukup besar. Terkhusus di Kota Alkhor, terdapat komunitas Aceh yang bermukim di Qatar sejak dasawarsa '80-an. Hal itu membuat sajian dari Aceh cukup populer di negara Teluk tersebut.

Pejabat pada Kedutaan Besar Indonesia di Doha, Boy Dharmawan, awal pekan ini mengatakan, komunitas Aceh yang diwadahi ormas Masmeqar turut aktif mendukung diplomasi ekonomi dan budaya di Qatar. "Mi aceh merupakan salah satu andalan sajian yang dipromosikan di Qatar," ujar Boy seperti dikutip //Antara//.

Aceh memang memiliki beragam kuliner yang khas. Selain mi aceh, juga ada ayam tangkap, kopi aceh, kuah pliek, dan kuah asam keueung. Boy mengatakan, mi aceh kaya akan bumbu dan rempah-rempah. Mi ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa orang Aceh suka berkumpul di Qatar. Sajian mi aceh kerap dijadikan alat pemersatu di antara komunitas warga Aceh di Qatar. "Mi aceh memang tersohor. Tapi, tak ada yang tahu persis bagaimana asal usulnya," ujar Boy.

Dari mana asal mi aceh yang rasanya khas ini? Dalam buku-buku sejarah Aceh, tak ditemukan asal mulanya mi aceh. Konon, mi aceh berasal dari Cina. Aceh dan Cina memiliki hubungan sejarah sejak abad ke-13 Masehi. Mi yang berasal dari Cina lalu diolah dengan cita rasa Aceh, yang rempahnya agak panas, pedas, menimbulkan sensasi hangat di lidah.

Sebelum tahun 2000, istilah mi aceh belum begitu dikenal. Yang ada hanyalah mi teupong, dalam bahasa Acehnya, yang berarti mi tepung. Seiring berjalan waktu, sebutan mi aceh kian dikenal penikmat wisata kuliner. Kedatangan para pelancong, baik domestik maupun internasional, turut andil dalam mempromosikan mi aceh.

Musibah tsunami pada Desember 2004 ikut mendongkrak popularitas makanan ini.

Mi aceh menjadi ikut terkenal, bahkan ke mancanegara. Untuk memudahkan bagi penyebutan atau mengidentikkan sisi Acehnya, akhirnya diberilah nama mi aceh.

Mi aceh menggunakan mi khas dengan diameter lebih tebal, warna kuning, dan teksturnya padat. Umumnya, mi aceh akan dipadukan dengan potongan daging berbentuk dadu atau potongan cumi-cumi, udang, dan kepiting. Selain itu, turut disajikan sebagai teman makan adalah acar bawang, ketimun segar, dan kerupuk (bisa kerupuk udang kecil atau emping). Bentuk masaknya pun bervariasi, mulai dari mi goreng, mi tumis, hingga mi kuah.

Di Kota Alkhor yang terletak 80 km dari ibu kota Qatar, Doha, terdapat beberapa ahli peramu mi aceh. Namun, warga Aceh di sana percaya masakan mi aceh Jamarik Jalil yang paling tersohor. Setiap berkunjung ke Alkhor, kurang nikmat kalau belum mencicipi mi aceh ala Pak Kumis Jamarik. Sebelum ke Qatar, Jamarik memiliki restoran mi aceh yang terkenal di Aceh. Keahliannya sudah turun-temurun.

Meski saat ini bekerja pada perusahaan migas, QatarGas, keahliannya tidak luntur. Jika ada tamu yang berkunjung, akan dihidangkan kuliner andalannya, mi aceh. Menurut Jamarik, mi aceh memiliki beragam rasa, seperti manis, asam, dan asin. Bumbu-bumbunya diracik dengan berbahan cabai merah bermutu tinggi, bawang putih, kemiri, ketumbar merica, jahe, dan rempah-rempah lainnya yang kemudian digiling halus sehingga berwarna merah.

Di Qatar, bahan-bahan dasar mi dapat diperoleh di supermarket Indonesia di Doha atau di Kota Alkhor, yaitu Swalayan Source of Fortune milik pengusaha Aceh, Mahdi Musa. Swalayan itu telah dibuka, tapi akan diresmikan Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Marsekal Madya TNI (Purnawirawan) Muhammad Sidehabi, pada 25 September mendatang. Momen itu bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-40 hubungan diplomatik Indonesia-Qatar.   

Menurut Jamarik, proses memasak mi aceh cukup sederhana. Irisan bawang bombai, tomat, kol, dan taoge ditumis dengan minyak ditambahkan air secukupnya. Jika ingin membuat mi aceh rebus, air dilebihi sedikit dari takaran.

"Jika ingin menambahkan udang, kepiting, cumi-cumi, atau telur, inilah saatnya campuran dilakukan," papar ahli kuliner yang juga mantan petinju nasional tersebut.

Yang khas dari masakan Pak Jumarik adalah cita rasa mi yang selalu terjaga," ujar Said Malawi, karyawan migas, QatarGas, yang telah bermukim di Alkhor lebih dari dua dekade. "Minya diracik tanpa bahan pengawet," ujar tokoh diaspora Indonesia di Qatar yang kerap rutin mencicipi kuliner sajian Jamarik.     ed: Stevy Maradona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement