Selasa 24 May 2016 18:00 WIB

Longsor Ancaman Terbesar di Bali

Red:

KARANGASEM — Bencana longsor menjadi ancaman terbesar bagi Bali, karena topografi wilayahnya yang berbukit. Kasi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali I Komang Kusumaedi mengatakan, pemerintah setempat akan memaksimalkan pencegahan agar masyarakat tidak menjadi korban bencana itu."Hampir di semua daerah di Bali berpotensi terjadi longsor, termasuk di Kota Denpasar," kata Kusumaedi di Krangasem, Bali, Senin (23/5).

Hal itu dikemukakan Kusumaedi di sela kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis penanggulangan bencana di desa dengan kategori tangguh bencana. Kegiatan berlangsung di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Selain dari unsur BPBD Bali dan Kabupaten Karangasem, ikut menjadi pemateri juga dalam acara itu unsur PMI, BMKG dan SAR.

Kusumaedi mengatakan, Desa Tangguh Bencana dibentuk untuk membangun kesiapan masyarakatnya agar bisa secara mandiri menghadapi, bila sewaktu-waktu datang bencana. Mayarakat setempat disebutnya bisa mengambil langkah-langkah secara mandiri sebelum datangnya bantuan dari luar. Sosialisasi bimbingan teknis penanggulangan bencana alam dilakukan BPBD Bali secara simultan pada 23-25 Mei. Ada pun desa lainnya yang menjadi pusat sosialisasi yakni Desa Purwakerti kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, serta di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan (25/5).

Secara terpisah, Kasi data Informasi dan Peringatan Dini BPBD Bali, Nyoman Suanjaya menyebutkan, sampai saat ini, Bali baru memiliki sebanyak 19 Desa Tangguh Bencana, tersebar di delapan kabupaten dan satu kota. Ke depan, sebutnya, akan terus didirikan desa tangguh bencana lainnya, sesuai dengan kebutuhan setiap desa."Tapi yang kita siapkan adalah kesiapan mereka terhadap bahaya longsor, karena longsor menjadi ancaman terbesar di Bali," katanya.

Sementara itu, aparat gabungan Pemerintah Kota Magelang, Jawa Tengah turun ke lokasi longsor untuk bersama-sama warga menyingkirkan puing-puing bangunan yang roboh akibat bencana tersebut, Senin dini hari. Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk survei apakah peristiwa yang terjadi di lokasi adalah bencana alam atau murni karena faktor manusia.

Hujan yang mengguyur pada Ahad (22/5) malam mengakibatkan longsor talud sepanjang empat meter dan ketinggian tiga meter di RT02/RW04 Kampung Wates Prontakan, Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Bagian rumah milik warga setempat, Mugihadi (59), dan empat sepeda motor yang terletak di dekat lokasi tersebut rusak akibat tanah longsor, sedangkan kerugian diperkirakan mencapai Rp100 juta. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Wali Kota Sigit memerintahkan petugas dari dinas terkait segera melakukan penanganan terbaik atas longsor itu. Pihak Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Pemkot Magelang juga menyalurkan bantuan logistik dan tenda untuk tempat sementara korban.

Ia menyebut pentingnya dinas terkait melakukan penanganan secara saksama atas kejadian itu, termasuk dalam penggunaan anggaran."Ternyata talud di samping rumah longsor dan mengenai bagian ruang tamu yang jauh dari rumah utama," katanya.

Keluarga itu terdiri atas dirinya, bersama isteri, Suparsih (58), dan dua anak. Sejak lama tempat itu hanya digunakan untuk menyimpan sepeda motor. Sejak Sabtu (21/5), katanya, sudah terlihat retakan-retakan tanah di samping rumah tersebut. Kondisi tanah tersebut sudah dilaporkan beberapa kali kepada aparat pemerintah setempat, sedangkan longsor pernah terjadi di tempat itu pada 2008 dan 2010.

Ketua Rukun Warga 04 Kampung Wates Prontakan, Mursito Wahyu Sampurna, memperkirakan longsor terjadi karena air yang melewati saluran irigasi tidak mengalir dengan lancar, sehingga mengikis tebing. Ia mengaku telah merencanakan melaporkan lagi keadaan tanah retak di samping rumah Mugi tersebut kepada aparat pemerintah setempat pada Senin, akan tetapi, dini hari terburu terjadi longsor. "Rencananya hari ini saya akan melapor, tetapi keburu longsor lagi," ucapnya.   rep: Ahmad Baraas/ antara, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement