Rabu 04 May 2016 14:00 WIB

JK: Indonesia Kekurangan Sumber Air

Red:

Foto ; Republika/Raisan Al Farisi  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengajak masyarakat untuk berhemat dalam menggunakan air. Efisiensi air diperlukan lantaran sumber daya air saat ini telah berkurang akibat rusaknya hutan dan lingkungan. Sementara, kebutuhan air semakin tinggi.

Meskipun 75 persen dunia terdiri atas lautan, hanya terdapat 0,003 persen air yang dapat dikonsumsi. JK berpendapat, air selalu mengalami keterbatasan.

Pada saat yang sama, kebutuhan lahan yang semakin tinggi merusak lingkungan. "Hutan rusak. Sumber air jadi rusak dan berkurang. Maka, terjadilah krisis air di banyak bagian dunia ini," kata JK saat membuka pameran Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF) Watertech di Jakarta, Selasa (3/5).

JK mencontohkan krisis air yang terjadi di India. Sekitar 25 persen penduduk atau sekitar 300 juta orang di sana merasakan dampak krisis air. Indonesia juga mengalami kekurangan sumber air karena sekitar 50 juta hutan tercatat telah berkurang dalam kurun waktu 50 tahun.

Wapres mengajak masyarakat untuk bersama-sama menghemat dan mengatur penggunaan air dengan baik. JK kembali mencontohkan penggunaan air bersih dengan hemat untuk mandi dan mencuci di setiap rumah tangga.

Kalau golongan menengah, jelas JK, kebutuhan airnya bisa dihitung. Untuk kebutuhan mandi, kurang lebih 33 persen. Kemudian, 28 persen atau hampir 30 persen air habis untuk toilet. Sebanyak tiga liter air habis untuk menyiram kloset. Sebanyak 18 persen air habis untuk mencuci.

Penggunaan teknologi untuk menghemat air pun perlu dilakukan. JK kemudian mencontohkan penggunaan shower air yang hanya membutuhkan sekitar 12 liter dalam sekali mandi. Sedangkan, mandi tanpa shower diperkirakannya menghabiskan 18 liter hingga 20 liter air.

Kendati demikian, ia juga meminta agar operator air dapat mengendalikan serta meningkatkan kualitas air yang disalurkan. Penghematan air, lanjut JK, juga dapat memberikan efek positif lainnya, seperti mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga.

Di depan para anggota Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), JK pun meminta agar biaya dan pelayanan kebutuhan air haruslah merata di masyarakat. Menurut dia, harga air di kalangan masyarakat pun bervariasi. Bagi masyarakat yang kurang mampu, mereka hanya membutuhkan air sekitar 10-15 kubik per hari dengan harga Rp 2.500 per kubik.

Sedangkan, masyarakat yang tidak memiliki saluran air pipa harus membayar air sekitar Rp 40 ribu per kalengnya. Kondisi ini pun menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah sehingga tercipta keadilan bagi masyarakat.

Lebih lanjut, JK mengatakan, selain menjadi pemenuh kebutuhan pokok manusia, air juga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Air yang bersih, kata JK, dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan biaya kesehatan di rumah sakit.

"Apabila kita memberikan air yang bersih dan cukup untuk masyarakat, saya yakin biaya kesehatan akan menurun. Diare akan berkurang. Anak-anak sakit akan berkurang kalau kita mempunyai air yang cukup," katanya menjelaskan.

JK berharap, pameran teknologi IWWEF 2016 ini dapat memberikan manfaat bagi pengolahan air yang lebih baik. Dalam pameran ini, JK hadir bersama Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. rep: Dessy Suciati Saputri ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement