Jumat 26 Aug 2016 14:00 WIB

Bidikmisi Rp 1 Juta Diusulkan pada 2017

Red:

LAMPUNG -- Pemerintah berencana menambah biaya hidup penerima beasiswa Bidikmisi. Sebab, besaran Rp 600 ribu per bulan yang selama ini didapat mahasiswa, dinilai tidak selalu mencukupi.

"Enam ratus ribu rupiah itu cukup tidak cukup bagi mahasiswa," ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, saat acara simbolis pemberian beasiswa Bidikmisi di Universitas Lampung (Unila), Lampung, Kamis (25/8).

Karena terbatasnya besaran tersebut, Nasir pun meminta pemerintah daerah bisa membantu kekurangannya. Setidaknya, dapat menambahkan Rp 400 ribu per bulan bagi mahasiswa penerima Bidikmisi. Dengan demikian, para mahasiswa memperoleh bantuan biaya hidup mencapai Rp 1 juta per bulan.

Nasir mengetahui, permintaannya ini harus memiliki payung hukum yang jelas. Oleh sebab itu, hingga saat ini dia terus bernegosiasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Hal ini juga kemungkinan besar baru bisa direncanakan pada 2017, dengan melihat kondisi anggaran negara terlebih dahulu.

"Mekanisme awalnya, nanti pemerintah daerah perlu mencatat jumlah mahasiswanya yang menerima beasiswa ini per perguruan tinggi," kata dia. Setelah itu, ditentukan besaran tambahan biaya bantuan pendidikan mahasiswa Bidikmisi oleh pemerintah daerah.

Pada 1 Juni kemarin, Nasir mengatakan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, negara menganggarkan sekitar Rp 2,9 triliun untuk Bidikmisi. Beasiswa ini akan disalurkan kepada 256.951 mahasiswa se-Indonesia.

Bodoh

Sementara itu, dalam pidatonya di sela-sela pemberian beasiswa Bidikmisi Universitas Lampung, Menteri Nasir mengaku akses ke pendidikan tinggi bagi sebagian masyarakat Indonesia memang masih dianggap sulit. Oleh karena itu, pemerintah harus memangkas mata rantai tersebut agar anak-anak yang di bawah garis kemiskinan, dapat berkuliah dengan baik.

Dalam pandangannya, tidak semua anak orang kaya itu pasti pintar dan tidak semua anak miskin itu pasti bodoh. "Siapa bilang anak miskin itu bodoh? Stigma itu tidak berlaku bagi mahasiswa Bidikmisi, karena saya temukan hampir di seluruh Indonesia, anak Bidikmisi itu IPK-nya mayoritas sangat tinggi," ujar Nasir, Kamis. Hal ini terbukti saat pertemuannya dengan sejumlah mahasiswa Bidikmisi di Unila, yang IPK-nya tinggi.

Nasir mendorong para mahasiswa Bidikmisi ini agar tidak pernah berhenti bermimpi. Dia berharap, mereka bisa merancang masa depan dari sekarang. Sebab, mimpi itu akan terwujud dengan kerja keras kita yang disertai dengan doa.

Rektor Unila Hasriadi menjelaskan, sekitar 0,5 persen dari 5.300 mahasiswa Bidikmisi Unila IPK-nya sekitar 4,00. Hal ini, kata dia, merupakan prestasi luar biasa bagi mahasiswa Bidikmisi di Unila. Selain itu, beberapa mahasiswa Bidikmisi juga berprestasi di bidang internasional. Bahkan, terdapat pula mahasiswa Bidikmisi yang sudah diterima untuk melanjutkan S-2, melalui beasiswa LPDP.    rep: Wilda Fizriyani, Dian Erika Nugraheny, ed: Stevy Maradona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement